Noesa Penida (film 1988)
Noesa Penida (Pelangi Kasih Pandansari) merupakan film drama Indonesia tahun 1988. Film yang disutradarai oleh Galeb Husein ini dibintangi antara lain oleh Ray Sahetapy, Gusti Randa, dan Rita Zahara.
Noesa Penida (Pelangi Kasih Pandansari) | |
---|---|
Sutradara | Galeb Husein |
Produser | Budiyati Abiyoga |
Ditulis oleh | Asrul Sani |
Pemeran | Ray Sahetapy Gusti Randa Ida Ayu Diastini Muni Cader Sutopo HS Rita Zahara Pitrajaya Burnama Soendjoto Adibroto Kadek Suardane |
Penata musik | Idris Sardi |
Sinematografer | W.A. Cokrowardoyo |
Penyunting | Syamsuri |
Distributor | Prasidi Tera Film Melur Film Productions |
Tanggal rilis | 1988 |
Durasi | .. menit |
Negara | Indonesia |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1989 |
|
Sinopsis
suntingFilm ini menceritakan percintaan seorang pejuang Bali bernama I Wayan Jaya (Ray Sahetapy) dengan gadis bangsawan Bali bernama Sari (Ida Ayu Diastini) yang diangkat anak oleh keluarga nelayan karena orang tuanya sudah meninggal. Kisah ini bertemakan perang kemerdekaan dengan latar belakang Bali di awal abad 20. Kisah percintaan kedua insan tersebut diwarnai oleh perbedaan status sosial dan kasta yang berbeda, yaitu kasta Sudra dan Ksatria yang secara adat Bali tidak diperbolehkan untuk menikah.
Sari terjatuh di tengah jalan secara tidak sengaja saat Ratu (Bahasa Bali untuk "Raja") sedang lewat. Ketika hendak dihukum, teman ayah angkat Sari menjelaskan bahwa Sari adalah seorang anak bangsawan yang masih terhitung paman sang Ratu, sehingga Sari kemudian dibawa ke Pura (Istana) milik Ratu.
Sementara itu adik Sari yang bernama Jaya (Gusti Randa) adalah seorang yang suka menyabung ayam, suatu ketika Jaya berkelahi dan tidak sengaja membunuh musuhnya, sehingga akhirnya dihukum oleh Ratu untuk bekerja paksa selama 10 tahun di Nusa Penida. Sari yang sedih mendengar kabar Jaya, minta kepada Ratu untuk pulang ke kampung halaman ayah angkatnya, sehingga gelar bangsawannya terpaksa dilepaskan. Sari berhasil mengejar keberangkatan Jaya dan berjanji akan selalu menunggu Jaya.
Nusa Penida, beberapa waktu kemudian, datanglah sebuah rombongan yang berlabuh di daratan. Jaya hendak menitipkan sebuah keong kepada rombongan tersebut sebagai hadiah untuk Sari, ternyata penjaga rombongan tersebut tidak mengizinkan memecahkan keong tersebut. Wayan, adik Jaya, mengambil keong tersebut dan tetap mengantarkan kepada Sari, namun dia membohongi Sari dan keluarganya dengan mengatakan bahwa Jaya sudah tiada.
Untuk menghibur kesedihan Sari, adik Jaya yang ahli menabuh gendang mengajak Sari yang pandai menari untuk ikut sebuah rombongan kesenian. Beberapa lama setelah berkeliling dalam rombongan kesenian tersebut, mereka harus pulang setelah mendengar kabar bahwa ayah angkat Sari (ayah kandung Jaya) sedang sakit dan hampir meninggal. Sebelum meninggal, ayah Sari berpesan kepada adik Jaya supaya menjaga Sari. Tak lama kemudian mereka menikah dan dikaruniai seorang putra.
Jaya mendengar kabar pernikahan tersebut lalu mencuri perahu dan lari dari Nusa Penida pulang ke kampungnya, dia mencari Sari dan akhirnya bertemu, setelah menceritakan alasannya, Jaya mengajak Sari untuk pergi bersamanya tetapi diketahui oleh adiknya dan dicegah. Tak lama kemudian datanglah tentara untuk mencari Jaya, mereka akhirnya lolos berkat bantuan pelaut dari Makassar teman Jaya dan teman ayahnya yang meninggal tertembak saat pelarian mereka.
Penghargaan dan nominasi
sunting- Piala Citra untuk Tata Musik Terbaik - Idris Sardi - FFI 1989
- Piala Citra untuk Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Pietrajaya Burnama - FFI 1989
- Piala Citra untuk Juru Kamera / Tata Sinematografi Terbaik - W.A. Cokrowardoyo - FFI 1989
Pranala luar
sunting- Noesa Penida (Pelangi Kasih Pandansari) di situs Online Film Database