Masturbasi

rangsangan seksual pada alat kelamin
(Dialihkan dari Onani)

Masturbasi[1] (bahasa Inggris: masturbation; bahasa Belanda: masturbatie), onani[2] (bahasa Belanda: onanie; bahasa Inggris: onanism), coli,[3] sabsab (masturbasi dengan menggunakan sabun)[4] atau rancap[5] adalah perangsangan seksualitas yang sengaja dilakukan pada organ kelamin untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Perangsangan ini dapat dilakukan tanpa alat bantu ataupun menggunakan suatu objek atau alat, atau kombinasi dari keduanya. Masturbasi merupakan suatu bentuk autoerotisisme yang paling umum, meskipun hal tersebut dapat pula dilakukan dengan bantuan orang lain.

Gambaran seorang pria yang sedang masturbasi.
Gambaran seorang wanita yang sedang masturbasi.

Hewan juga melakukan masturbasi, baik di alam bebas maupun dalam pemeliharaan.[6] Masturbasi lebih umum dilakukan oleh manusia. Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95% pria dan 89% wanita pernah melakukan masturbasi.[7] Masturbasi merupakan tindakan seksual pertama yang dilakukan oleh sebagian besar pria dan wanita, meskipun lebih banyak wanita yang telah melakukan sanggama sebelum mereka pernah melakukan masturbasi. Sebagian besar pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya lebih sering dibandingkan wanita, dan mereka cenderung selalu atau biasanya mengalami orgasme ketika bermasturbasi. Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua setelah sanggama, bahkan masih saja ada yang melakukan masturbasi meskipun telah memiliki pasangan seksual tetap.

Seringkali setelah masa bayi, sebagian besar anak-anak kadang kala menemukan kenikmatan ketika organ genitalnya dirangsang, tetapi jangan dipahami perilaku ini sebagai "seksual" sebelum mereka memasuki masa remaja. Selama masa remaja, persentase mereka (baik laki-laki maupun perempuan) yang melakukan masturbasi meningkat dengan pesat, terutama pada pria. Sebagian besar orang terus melakukan masturbasi ketika mereka telah dewasa, dan banyak juga yang melakukannya sepanjang hidup mereka. Kaum wanita biasanya menggunakan alat untuk melakukan masturbasi, di antaranya menggunakan timun, terung, maupun alat-alat modern berupa vibrator dan dildo.

Etimologi

Istilah masturbasi dipinjam dari bahasa Inggris, masturbation. Ada dua versi etimologi untuk kata ini. Yang pertama adalah dari kata bahasa Yunani, mezea (μεζεα, bentuk jamak untuk penis) atau dari gabungan kata bahasa Latin, manus (tangan) dan turbare (mengganggu). Versi lainnya adalah gabungan dari kata Latin manus (tangan) dan stuprare (mempermainkan), sehingga berarti "mempermainkan penis dengan tangan". Dalam bahasa Melayu, kegiatan masturbasi dikenal sebagai rancap, namun kata ini dalam penggunaan sehari-hari di Indonesia jarang dipergunakan lagi. Masturbasi dalam budaya Indonesia dianggap tabu dibicarakan secara terbuka, ungkapan kata kiasan sering dipakai untuk menyebutkan tindakan ini, seperti "mengocok", "main sabun", dan sebagainya.[butuh rujukan]

Teknik

Cara masturbasi pada laki-laki dan perempuan umumnya dilakukan dengan cara menggosok atau mengelus-elus daerah kemaluan dengan telapak tangan atau jari, dan dimungkinkan juga menggesek-gesekkan kemaluan mereka pada objek seperti bantal. Organ tubuh lainnya juga dapat merasakan kenikmatan bermasturbasi dengan cara menyentuh, menggosok, atau mencubit puting atau organ tubuh lainnya yang peka rangsangan seksual. Laki-laki maupun perempuan terkadang menggunakan zat pelumas untuk mengintensifkan sensasi saat masturbasi. Membaca, melihat, mendengar, atau berfantasi hal-hal pornografi sering digunakan sebagai bumbu tambahan bermasturbasi. Sering kali orang akan mengingat kenangan dan fantasi selama masturbasi.

Setelah pria dan wanita mencapai orgasme saat masturbasi, diperlukan waktu berhenti sejenak untuk mengurangi kegembiraan dan kelelahan yang menjadi efek dari orgasme untuk dapat melanjutkan masturbasi. Mereka mungkin mengulangi siklus ini beberapa kali dalam rentang waktu hitungan menit atau jam setelah orgasme, lalu melanjutkan lagi untuk mencapai orgasme yang lebih kuat intensitas kenikmatannya.

Wanita

Berkas:Wiki-fisting.png
Seorang perempuan yang sedang melakukan masturbasi dengan cara memasukkan tangannya ke dalam vagina.

Teknik masturbasi pada wanita dengan cara membelai atau menggosok vulva, terutama klitoris dengan menggunakan telunjuk atau jari tengah secara terpisah maupun bersamaan. Kadang-kadang satu atau lebih jari dapat dimasukkan ke dalam vagina untuk digerakkan berulang kali menyentuh dinding frontal tempat Titik G berada.[8] Alat bantu masturbasi seperti vibrator, dildo, atau bola-bola Ben Wa juga dapat digunakan untuk merangsang vagina dan klitoris. Banyak perempuan membelai payudara dan merangsang puting dengan tangan mereka untuk mendapat stimulasi seksual yang lebih hebat saat masturbasi, bahkan rangsangan anus juga dinikmati oleh beberapa wanita. Pelicin kadang-kadang digunakan selama masturbasi, terutama ketika masturbasi memasukkan objek ke dalam vagina. Banyak wanita tidak membutuhkan pelumas tersebut dikarenakan pelumasan alami mereka sudah cukup melicinkan gesekan saat penetrasi objek ke dalam vagina.

Posisi umum saat masturbasi antara lain berbaring, telentang, telungkup, duduk, jongkok, berlutut, atau berdiri. Saat mandi, wanita dapat mengarahkan penyemprot air pemandian pada klitoris dan vulvanya untuk mendapatkan sensasi kenikmatan masturbasi. Saat telungkup bisa menggunakan tangan, wanita bisa mengangkang dan menggesek vulvanya dengan bantal, tepi tempat tidur, tumit, atau kaki pasangannya. Berdiri sambil menggesek-gesekkan vulva pada ujung bagian kursi, sudut mebel, bahkan mesin cuci dapat digunakan untuk merangsang klitoris melalui labia meskipun masih mengenakan pakaian penutup kemaluan mereka. Beberapa masturbasi menggunakan tekanan tanpa kontak langsung pada klitoris, misalnya dengan mengosok-gosok telapak tangan pada saat masih mengenakan pakaian. Pada tahun 1920, Havelock Ellis melaporkan bahwa ada penjahit menggunakan mesin jahit yang sedang digunakan untuk dapat mencapai orgasme dengan hanya duduk dekat tepi kursi dan melakukan masturbasi tanpa diketahui orang lain. Selain itu, ia juga menerangkan bahwa perempuan dapat merasakan sensasi kenikmatan masturbasi saat mengendarai sepeda.[9]

Wanita menstimulasi seksual diri mereka dengan menyilangkan kaki mereka dengan erat dan mengepalkan otot-otot di kaki mereka, sehingga menciptakan tekanan pada kemaluan. Hal ini dapat dilakukan di depan umum tanpa dicurigai atau diperhatikan orang sekitar. Pikiran, fantasi, dan kenangan sensual dapat menghasilkan gairah dan orgasme, sehingga beberapa wanita bisa orgasme spontan. Hal ini tidak benar-benar memenuhi syarat sebagai masturbasi karena tidak ada stimulus fisik yang terlibat.[10][11]

Terapi seksual kadang-kadang merekomendasikan pasien perempuan untuk masturbasi sampai orgasme, terutama jika mereka tidak pernah melakukan masturbasi sebelumnya.[12][13]

Pria

 
Masturbasi pria yang dilukiskan Édouard-Henri Avril.

Teknik masturbasi pria dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan kecenderungan selera pribadi. Teknik dapat berbeda antara pria yang telah disunat dan mereka yang belum. Beberapa teknik yang biasanya dilakukan untuk satu individu bisa menjadi sulit atau tidak nyaman bagi individu lainnya.

Teknik masturbasi pria yang paling umum adalah dengan hanya memegang penis dengan kepalan longgar, kemudian menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah secara dinamis. Beberapa jenis rangsangan biasanya diperlukan untuk mencapai orgasme dan ejakulasi. Kecepatan gerakan tangan akan bervariasi dari orang ke orang, meskipun tidak jarang untuk kecepatan umumnya meningkat saat mendekati ejakulasi, kemudian menurun selama ejakulasi berlangsung.[14] Bagi laki-laki yang tidak disunat, masturbasi dilakukan dengan memompa kulup ke atas dan ke bawah kepala penis dengan gerakan cepat setelah kulup telah lentur untuk digesek-gesekkan pada penis. Kelenjar pada penis yang tidak disunat dapat meningkatkan dan memperpanjang waktu rangsangan karena kulup mengurangi gesekan. Untuk laki-laki yang disunat kontak langsung antara tangan dan kulit penis lebih peka, menghindari rasa sakit dan iritasi dari gesekan yang dihasilkan perlu menggunakan pelicin selama masturbasi.

Masturbasi pada pria juga dapat dilakukan dengan hanya melingkari penis dengan jari telunjuk dan jempol. Sebuah teknik yang menempatkan jemari dan ibu jari di penis seperti sedang memainkan seruling. Berbaring telungkup di permukaan yang nyaman seperti kasur atau bantal, kemudian penis digesek-gesekkan pada permukaan lembut tersebut merupakan teknik lainnya. Teknik ini biasa digunakan pria saat menggunakan vagina buatan yang berupa boneka atau sejenisnya.

Ada banyak variasi lain pada teknik masturbasi untuk laki-laki. Pria juga dapat menggosok atau memijat kelenjar pada bagian tepi penis mereka. Beberapa pria menggunakan kedua tangan secara langsung pada penis mereka selama masturbasi, ada juga yang menggunakan salah satu tangan mereka membelai testis mereka, puting, atau organ tubuh lainnya sebagai rangangan tambahan bagi mereka. Puting adalah zona sensitif seksual baik pria maupun wanita, dan stimulasi yang kuat pada puting selama masturbasi biasanya menyebabkan penis menjadi ereksi lebih cepat. Beberapa pria mungkin saja melakukan teknik masturbasi sambil mengoyang-goyangkan panggul seperti saat hubungan seksual dengan wanita. Selain itu juga dapat menggunakan vibrator dan perangkat seksual lainnya yang lebih sering dikaitkan dengan masturbasi wanita. Beberapa laki-laki sangat fleksibel dapat mencapai dan merangsang penis mereka dengan lidah atau bibir mereka, dan melakukan autofellatio.

Masturbasi mutualisme

 
Lukisan Johann Nepomuk Geiger pada tahun 1840 yang menggambarkan laki-laki dan perempuan yang sedang melakukan masturbasi mutualisme.

Masturbasi mutualisme adalah tindakan seksual di saat dua orang atau lebih merangsang diri sendiri atau satu sama lain secara seksual, biasanya dengan tangan. Hal ini dapat menjadi bagian permulaan untuk sanggama, dan digunakan sebagai selingan sebagai sanggama alternatif sebelum atau tanpa penetrasi. Bagi sebagian orang, hubungan seksual frotteurisme adalah aktivitas seksual pilihan utama bagi pasangan yang tidak ingin hubungan seksual penuh sehingga menikmati masturbasi mutual.

Masturbasi mutualisme dipraktikkan oleh orang-orang dari semua orientasi seksual. Ketika digunakan sebagai alternatif dari hubungan seksual penetrasi penis dan vagina, tujuannya mungkin untuk menjaga keperawanan atau mencegah kehamilan. Beberapa orang memilih sebagai alternatif untuk seks bebas karena menghasilkan kepuasan seksual tanpa hubungan seksual yang sebenarnya.

Masturbasi mutualisme bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan secara berpasangan atau berkelompok dengan atau tanpa benar-benar menyentuh orang lain seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut:

Masturbasi nonkontak

Masturbasi yang dilakukan dua orang di hadapan satu sama lain tetapi tidak saling menyentuh. Hal ini sering juga dilakukan secara daring melalui fasilitas kamera web.

Masturbasi kontak

Praktik masturbasi yang menyentuh seseorang untuk saling masturbasi. Orang lain mungkin melakukan hal yang sama selama atau setelahnya.

Kelompok nonkontak

Masturbasi yang dipraktikkan antara lebih dari dua orang masturbasi di hadapan satu sama lain secara berkelompok, tetapi tidak menyentuh satu sama lain.

Kelompok kontak

Masturbasi yang dipraktikkan lebih dari dua orang secara fisik menyentuh satu sama lain untuk melakukan masturbasi secara berkelompok.

Masturbasi foreplay

Masturbasi bertujuan untuk merangsang nafsu seksual supaya lebih membara. Aktivitas yang biasa dilakukan sebelum melakukan persetubuhan.[15]

Pandangan agama

Islam

Ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Pertama haram, dan kedua boleh-boleh saja. Ulama yang berpendapat demikian, mendasarkan keharamannya pada Alquran surah Al-Mu'minuun:5-7, yang artinya: "Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya kecuali terhadap istrinya atau hamba sahaya, mereka yang demikian itu tak tercela. Tetapi barangsiapa mau selain yang demikian itu, maka mereka itu orang-orang yang melewati batas." Keharaman ini juga didasarkan pada alasan bahwa orang yang onani itu ibaratnya melepaskan syahwatnya bukan pada tempatnya. Seperti itu jelas tidak diperbolehkan.

Sedang ulama yang memperbolehkan onani atau masturbasi ini beralasan bahwa mani adalah sesuatu yang lebih. Karenanya boleh dikeluarkan. Bahkan hal itu diibaratkan dengan memotong daging lebih. Pendapat demikian ini didukung Imam Hambali dan Ibnu Hazm. Sedang ulama Hanafiah memberikan batas kebolehan dalam keadaan:

  • Takut melakukan perzinaan.
  • Tidak mampu kawin, tapi syahwat berlebihan.

Rasulullah[siapa?] juga telah mengajarkan bagaimana menghindari luapan birahi bagi para pemuda yang belum mampu menikah dianjurkan sering-sering melakukan puasa, karena puasa itu hikmah, dan puasa bisa membendung syahwat atau nafsu birahi. Sabda Rasul: "Hai para pemuda, barang siapa di antara kalian sudah ada kemampuan (fisik dan modal berumah tangga), maka kawinlah karena perkawinan itu bisa menjinakkan pandangan dan kemaluan. Tetapi barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu bisa membendung syahwat.

Syiah

Masturbasi dilarang sama sekali dalam Syiah. Alquran mengatakan, "Orang-orang beriman adalah... mereka yang melindungi organ seksual mereka kecuali dari pasangan mereka... Oleh karena itu, barangsiapa berusaha lebih luar itu (dalam kepuasan seksual), maka mereka adalah orang yang melampaui batas."[16]

Sunni

Mazhab Hanafi, Syafi'i, Maliki dan Hambali memiliki sikap yang berbeda dalam masalah ini. Beberapa melihatnya dilarang dalam kasus-kasus tertentu, misalnya jika itu mengarah dengan pria atau wanita untuk mengabaikan pasangan mereka secara seksual. Masturbasi dianjurkan ketika mereka melihatnya sebagai kejahatan yang lebih rendah daripada hubungan seksual terlarang. Hal ini umumnya dilarang menurut mazhab Hanafi dan Hambali, kecuali salah satu ketakutan perselingkuhan atau perzinaan. Jika berada di bawah tekanan keinginan, dalam hal ini diperbolehkan untuk mencari bantuan melalui masturbasi. Hal ini dilarang sepanjang waktu menurut mazhab Maliki dan Syafi'i.[17]

Kekristenan

Menurut tradisi, kisah Alkitab Onan dikaitkan dengan tindakan masturbasi dan daripadanya diganjar hukuman, tetapi tindakan yang dideskripsikan oleh cerita ini dipandang sebagai coitus interruptus, bukan masturbasi.[18][19][20][21][22] Di dalam Alkitab tidak ada pernyataan yang menyebutkan secara eksplisit bahwa masturbasi adalah dosa.[23][24]

Katolik

Gereja Katolik mengajarkan bahwa masturbasi merupakan suatu tindakan yang secara intrinsik sangat bertentangan dengan keteraturan.[25] Meskipun dikatakan bahwa psikologi dan sosiologi menunjukkan kalau masturbasi adalah fenomena normal dalam perkembangan seksual, terutama di kalangan orang muda, ini tidak mengubah fakta bahwa masturbasi adalah tindakan yang secara intrinsik sangat bertentangan dengan keteraturan. Siapa saja yang dengan sengaja melakukan aktivitas seksual di luar hubungan suami-istri yang normal pada dasarnya melawan kemurnian dan termasuk dalam dosa berat (KGK #2352, #2396).[26] Dengan tegas St Thomas Aquinas mengatakan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan dengan hawa nafsu termasuk dalam kategori dosa berat.[27] Hubungan seksual dalam Katolik berpedoman pada aktivitas yang sepenuhnya menyadari arti saling memberi diri dan prokreasi manusia dalam konteks cinta sejati suami-isteri (KGK #2361).[26]

Ortodoks Timur

Gereja Ortodoks Timur atau Gereja Kristen Ortodoks dalam pandangan seksualitas sebagai karunia dari Allah yang menemukan pemenuhannya dalam hubungan suami-istri, dan karenanya penyalahgunaan karunia seksualitas manusia adalah dosa. Karena tindakan masturbasi terarah pada diri sendiri, serta pada hakikatnya tidak mampu mengekspresikan cinta dan kepedulian terhadap orang lain, maka dipandang sebagai distorsi penggunaan karunia seksualitas. Hal ini terutama terlihat ketika masturbasi menjadi kecanduan. Pada dasarnya, praktik pemuasan diri dipandang tidak menghormati tujuan dari karunia seksualitas yang diberikan Allah.[28]

Dikatakan bahwa sejak dari para uskup dan teolog gereja Kristen awal seperti Santo Yohanes Krisostomus dan Santo Basilius Agung (330 M) hingga teolog Kristen Ortodoks zaman modern seperti Stanley Harakas, Alexander Schmemann, dan Thomas Hopko, ajaran Ortodoks tentang moralitas seksual tetap konsisten.

Dosa-dosa seksual percabulan, perzinaan, dan masturbasi, seperti halnya kebencian, iri hati, kemabukan dan dosa-dosa lainnya dipandang sebagai dosa dalam hati yang setara dengan dosa badani. Berpaling dari dosa seksual berarti berpaling dari kesenangan pribadi yang tujuannya kepuasan diri. Daripada berpaling ke keinginan daging, umat Kristen Ortodoks perlu berpaling pada Roh Kudus, yang buah-buahnya diyakini adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.[29]

Protestan

Dikatakan bahwa sejumlah teolog Protestan menjelang pertengahan abad ke-20 memiliki pandangan yang berbeda dengan paham Kristen sebelumnya. Protestan cenderung mendukung praktik masturbasi, namun beberapa berpendapat bahwa masturbasi merupakan tindakan pemuasan diri dan tergolong dosa kedagingan, serta meyakini bahwa praktik ini adalah dosa karena mengandung hawa nafsu. Beberapa pihak yang mengizinkannya memandang masturbasi dalam konteks perilaku seksual yang diizinkan jika tujuannya adalah mencegah zina, dan sebagai metode menyeimbangkan libido.[30][31]

Yahudi

Maimonides menyatakan bahwa Tanakh tidak secara eksplisit melarang masturbasi.[32] Menurut tradisi, kisah biblis mengenai Onan ditafsirkan oleh kaum Yahudi sebagai pengeluaran sperma di luar vagina dan kecaman daripadanya,[33] serta menerapkan kisah ini untuk masturbasi,[33] kendati Tanakh tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Onan melakukan masturbasi.[33] Berdasarkan kisah Onan tersebut, Yudaisme tradisional mengutuk masturbasi yang dilakukan oleh kaum pria.[32]

Buddha

Formulasi etika Buddhis yang paling banyak digunakan adalah Pancasila. Sila-sila ini berupa usaha-usaha pribadi yang dilakukan secara sukarela, bukan instruksi atau amanat ilahiah. Sila ketiga yaitu "melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila".[34] Bagaimanapun, setiap aliran Buddhisme memiliki interpretasi berbeda dalam hal apa saja yang merupakan "perbuatan asusila".

Buddhisme dikemukakan oleh Buddha Gautama sebagai suatu metode yang melaluinya manusia dapat mengakhiri dukkha (penderitaan) dan keluar dari samsara (putaran eksistensi tanpa akhir). Normalnya hal ini memerlukan latihan meditasi serta mengikuti Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Utama Berunsur Delapan sebagai suatu cara untuk menundukkan gairah-gairah yang, bersama dengan kelima khandha, menyebabkan penderitaan dan kelahiran kembali. Dengan demikian masturbasi (Pali: sukkavissaṭṭhi) dipandang sebagai masalah bagi orang yang ingin mencapai kebebasan. Menurut suatu pengajaran dari Lama Thubten Zopa Rinpoche, adalah penting untuk menahan diri dari "hubungan seksual, termasuk masturbasi, segala tindakan yang menyebabkan orgasme dan sebagainya, karena hal ini mengakibatkan suatu kelahiran kembali."[35] Ia menjelaskan: "Secara umum, tindakan yang merupakan kebalikan dari sila tersebut mendatangkan hasil negatif yang berlawanan, menjauhkan kita dari pencerahan, dan membuat kita lebih lama berada dalam samsara."[35]

Dampak negatif

Masturbasi juga mempunyai dampak buruk, baik fisik, pikiran ataupun jiwa. Dampak negatifnya, antara lain:

Ketagihan

Orang yang melakukan masturbasi akan keenakan dan terus mengulangi masturbasi, sehingga tingkat ketagihan meningkat, seperti pada narkoba, rokok, dan lainnya. Jika orang itu tidak dikontrol, bisa sampai 3 kali sehari. Secara psikologi, masturbasi akan menyebabkan orang tidak puas hanya dengan imajinasi. Ia akan mencari ke sumber-sumber pornografi, dan secara berkala ia akan terikat erat ke pornografi. Kasus seperti ini tidak jarang atau bisa juga sebaliknya, karena melihat pornografi maka ia melakukan masturbasi.[butuh rujukan]

Pikiran

Jika melihat sesuatu yang bisa membangkitkan birahi sehingga tergoda untuk berimajinasi, pada akhirnya akan masturbasi.[butuh rujukan]

Pekerjaan

Jika orang tetap tidak melepaskan diri dari masturbasi, maka itu akan mengganggu bahkan bisa menghancurkan hidup dan pekerjaannya. Orang yang selalu masturbasi, pikirannya akan terus mengarah imajinasi mesum sehingga imajinasi lain seperti ide yang brilian dan baik perlahan-lahan akan terkikis.[butuh rujukan]

Kontroversi

Mayoritas masyarakat hingga abad ke-20 menganggap masturbasi sebagai hal yang tidak baik. Dikatakan bahwa persepsi memalukan dan berdosa yang telanjur tertanam disebabkan karena penyalahgunaan pada kata itu hingga kini masih tetap ada dalam terjemahan modern, meskipun para ahli kesehatan sepakat menyatakan bahwa masturbasi tidak mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental.[butuh rujukan] Tidak juga ditemukan bukti bahwa anak kecil yang melakukan perangsangan diri sendiri bisa mengalami celaka.[butuh rujukan]

Sumber kepuasan seksual yang dianggap penting oleh beberapa kalangan ini masih ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan karena ketidaktahuan mereka bahwa masturbasi adalah kegiatan yang mereka anggap aman, juga karena pengajaran agama berabad-abad yang menganggapnya sebagai kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak yang telah menerima pesan-pesan negatif dari para orang tua, atau pernah dihukum ketika tertangkap basah melakukan masturbasi saat usia anak-anak. Pengaruh dari kejadian-kejadian ini sering kali mengakibatkan kebingungan dan rasa berdosa yang sulit dihilangkan.[riset asli?] Saat di mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah merasuki mental (kompulsif). Masturbasi kompulsif seperti halnya perilaku kejiwaan yang lainnya adalah pertanda adanya masalah kejiwaan, dan perlu mendapatkan penanganan dari psikiater.[butuh rujukan]

Berlawanan dengan keyakinan kuno, masturbasi dikatakan tidak menyebabkan munculnya birahi tanpa kendali, tidak akan menyebabkan buta atau tuli, menyebabkan flu, tumbuh rambut pada tangan, gagap, atau menyebabkan kematian.[36][butuh sumber yang lebih baik] Masturbasi merupakan ungkapan seksualitas yang alami dan dikatakan tidak berbahaya bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman seseorang akan bagian-bagian tubuhnya dengan cara bagaimana memuaskannya, membangun rasa percaya diri, dan sikap dapat memahami diri sendiri.[37][butuh sumber yang lebih baik] Pengetahuan ini selanjutnya bisa dibawa untuk memperoleh hubungan seksual yang memuaskan pada masa depan, baik dengan cara masturbasi bersama-sama pasangan karena bisa memberitahukan pasangannya tentang apa saja yang bisa memuaskan diri mereka. Suatu hal yang bagus bagi setiap pasangan untuk membicarakan perilaku masturbasi mereka, dan juga untuk menenangkan pasangan jika sewaktu-waktu salah satu di antara mereka lebih memilih untuk melakukan masturbasi daripada sanggama.[riset asli?]

Dalam beberapa kejadian, masturbasi bersama-sama mungkin bisa diterima. Dilakukan sendirian ataupun dengan kehadiran pasangan, kegiatan ini bisa sangat menyenangkan dan menambah keintiman jika ini tidak dianggap sebagai sebuah bentuk penolakan.[riset asli?] Seperti kegiatan yang lainnya, jika ini tidak dikomunikasikan dengan baik, masturbasi bisa diterjemahkan sebagai tanda amarah, keterasingan, ataupun ketidakbahagiaan terhadap hubungan yang sedang berlangsung.[butuh rujukan]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Arti kata masturbasi dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  2. ^ (Indonesia) Arti kata onani dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  3. ^ (Indonesia) Arti kata coli (3) dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  4. ^ (Indonesia) Arti kata sabsab dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  5. ^ (Indonesia) Arti kata rancap (1) dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  6. ^ Bruce Bagemihl: Biological Exuberance: Animal Homosexuality and Natural Diversity. St. Martin's Press, 1999. ISBN 0-312-19239-8
  7. ^ Your Guide to Masturbation: Who Masturbates?
  8. ^ Keesling, Barbara (November/December 99 (Last Reviewed: 30 August 2004)). "Beyond Orgasmatron". Psychology Today. Diakses tanggal 2006-07-29. 
  9. ^ Ellis, Havelock (1927), Studies in the Psychology of Sex (3rd edition), Volume I,; Auto-Eroticism: A Study of the Spontaneous Manifestations of the Sexual Impulse; section I; "The Sewing-machine and the Bicycle:" quotes one Pouillet as saying "it is a well-recognized fact that to work a sewing-machine with the body in a certain position produces sexual excitement leading to the orgasm. The occurrence of the orgasm is indicated to the observer by the machine being worked for a few seconds with uncontrollable rapidity. This sound is said to be frequently heard in large French workrooms, and it is part of the duty of the superintendents of the rooms to make the girls sit properly."
  10. ^ Koedt, Anne (1970). "The Myth of the Vaginal Orgasm". Chicago Women's Liberation Union. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-19. Diakses tanggal 2010-11-18. 
  11. ^ The Kinsey Institute Data from Alfred Kinsey's studies Diarsipkan 2010-07-26 di Wayback Machine.. Published online.
  12. ^ Shuman, Tracy (2006-02). "Your Guide to Masturbation". WebMD, Inc./The Cleveland Clinic Department of Obstetrics and Gynecology. Diakses tanggal 2006-07-29. 
  13. ^ Knowles, Jon (2002-11). "Masturbation — From Stigma to Sexual Health". Katharine Dexter McCormick Library/Planned Parenthood Federation of America, Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-12. Diakses tanggal 2006-07-29. 
  14. ^ "Advanced Masturbation". 2004-10-22. Diakses tanggal 2009-07-11.  "The Full Fist Masturbation Technique" and "The Thumb-Forefinger Masturbation Technique"
  15. ^ "Mutual Masturbation". 2006-06-12. Diakses tanggal 2010-08-07.  — A biographical collection of data for a sociological repository on the topic of mutual masturbating to study changes on the activity over time.
  16. ^ Marriage and Morals in Islam
  17. ^ Marriage in Islam - Part 1 by by Hussein Khalid Al-Hussein, Ph.D. Refer to: Section Al-`Alaqat Al-Mubahah (Allowed Relationships)
  18. ^ Coogan, Michael (2010). God and Sex. What the Bible Really Says (edisi ke-1st). New York, Boston: Twelve. Hachette Book Group. hlm. 110. ISBN 978-0-446-54525-9. OCLC 505927356. Diakses tanggal May 5, 2011. Although Onan gives his name to "onanism," usually a synonym for masturbation, Onan was not masturbating but practicing coitus interruptus. 
  19. ^ Catholic Answers: Birth Control Diarsipkan 2016-11-29 di Wayback Machine. (official Catholic tract declared free from error by a book censor and approved by a bishop.) Quote: "The Bible mentions at least one form of contraception specifically and condemns it. Coitus interruptus, was used by Onan to avoid fulfilling his duty according to the ancient Jewish law of fathering children for one’s dead brother."
  20. ^ Ellens, J. Harold (2006). "6. Making Babies: Purposes of Sex". Sex in the Bible: a new consideration. Westport, Conn.: Praeger Publishers. hlm. 48. ISBN 0-275-98767-1. OCLC 65429579. Diakses tanggal 2012-01-24. He practiced coitus interruptus whenever he made love to Tamar. 
  21. ^ Confirmed by The Web Bible Encyclopedia at Christian Answers: Onan quote: "Some have mistakenly assumed that Onan's sin was masturbation. However, it seems clear that this is not the case. Onan was prematurely withdrawing from sexual intercourse with his new wife, Tamar. This is a form of birth control still practiced today (coitus interruptus)."
  22. ^ Church Father Epiphanius of Salamis agrees, according to Riddle, John M. (1992). "1. Population and Sex". Contraception and abortion from the ancient world to the Renaissance. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. hlm. 4. ISBN 0-674-16875-5. OCLC 24428750. Diakses tanggal 2012-01-24. Epiphanius (fourth century) construed the sin of Onan as coitus interruptus.14 
  23. ^ Michael S. Patton (1985). "Masturbation from Judaism to Victorianism". Journal of Religion and Health. Springer Netherlands. 24 (2): 133–146. doi:10.1007/BF01532257. ISSN 0022-4197. Diakses tanggal 12 November 2011. Nevertheless, there is no legislation in the Bible pertaining to masturbation.  [pranala nonaktif permanen]
  24. ^ Alex W. Kweea and David C. Hoover (2008). "Theologically-Informed Education about Masturbation: A Male Sexual Health Perspective" (PDF). Journal of Psychology and Theology. La Mirada, CA, USA: Rosemead School of Psychology. Biola University. 36 (4): 258–269. ISSN 0091-6471. Diakses tanggal 12 November 2011. The Bible presents no clear theological ethic on masturbation, leaving many young unmarried Christians with confusion and guilt around their sexuality. 
  25. ^ Cardinal Seper, Franjo (2005-12-29). "Persona Humana: Declaration on certain questions concerning sexual ethics". § IX. The Roman Curia. Diakses tanggal 2008-07-23. 
  26. ^ a b (Inggris) "Catechism of the Catholic Church - The Sixth Commandment". Holy See. 
  27. ^ (Inggris) "The Summa Theologica II.II-Q154 (The Parts of Lust)" (edisi ke-1920, Second and Revised Edition). New Advent. 
  28. ^ Fr. John Matusiak. "Church's view of masturbation". Orthodox Church in America. Diakses tanggal 2008-06-26. 
  29. ^ Archpriest Joseph F Purpura, Antiochian Orthodox Christian Archdiocese. "Pre-marital Sexual Relations". Moral and Ethical Issues: Confronting Orthodox Youth across North America. Author Books and Barnes & Noble. Diakses tanggal 2008-06-26. 
  30. ^ Miller, Jeff (2008). "Masturbation". Bible.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-08. Diakses tanggal 2014-10-06. 
  31. ^ Wright, Anne (2009). Grandma's Sex Handbook. Intimate Press. hlm. 123–146. ISBN 978-0-578-02075-4. 
  32. ^ a b (Inggris) Maimonides, Commentary to the Mishnah, Sanhedrin 7:4, apud Dorff, Elliot N. (2003) [1998]. "Chapter Five. Preventing Pregnancy". Matters of life and death : a Jewish approach to modern medical ethics (edisi ke-First paperback). Philadelphia, PA: Jewish Publication Society. hlm. 117. ISBN 0827607687. OCLC 80557192. Jews historically shared the abhorrence of male masturbation that characterized other societies.2 Interestingly, although the prohibition was not debated, legal writers had difficulty locating a biblical based for it, and no less an authority than Maimonides claimed that it could not be punishable by the court because there was not an explicit negative commandment forbidding it.3 
  33. ^ a b c (Inggris) Judaism 101: Kosher Sex Jewish law clearly prohibits male masturbation. This law is derived from the story of Onan (Gen. 38:8-10), who practiced coitus interruptus as a means of birth control to avoid fathering a child for his deceased brother. G-d killed Onan for this sin. Although Onan's act was not truly masturbation, Jewish law takes a very broad view of the acts prohibited by this passage, and forbids any act of ha-sh'cha'tat zerah (destruction of the seed), that is, ejaculation outside of the vagina. In fact, the prohibition is so strict that one passage in the Talmud states, "in the case of a man, the hand that reaches below the navel should be chopped off." (Niddah 13a). The issue is somewhat less clear for women. Obviously, spilling the seed is not going to happen in female masturbation, and there is no explicit Torah prohibition against female masturbation. Nevertheless, Judaism generally frowns upon female masturbation as "impure thoughts."
  34. ^ (Inggris) Higgins, Winton. "Buddhist Sexual Ethics". BuddhaNet Magazine. Diakses tanggal 2007-01-15. 
  35. ^ a b (Inggris) Lama Thubten Zopa Rinpoche. "Kopan Course No. 03 & No. 04 (1972-73): Appendix One: The Eight Mahayana Precepts". Diakses tanggal January 9, 2017. 
  36. ^ "Bahaya onani dan akibatnya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-15. Diakses tanggal 2009-04-19. 
  37. ^ "Fenomena masturbasi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-02. Diakses tanggal 2009-04-19. 

Pranala luar