Pandan duri

(Dialihkan dari Pandan Pudak)
Pandan Duri
Sepohon pandan duri, di Hawaii
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
P. tectorius
Nama binomial
Pandanus tectorius
Parkinson ex Du Roi, 1774
Sinonim

banyak, di antaranya:

  • Pandanus adscendens H.St.John
  • Pandanus baptistii Misonne
  • Pandanus chamissonis Gaudich.
  • Pandanus laevis Lour.
  • Pandanus pedunculatus R.Br.
  • Pandanus repens Miq.
  • Pandanus sabotan Blanco
  • Pandanus samak Hassk.
  • Pandanus spurius (Willd.) Miq.
  • Pandanus veitchii Mast.

Sumber: The Plant List.[1]

Pandan duri, pandan tikar, pandan samak, atau pandan pudak (Pandanus tectorius) adalah sejenis tumbuhan serupa pohon, anggota suku Pandanaceae. Ia tersebar di seluruh pantai-pantai dan pulau-pulau di kawasan Asia Selatan dan Timur sampai ke Polinesia.[2]

Pandan memiliki berbagai varietas. Oleh sebab itu, penduduk lokal yang umumnya mengenali varietas tersebut memberinya nama yang berbeda-beda, dan bahkan membudidayakan sebagian besar tumbuhan tersebut untuk berbagai tujuan yang berlainan.[3] Varietas-varietas tertentu disukai karena daunnya yang lembut dan kuat untuk dianyam sebagai tikar; yang lain digemari karena bunga jantannya (Jw., pudak) yang berbau wangi dapat digunakan untuk mengharumkan ruangan, pakaian, atau minyak wangi.[4] Ada pula varietas yang buahnya dapat dimakan[3][5]

Pengenalan

sunting
 
Daun dan buah muda

Pohon atau perdu yang bercabang lebar, tinggi 3-7 m, kadang-kadang berbatang banyak. Sering dengan akar tunjang dari sekitar pangkal batang dan akar udara dari cabangnya; akar-akar ini dengan jerawat dan tudung akar yang besar dan menyolok.[6]

 
Buah

Daun berbentuk pita, 70-250 × 3-9 cm, kaku, hijau kebiruan dan berlilin, bertulang daun sejajar, dengan duri tempel pada tepi daun dan sisi bawah ibu tulang daun, berujung meruncing. Daun-daun berkumpul rapat di ujung ranting, dalam 3 baris yang tersusun spiral, duduk, dengan pangkal memeluk batang, meninggalkan bekas bentuk cincin bila rontok. Berumah dua (dioesis), perbungaannya berupa tongkol; tongkol bunga jantan menggantung, panjang 25–60 cm, dengan 10-20 cabang samping, terselubung dalam seludang putih-kuning yang berbau harum. Tongkol bunga betina menyendiri, berbentuk bongkol bulat, bergaris tengah lk. 5 cm.[6]

 
Batang

Buah majemuk (dikenal sebagai cephalium), sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan warnanya, terdiri dari banyak buah tunggal. Bentuk mulai dari bulat telur, menjorong (elipsoid), hampir bulat, dan serupa bola; panjang 8-30 × 4–20 cm pada garis tengahnya. Buah batu (disebut falang, phalanges) bentuk bulat telur terbalik hingga lonjong, 2,5-11 × 1,5-6,7 cm; kulit buah (eksokarp) hijau, kuning, jingga, merah bila masak; daging buah (mesokarp) putih menyerabut dan berisi udara di bagian ujung, berdaging kekuningan hingga jingga atau merah-jingga di pangkal. Biji bulat telur, menjorong, atau lonjong, 6-20 milimeter panjangnya.[3]

Agihan dan ekologi

sunting
 
Akar tunjang

Pandan laut banyak didapati tumbuh di pantai-pantai berpasir dan berkarang di Asia Tenggara, termasuk Filipina dan Indonesia, ke timur hingga Nugini, Australia, dan kepulauan-kepulauan di Samudra Pasifik (Melanesia, Mikronesia, serta Polinesia).[3] Lebih ke barat lagi ia ditemukan pula di Kepulauan Andaman, Burma, Sri Lanka, India, hingga Pakistan.[7] Tumbuhan ini hidup pada rentang ketinggian antara 0–610 m dpl.[8]

Menyukai wilayah dengan curah hujan antara 1.500–4.000 mm (59–157 in) pertahun, pandan duri mampu beradaptasi dengan pelbagai jenis tanah yang ada di pesisir, termasuk tanah pasir kuarsa, pasir karang, gambut, kapur, dan juga basalt. Tumbuhan ini toleran terhadap kadar garam tinggi dan hembusan angin yang terus-menerus, dan menyenangi tanah dengan pH antara 6-10 (agak asam hingga basa). Ia tumbuh sangat baik di bawah cahaya matahari penuh, meskipun sanggup pula tumbuh baik dengan naungan 30-50%.[3]

Jenis yang tumbuh di pantai, buahnya yang mengapung dipencarkan oleh arus air dan gelombang laut.

Manfaat

sunting
 
Bunga jantan (pudak) dengan seludang berwarna kekuningan

Varietas atau forma yang berbeda-beda menghasilkan manfaat yang berlainan pula. Umumnya varietas atau kultivar P. tectorius yang dibudidayakan di Jawa adalah untuk diambil daunnya sebagai bahan anyaman.[9][10] Di wilayah Pasifik, ratusan varietas dikenali oleh penduduk pulau-pulau di sana, sebagiannya bermanfaat sebagai bahan anyaman, dan sebagian lagi dipujikan buahnya yang enak.[3]

 
Buah-buah yang didamparkan air laut di pantai

Beberapa varietas yang disebut-sebut Heyne, di antaranya:[4]

  • Pandan samak (P. tectorius var. samak (Hassk.) Warb.), barangkali merupakan jenis pandan yang paling penting di Jawa sebagai penghasil bahan anyaman (topi, tikar, dll.). Nama-nama lainnya, di antaranya, pandan tikar (Ind.); pandan abu (Sumbar); pandan kapur atau pandan putih (Tnr., karena daunnya keputih-putihan berlapis lilin); pandan cucuk (Banten, cucuk: duri); pandan samak (Sd.); pandan jaksi (Sd.) atau jeksi (Jw.).
  • Pandan sari, dari Kedu, sebagai bahan anyaman halus. Juga untuk menutup tepian anyaman.[9]
  • Pandan jaran (Jw. jaran: kuda), untuk anyaman kasar. Kurang disukai karena daunnya agak kaku, dan warnanya bebercak kekuningan.[9]
  • Pandan bĕtok, dari Blora, untuk anyaman kasar.
  • Pandan kali, dari Yogyakarta, untuk anyaman kasar.
  • Pandan tebu, untuk anyaman, dari Bawean.
  • Pandan pudak atau pandan tak berduri (P. tectorius var. laevis Warb.), dipakai sebagai bahan anyaman halus (tempat rokok, tempat sirih, tikar halus). Bunga jantannya (Jw., pudak) dimanfaatkan sebagai pengharum ruangan dan pakaian, meskipun tak berapa tahan lama. Nama-nama lainnya, di antaranya, pandan pudak, pandan pudak emprit (Btw., Sd., Jw.); pandan lengis (Bl.); pandang puda (Mak., Bug.); pandan kasturi (Ambon); pandan puteri, pandan putih (Mink.); dan lain-lain.
  • Pandan menjalar, yang disebut oleh Rumphius dengan nama Pandanus repens,[11] dan dipersamakan oleh Merrill dengan Pandanus sabotan Blanco dari Filipina.[4] Daun-daun pandan ini dimanfaatkan untuk membuat tudung, dan tikar kasar. Di Ternate dan Banda tumbuhan ini disebut kokoya; di Ambon disebut leut; dan di Seram dinamai rune.[11]
 
Tumbuh di tebing dan tepi pantai

Di samping itu, pandan tikar berguna dalam teknik agroforestri, dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pagar hidup, tanaman multiguna dalam wanatani, bahan mulsa, stabilisasi tanah (pasir) pantai dari hembusan angin, jalur penahan angin untuk melindungi tanaman pertanian dari semburan air laut, sumber pakan ternak, dan lain-lain.[3]

Jenis yang serupa

sunting

Pandanus tectorius sangat bervariasi dalam morfologi dan sifat-sifatnya. Para ahli umumnya belum bersepakat mengenai status taksonomi P. tectorius dan kerabat dekatnya, P. odorifer (Forssk.) Kuntze (sin. P. odoratissimus L.f.). Sebagian pakar memandang bahwa takson yang satu adalah anak jenis takson yang lain; sementara sebagian yang lain menganggapnya sebagai dua spesies yang berbeda.

Pandan pudak duri (P. odorifer), yang harum bunganya tahan jauh lebih lama, sering dianggap sama dengan P. tectorius, baik karena perawakannya yang mirip, maupun karena biasa ditemukan pada habitat yang sama di hutan pantai. P. odorifer juga disebut pandan laut (Ind.) atau pandan pasir (Jw.). P. odorifer memiliki duri yang berukuran lebih besar, dengan warna putih atau lebih pucat dari duri P. tectorius yang kehijauan.[3]

Pandan bidur (P. dubius Spreng.) memiliki perawakan dan habitat pantai yang serupa pula. Buah pandan bidur bertangkai panjang (60–80 cm), batang dan akarnya dengan banyak jerawat (lentisel).[3]

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ The Plant List: Pandanus tectorius Parkinson ex Du Roi
  2. ^ Shadily, H. 1984. Ensiklopedi Indonesia Jil. 5: 2536. Jakarta: Ichtiar Baru- Van Hoeve dan Elsevier Publishing Projects.
  3. ^ a b c d e f g h i Thomson, L.A.J.; L. Englberger; L. Guarino; R.R. Thaman; C.R. Elevitch. 2006. Pandanus tectorius (pandanus). The Traditional Tree Initiative.
  4. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 1: 123-9. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 68-73).
  5. ^ Purwanto, Y., & E. Munawaroh. 2010. Etnobotani jenis-jenis Pandanaceae sebagai bahan pangan di Indonesia. Berkala Penelitian Hayati Edisi Khusus 5A: 97-108, 2010 Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine..
  6. ^ a b Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hal. 104-5
  7. ^ Flora of Pakistan: Pandanus tectorius Parkinson.
  8. ^ Little Jr., Elbert L.. "Hala, screwpine" (PDF). United States Forest Service. Diakses pada 7 Maret 2010.
  9. ^ a b c Wardah, & F.M. Setyowati. 2009. Ethnobotanical study on the Genus Pandanus L. f. in certain areas in Java, Indonesia. Biodiversitas, 10(3): 146-50, Juli 2009.
  10. ^ Rahayu, M., S. Sunarti, A.P. Keim. 2008. Kajian etnobotani pandan samak (Pandanus odoratissimus L.f.): pemanfaatan dan peranannya dalam usaha menunjang penghasilan keluarga di Ujung Kulon, Banten. Biodiversitas, 9(4): 310-14, Oktober 2008.
  11. ^ a b Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars IV: 152. Amstelaedami:apud Franciscum Changuion, Joannem Catuffe, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.