Pembagian Kekaisaran Mongol

Pembagian Kekaisaran Mongol dimulai ketika Möngke Khan meninggal pada tahun 1259 dengan tidak mendeklarasikan penerus, sehingga menimbulkan pertikaian antara garis keluarga Tolui untuk memperebutkan gelar Khagan dan tereskalasi menjadi Perang Saudara Toluid. Perang saudara ini, bersama dengan Perang Berke–Hulagu dan Perang Kaidu–Kubilai sangat melemahkan kekuasaan Khan Agung atas Kekaisaran Mongol dan kekaisaran tersebut akhirnya pecah menjadi kekhanan otonom, termasuk Gerombolan Emas di barat laut, Kekhanan Chagatai di tengah, Ilkhanat di barat daya, dan Dinasti Yuan di timur Beijing, meskipun Kaisar Yuan secara teori memegang gelar Khagan. Empat kekhanan masing-masing mempunyai kepentingan dan tujuan yang berbeda, dan runtuh pada waktu yang berbeda.

Pembagian Kekaisaran Mongol
Relict states of the Mongol Empire
Tanggal1259 - 1294 M
LokasiKekaisaran Mongol
PartisipanIlkhanat, Dinasti Yuan, Kekhanan Chagatai, Gerombolan Emas
HasilKekaisaran Mongol terpecah menjadi empat kekhanan yang berbeda

Perpecahan sunting

Sengketa suksesi sunting

 
Mongol pada perang.

Saudara Möngke Khan, Hulagu Khan, memutuskan untuk mengerahkan militernya ke Suriah, menarik sebagian besar pasukannya ke Mughan dan hanya menyisakan sejumlah kecil tentara di bawah jenderalnya Kitbuqa. Tentara Salib Kristen dan Mamluk Muslim, keduanya menganggap bahwa Mongol adalah ancaman besar, dan akhirnya Kristen dan Muslim melakukan gencatan senjata dan bekerja sama untuk memanfaatkan keadaan tentara Mongol yang sedang melemah.[1]

Pada tahun 1260, Mamluk berjalan dari Mesir dan diizinkan untuk tinggal dan mengisi ulang pasokan dekat Akko yang merupakan basis Kristen, dan bertempur dengan pasukan Kitbuqa di sebelah utara Danau Galilea, pada Pertempuran Ain Jalut. Mongol berhasil dikalahkan dan Kitbuqa dieksekusi. Pertempuran penting ini menandai batas akhir ekspansi Mongol, Mongol tidak mampu lagi menaklukan daerah yang lebih jauh dari Suriah.[1]

Di wilayah kekaisaran lain, saudara Hulagu dan Möngke yang lain, Kubilai Khan, mendengar kabar mengenai kematian Khan Agung di Sungai Huai, Tiongkok. Ia tidak kembali ke ibu kota dan terus melanjutkan ekspansi ke wilayah Wuchang, dekat Sungai Yangtze. Adik mereka Ariqboke memanfaatkan ketiadaan Hulagu dan Kublai dan posisinya di ibu kota untuk mendapat gelar Khan Agung, dengan perwakilan dari semua cabang keluarga menyatakan dia sebagai pemimpin kurultai di Karakorum. Ketika Kubilai mengetahui hal ini, ia mendirikan kurultai di Kaiping, di mana hampir semua pangeran senior dan penduduk di Tiongkok Utara dan Manchuria mendukung pencalonan Kubilai daripada Ariqboke.

Perang saudara sunting

 
Kubilai Khan, cucu Jenghis Khan dan pendiri dinasti Yuan.

Pertempuran terjadi antara pasukan Kublai dan Ariqboke, termasuk pasukan yang masih setia kepada pemerintahan Möngke. Pasukan Kubilai dengan mudah mengalahkan Ariqboke dan merebut kekuasaan pemerintahan sipil di selatan Mongolia. Tantangan selanjutnya berasal dari sepupu mereka, Chagataid.[2][3] Kubilai mengirim Abishka, pangeran Chagataid yang setia kepada Kubilai, untuk mengambil alih kekuasaan di Chagatai. Tetapi Ariqboke menangkapnya dan kemudian Abishka dieksekusi, dan mengirim Alghu sebagai gantinya.Pemerintahan baru Kubilai memblokade Ariqboke di Mongolia untuk memotong pasokan makanan, yang menyebabkan kelaparan. Karakorum jatuh ke tangan Kubilai, tapi Ariqboke dapat merebut kembali ibu kota pada tahun 1261.[2][3]

Di barat daya Ilkhanat, Hulagu setia kepada saudaranya Kubilai, tetapi perang dengan sepupunya Berke, penguasa dari Gerombolan Emas di bagian barat laut kekaisaran, dimulai tahun 1262. Kematian mencurigakan dari pangeran Jochid, distribusi ramapasan perang yang tidak merata, dan pembantaian Muslim oleh Hulagu membuat Berke murka. Berke juga membentuk aliansi dengan Mamluk Mesir untuk melawan Hulagu dan mendukung Ariqboke.[3]

Hulagu meninggal pada 8 Februari 1264. Berke berusaha untuk mengambil keuntungan dan menyerang wilayah Hulagu, tetapi dia meninggal ketika perjalanan, dan beberapa kemudian bulan Alghu Khan dari Kekhanan Chagatai meninggal juga. Kubilai menunjuk anak Hulagu, Abaqa sebagai Ilkhan baru, dan Abaqa mencari kerjasama dengan luar negeri, seperti mencoba untuk membentuk Aliansi Prancis-Mongol untuk melawan Mamluk Mesir. Kubilai menominasikan cucu Batu Khan Möngke Temür untuk memimpin Gerombolan Emas.[4] Ariqboke menyerah kepada Kubilai di Shangdu pada 21 Agustus 1264.[5]

Perpecahan menjadi empat kekhanan sunting

Pembentukan Dinasti Yuan (1271-1368) oleh Kubilai Khan mempercepat fragmentasi dari Kekaisaran Mongol. Kekaisaran Mongol pecah menjadi empat kekhanan antara lain Dinasti Yuan, Gerombolan Emas, Kekhanan Chagatai dan Ilkhanat. Pada tahun 1304, perjanjian damai antara kekhanan disepakati dengan supremasi Dinasti Yuan yang lebih dari kekhanan di barat. Namun, supremasi ini didasarkan tidak seperti dasar pada Khagan awal. Konflik seperti bentrokan perbatasan antara empat kekhanan terus berlanjut. Contohnya Perang Esen Buqa–Ayurbarwada yang terjadi di 1310-an. Masing-masing dari empat kekhanan terus menjalankan kekuasaannya sebagai negara yang terpisah dan runtuh pada waktu yang berbeda.

Dinasti Yuan sunting

 
Giok dari DInasti Yuan dengan desain ukiran dari naga.

Transisi ibu kota Kekaisaran Mongol ke Khanbaliq (Dadu, Beijing saat ini) oleh Kubilai Khan pada tahun 1264 ditentang oleh banyak rakyat Mongol. Dengan demikian, perjuangan Ariqböke menjadi mempertahankan pusat Kekaisaran tetap berada di Mongolia. Setelah kematian Ariqböke, perjuangan dilanjutkan oleh Kaidu, cucu dari Ogedei Khan dan Nayan.

Dengan menyingkirkan dinasti Song, Kubilai Khan selesai menaklukan Tiongkok. Armada dinasti Yuan berusaha menyerang Jepang pada tahun 1274 dan 1281, tetapi kapal mereka hancur oleh badai laut yang bernama kamikaze (angin suci) pada setiap usaha. Warga biasa mengalami masa-masa krisis selama dinasti Yuan berkuasa. Oleh karena itu, prajurit Mongol memberontak melawan Kubilai pada tahun 1289. Kubilai Khan meninggal pada tahun 1294 dan digantikan oleh Temür Khan, yang terus berjuang melawan Kaidu, yang berlangsung sampai kematian Kaidu di 1301. Ayurbarwada Buyantu Khan berkuasa di 1312. Ujian Kenegaraan untuk pegawai negeri mulai diselenggarakan di dinasti Yuan pada 1313.[6]

Pemberontakan Pemberontakan Serban Merah dimulai di Tiongkok pada 1350-an[7] dan Dinasti Yuan digulingkan oleh dinasti Ming pada tahun 1368. Kaisar Yuan terakhir Toghon Temür melarikan diri ke utara Yingchang dan meninggal di sana pada tahun 1370. Sisa dari Dinasti Yuan telah mundur ke Mongolia, dan membentuk dinasti Yuan Utara dan terus melawan Ming.

Gerombolan Emas sunting

 
Batu Khan mendirikan Gerombolan Emas.

Gerombolan Emas didirikan oleh Batu, putra dari Jochi, pada tahun 1243. Gerombolan Emas mencakup wilayah Volga, pegunungan Ural, stepa utara Laut Hitam, Kaukasus Utara, Siberia Barat, Laut Aral dan Sungai Irtysh.

Ibu kota awalnya Sarai Batu dan kemudian Sarai Berke. Kekaisaran ini melemah karena persaingan keturunan dari Batu dan dibagi menjadi Kekhanan Kazan, Kekhanan Astrakhan, Kekhanan Krimea, Kekhanan Siberia, Gerombolan Agung, Gerombolan Nogai, dan Gerombolan Putih selama abad ke-15. Rus yang telah bersatu menaklukkan Kekhanan Kazan pada tahun 1552, Kekhanan Astrakhan pada tahun 1556, Kekhanan Siberia pada tahun 1582, dan Kekaisaran Rusia menaklukkan Kekhanan Krimea pada tahun 1783.

Kekhanan Chagatai sunting

Kekhanan Chagatai didirikan pada 1266 yang meliputi wilayah Asia Tengah, Danau Balkhash, Kashgar, Afganistan, dan Zhetysu. Kekhanan ini dibagi antara Transoxania (Ma Wara un-Nahr) yang menetap di barat dan nomaden Moghulistan di timur. Beberapa menyatakan bahwa sebagian dari mereka masih berbicara bahasa Mongolia sampai akhir abad ke-16.

 
Observatorium Ulugh Beg di Samarkand

Moghulistan berjaya selama era Timur (1395-1405), seorang panglima perang dari klan Barlas. Timur dikalahkan oleh Khan Gerombolan Emas Tokhtamysh pada 1395 dan mengambil wilayah Kaukasus Utara. Dia menghancurkan pasukan Turki dekat Ankara, kejadian yang membuat Turki menunda penaklukan Kekaisaran Bizantium selama setengah abad. Kekaisaran Timuriyah pecah tak lama setelah dia meninggal.

Cucu Timur Ulugh Beg (1409-1449) memerintah Transoxania dan selama pemerintahannya, perdagangan dan perkonomian Transoxania berkembang secara signifikan. Ulugh Beg membangun sebuah observatorium astronomi di dekat Samarkand pada tahun 1429 dan menulis karyanya Zij-i-Sultani, yang terdiri dari teori-teori astronomi dan katalog lebih dari 1000 bintang dengan posisi yang tepat pada bola langit.

Persaingan panjang antara Moghulistan dengan Oirat untuk memperebutkan rute perdagangan berakhir dengan kekalahan oleh Oirat pada tahun 1530. Babur, penguasa Kabul dari dinasti Timuriyah, menaklukkan sebagian besar India pada tahun 1526 dan mendirikan Kesultanan Mughal. Kesultanan Mughal pecah menjadi beberapa negara kecil pada abad ke-18 dan ditaklukkan oleh Kekaisaran Britania pada tahun 1858.

Ilkhanat sunting

 
Kubah Soltaniyeh

Ilkhanat yang diperintah oleh Wangsa Hulagu, didirikan pada tahun 1256 dan mencakup wilayah Iran, Irak, Transkaukasus, Asia Kecil timur dan Turkistan Barat. Ketika penguasa awal kekhanan beragama Buddhisme Tibet, penguasa Mongol pindah agama ke Islam setelah penobatan Ilkhan Ghazan (1295-1304). Pada tahun 1300, Rashid-al-Din Hamadani dalam kerjasama dengan sejarawan Mongol menulis Jami al-Tawarikh (Sudur un Chigulgan, Ringkasan Sejarah) atas perintah Ghazan. Karya itu selesai pada 1311 selama pemerintahan Ilkhan Öljeitü (1304-1316). Altan Debter yang ditulis oleh seorang sejarawan Mongol Bolad Chinsan menjadi dasar untuk menulis Jami al-Tawarikh. Setelah kematian Abu Sa'id (1316-1335) Ilkhanat pecah dengan cepat menjadi beberapa negara. Yang paling menonjol adalah dinasti Jalayiriyah, yang diperintah oleh keturunan Mukhali dari Jalair.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b Morgan.
  2. ^ a b Jackson.
  3. ^ a b c Barthold.
  4. ^ Prawdin.
  5. ^ Weatherford. p. 120.
  6. ^ The Mongol Empire and Its Legacy, by Reuven Amitai, David Orrin Morgan, p267
  7. ^ The Cambridge history of China, Volume 7, pg 42