Pendudukan Suriah utara oleh Turki
Angkatan Bersenjata Turki dan sekutunya Tentara Nasional Suriah menduduki[10][11] area-area di Suriah bagian utara sejak Agustus 2016, selama Perang Saudara Suriah. Meskipun area-area ini mengaku sebagai pemerintah yang berafiliasi dengan oposisi Suriah, pada praktiknya mereka membentuk sebuah proto-negara terpisah[12] di bawah dual otoritas yaitu dewan lokal asli dan administrasi militer Turki yang terdesentralisasi.
Zona pendudukan Turki di Suriah utara | |
---|---|
Bendera Kemerdekaan Suriah dan bendera Turki; keduanya digunakan dengan luas di zona ini.[1][2][3][4] | |
Area Operasi Perisai Eufrat (2016) Area Operasi Ranting Zaitun (2018) Area Operasi Musim Semi Damai (2019) | |
Ibu kota | Azaz[5] |
Bahasa resmi | |
Pemerintahan | Pemerintah sementara (dua otoritas dewan lokal dan administrasi militer yang terdesentralisasi) |
• Presiden | Salem al-Meslet |
• Perdana Menteri | Abdurrahman Mustafa |
• Menteri Pertahanan | Salim Idris |
Pemerintahan sendiri di bawah pendudukan militer | |
24 Agustus 2016 | |
20 Januari 2018 | |
9 Oktober 2019 | |
Luas | |
- Total | 8.835[7][8][9] km2 |
Mata uang | Pound Suriah, lira Turki,[2] dolar Amerika Serikat |
Area-area kontrol Turki di Suriah seluas 8.835 kilometer persegi yang meliputi lebih dari 1000 permukiman, termasuk kota seperti al-Bab, Azaz, Jarabulus, Rajo, Tal Abyad dan Ras al-Ayn. Mayoritas permukiman ini dicaplok dari kelompok Negara Islam Irak dan Syam (IS) dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), keduanya dicap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Turki, meskipun beberapa kota, seperti Azaz, berada di bawah kontrol oposisi Suriah sebelum intervensi oleh Turki. Pemerintah Sementara Suriah berpindah ke teritori kontrol Turki dan mulai memperluas sebagian wewenang di sana, termasuk menyediakan dokumen untuk warga negara Suriah. Area-area ini dirujuk sebagai "zona-zona aman" oleh otoritas Turki.[13] Pendudukan ini diduga menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia di beberapa area, termasuk pembersihan etnik.[14][15][16][17]
Rujukan
sunting- ^ Madeline Edwards (6 August 2018). "As Syria's proxies converge on Idlib, what's next for Turkey's northern state-within-a-state?". SYRIA:direct and Konrad Adenauer Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 August 2018. Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ a b Khalil Ashawi (28 August 2018). "Falling lira hits Syrian enclave backed by Turkey". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 August 2018. Diakses tanggal 31 August 2018.
- ^ ANF (29 March 2019). "ID cards of civilians replaced with Turkish ID cards in Afrin". Ajansa Nûçeyan a Firatê. ANF News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2019. Diakses tanggal 1 April 2019.
- ^ a b Sarah El Deeb (19 June 2018). "Blurring the border, Turkey deepens roots in northern Syria". AP News. Diakses tanggal 6 October 2020.
- ^ "Turkey's Idlib Incursion and the HTS Question: Understanding the Long Game in Syria". War on the Rocks. October 31, 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 4, 2019. Diakses tanggal April 12, 2018.
- ^ Sydow, Christoph (14 October 2017). "Syrien: Willkommen in der türkischen Besatzungszone" [Syria: Welcome to the Turkish occupation zone]. Spiegel Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 December 2017. Diakses tanggal 2 January 2018.
- ^ "30 يوما من نبع السلام: "قسد" تخسر نصف مساحة سيطرتها تقريبا.. وروسيا و"النظام" لاعب جديد في الشمال السوري.. وانتهاكات الفصائل التركية تجبر المدنيين على الفرار.. وأكثر من 870 شهيداً وقتيلاً.. وأوضاع إنسانية وصحية كارثية تهدد المنطقة". 9 November 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-09. Diakses tanggal 2019-11-09.
- ^ "Fırat Kalkanı Harekatının 216 günlük bilançosu". 30 March 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-09. Diakses tanggal 2019-11-09.
- ^ "Bozdağ: Türkiye'nin Afrin de işi bitmemiştir - Politika haberleri". 26 March 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-09. Diakses tanggal 2019-11-09.
- ^ Sirwan Kajjo (2 March 2017). "Skirmishes Mar Fight Against IS in Northern Syria". Voice of America. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2017. Diakses tanggal 13 April 2017.
Turkish occupation "is an existential threat to the Assad government's ability to reclaim the entirety of its territory, which is a key argument that regime loyalists make in their support of Bashar al-Assad's government," Heras said.
- ^ Robert Fisk (29 March 2017). "In northern Syria, defeated Isis fighters leave behind only scorched earth, trenches – and a crucifixion stand". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 July 2017. Diakses tanggal 17 September 2017.
You can’t mistake the front line between the Syrian army and Turkey’s occupation force east of Aleppo.
- ^ Haid Haid (2 November 2018). "Turkey's Gradual Efforts to Professionalize Syrian Allies". Carnegie Endowment for International Peace. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 November 2018. Diakses tanggal 19 November 2018.
- ^ "Safe zone 'crucial for Turkmen in Syria'". www.aa.com.tr. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-07. Diakses tanggal 2019-10-10.
- ^ Rudaw (2020-04-20). "Afrin, Syria: Kurdish population more than halved since 2018 Turkish invasion". genocidewatch (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-04.
- ^ "NYT accused of whitewashing Turkey's Afrin occupation". The Jerusalem Post | JPost.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-04.
- ^ "'Nothing is ours anymore': Kurds forced out of Afrin after Turkish assault". the Guardian (dalam bahasa Inggris). 2018-06-07. Diakses tanggal 2021-11-04.
- ^ Iddon, Paul (2020-03-19). "Turkey's actions in Syria's Afrin amount to ethnic cleansing - Kurdish analysts". Ahval (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-04.
Bacaan lebih lanjut
sunting- Bagheri, Saeed (2023). "Turkey's Extraterritorial Use of Force against Armed Non-State Actors". Israel Law Review (dalam bahasa Inggris). 56 (2): 143–170. doi:10.1017/S0021223722000243 . ISSN 0021-2237.