"Anatomi" Sebagian Dari Krisis

sunting

Linke (1999:4) menyimpulkan bahwa Krisis adalah suatu ketidak normalan dari sebuah konsekuensi negatif yang mengganggu operasi atau akomodasi sehari - hari sebuah organisasi atau perusahaan yang yang mungkin berakibat adanya kematian, menurunnya kualitas hidup, berkurangnya tingkat kesejahteraan dan menurunnya reputasi perusahaan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa krisis berdampak bisa melumpuhkan suatu fase perusahaan atau organisasi kedalam suatu yang genting dan datangnya suatu krisis juga dikatakan sebagai penyakit menular yang kalau tidak diatasi secara cepat akan menyebar luaskan penyakit tersebut lebih dalam yang berakibat fatal bagi sebuah organisasi atau lembaga. Oleh karena itu, krisis harus dikarantina sebelum menyebabkan hal yang lebih serius lagi terjadi. Ketika krisis melanda, tindakan yang harus dilakukan oleh Praktisi Public Relations adalah harus segera memberikan respon dengan cepat dalam memberikan klarifikasi kepada media serta dalam mengambil tindak keputusan praktisi PR harus cepat dalam menanggulangi krisis tersebt agar tidak menyebar luas. Sementara itu menurut Kasali (1992:4) Krisis adalah suatu yang sangat krusial, atau momen yang menentukan (Decisive Momen)krisis adalah suatu Turning Point yang dapat diselesaikan dengan baik dan berakhir dengan kemenangan (for better). Bila dalam keadaan gagal hal tersebut akan menimbulkan korban (for worse). Perlu diketahui, krisis tidak datang dengan sendirinya, Karena krisis pun ada tanda-tanda yang menjadi sirine atau pengingat, sebelum krisis pada posisi turning point. Dapat disimpulkan juga bahwa krisis adalah suatu turning point for a better or worse titik balik untuk menjadi baik baik atau semakin memburuk. Berbicara tentang krisis, dimana sudah banyak para ahli yang berpendapat, maka ada hal yang berkaitan lagi dengan isu dan krisis yaitu Anatomi Krisis. Menurut Steven Fink krisis bisa diidentifikasi seperti istilah terminologi anatomi yang biasa digunakan oleh bahasa kedokteran. Oleh karena itu Fink mengklasifikasikannya melalui empat tahapan yaitu :

1. Tahap Prodromal

Di dalam tahap pertama ini, suatu organisasi atau badan menganggap sepele permasalahan yang sudah ada dan belum merasakan akan adanya tanda-tanda akan terjadinya suatu krisis. Karena semua berjalan dengan tampak biasa-biasa saja dan organisasi atau perusahaan masih bisa beroperasi. Pada tahap ini, perusahaan seharusnya sudah mulai peka untuk menerima sirine atau tanda-tanda seperti simtom yang harus segera diselesaikan. Seperti yang dibahas pada bagian atas, bahwa prodromal juga sebagai turning point, bila manajemen gagal dalam mengartikan sinyal-sinyal tersebut, krisis akan segera masuk kedalam tahap akut. Tahap Prodromal dibagi kedalam tiga aspek yaitu :


a) Jelas Sekali

Gejala - gelaja yang timbul sangat jelas terlihat sekali seperti adanya desas - desus yang banyak menyebar luas dan banyak diperbincangkan atau bisa berakibat fatal salah satu contohnya adalah pemutusan sebelah pihak antara pegawai dan perusahaa tempatnya bekerja dan kecelakaan kerja.


b) Samar - samar

Gejala yang tampak samar-samar ini sehingga perusahaan sulit menganalisis gejala krisis tersebut. Sehingga terkadang perusahaan perlu menyewa jasa praktisi PR.


c) Tidak jelas sama sekali

Gejala ini tidak terlihat jelas sama sekali, perusahaan atau lembaga tidak dapat membaca gejala ini karena semuanya tampak seperti biasa saja.


2. Tahap Akut

Pada tahap ini krisis mulai bermunculan , dan ini fase terjadinya suatu krisis, namun walau begitu pada tahap ini, bukan awal mulai nya suatu krisis terjadi karena kebanyakan orang, gejala yang samar-samar dan tidak terlihat jelas sama sekali sudah mulai kelihatan jelas. Tahap akut adalah tahap antara, dan yang paling singkat waktunya bila disejajarkan dengan tahapan krisis yang lainnya. Bila tahapan ini bisa dilewati, maka sudah mulaiakan memasuki tahapan kronis.


3. Tahap Kronis

Tahap ini juga disebut dengan The Clean up phase atau The post morte. Tahap ini adalah tahap yang paling membekas, terkadang dengan bantuan praktisi PR yang handal, perusahaan akan memasuki kedalam tahap yang lebih rendah.


4. Tahap Resolusi (Penyembuhan)

Pada tahapan Resolusi (penyembuhan) atau telah pulih kembali dan proses tahapan terakhir dari keempat tahapan tersebut. Krisis umumnya bersifat siklus yang membentuk yang akan membawa kembali kepada tahap prodromal stage.

Analisa Krisis pada PT. Garuda Indonesia berdasarkan Anatomi krisis

sunting

PT. Garuda Indonesia adalah salah satu maskapai penerbangan terbaik yang ada di Indonesia yang dapat dilihat dari minat masyarakat yang masih setia. Meski begitu, sebuah perusahaan besar yang telah diakui namanya di kancah internasional pun masih bisa mengalami krisis yang berat. PT Garuda Indonesia selalu membina hubungan yang baik antara pihak internal dan pihak eksternalnya ditandai dengan adanya hubungan baik antara divisi-divisi yang saling bekerjasama dan dengan pihak luar yaitu ditandai dengan hubungan baik antara humas Garuda dan stakeholdernya. Keadaan seperti itu terus muncul dan berkembang sehingga mendapatkan efek citra yang positif di khalayak. Keharmonisan yang terjalin tersebut harus tersandung dengan adanya accident dengan adanya tragedi jatuhnya pesawat Garuda pada 7 Maret 2007 silam. Penerbangan yang sudah mengudara melalui pasar domestik dan internasional ini mengalami krisis yang cukup hebat. PT. Garuda Indonesia kembali berduka, pesawat yang berjenis 737/400 jurusan jakarta - Jogyakarta dengan nomor penerbangan GA 200 beregristasi PK-GZC, yang diterbangkan oleh seorang pilot bernama M. Marwoto Komar tersebut terbakar di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta dengan kapasitas penumpang sekitar 133 penumpang dan 7 awak kabin. Ada lebih dari 22 penumpang yang tewas dalam tragedi ini, dan 4 jenazah juga termasuk WNA, sedangkan penumpang yang lainnya mengalami cedera dan luka-luka yang langsung dilarikan ke RS Panti Rapih, RS Betshada dan RS Dr. Sardjito. Dugaan kuat sebagai bukti sementara masih dalam penyelidikan dan terpaku dengan human eror. Ada isu yang menyebutkan bahwa tragedi tersebut terjadi akan adanya dugaan sabotase dan teror karena adanya WNA didalamnya. Namun setelah dikonfirmasi oleh pihak ketua Federasi Pilot Indonesia menyatakan, kecil kemungkinan akan terjadinya terorisme, karena pengamanan di bandara sudah sangat ketat. Seorang saksi mata menyatakan, bahwa timbul asap dibagian sayap kanan pesawat Garuda. Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan yang dialami pesawat garuda dan para penumpang yang masih berada didalam pun terjebak, hal tersebut yang menyebabkan penumpang tewas. Pihak Humas menanggapi dengan sangat cepat, dari mengumpulkan data yang akurat sehingga menjadikan isu yang beredar tidak terlalu merebak. Serta lebih memikirkan bagaimana strategi yang tepat guna mengembalikan citra positif Garuda Indonesia. Pada kasus ini, dapat disimpulkan krisis yang dialami PT. Garuda Indonesia adalah masuk kedalam tahap akut. Karena pihak Garuda jelas tidak mengalami krisis biasa tetapi tragedi yang menghebohkan. Tahap ini jika sudah bisa diatasi dengan sangat baik akan langsung masuk tahap resolusi dan hal tersebut kemungkinan membutuhkan bantuan praktisi PR. Bila suatu perusahaan yang sedang mengalami sebuah krisis akut dan ditangani langsung oleh pihak perusahaan, maka keadaan seburuk apapun tidak akan dialami oleh perusahaan. Melainkan melahirkan kemenangan bagi perusahaan tersebut. Karena sebuah kemenangan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi peluang untuk memulihkan kembali citra yang tadinya buruk menjadi lebih baik lagi.

Referensi

sunting

https://massofa.wordpress.com/2009/02/09/anatomi-krisis/ jurnalbakrie.ac.id anatomikrisis-stevenfink

manajemen isu dan krisis