Putat sungai
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Putat sungai | |
---|---|
Putat sungai, Barringtonia racemosa dari Carita, Pandeglang, Banten | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Asterid |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | B. racemosa
|
Nama binomial | |
Barringtonia racemosa | |
Sinonim[4] | |
|
Putat sungai (Barringtonia racemosa), atau sering juga disebut putat (saja) adalah sejenis pohon kecil yang tumbuh di tanah bencah dekat pantai atau tepi estuaria, anggota suku Lecythidaceae. Menyebar luas mulai dari Afrika timur, Nusantara, hingga ke Pasifik barat, pohon ini dalam bahasa Inggris disebut sebagai powder-puff tree mengacu pada susunan tangkai sarinya yang serupa sikat lembut kemerah-jambuan.
Nama-nama daerahnya, di antaranya, pěnggung (Sd., Jw.); butun darat (Malk.); palam (Man.); alakang (Bug.); kungkungan, mahakungkungan, malĕgai (bahasa-bahasa Minahasa); pangaha, palangasa, sesiil (bahasa-bahasa di Halmahera).[5]
Pengenalan
suntingPohon yang agak rendah; tinggi tajuk mencapai 15 m, dan gemang batang hingga 40 cm. Batangnya bengkak-bengkok, dan tak jauh di atas tanah terbagi menjadi cabang-cabang yang tebal dan bengkok pula. Tajuknya relatif rendah dan tipis, serta tak beraturan bentuknya.[6]
Daun-daun berjejalan di ujung ranting. Tangkai daunnya pendek, hanya sekitar 0,25–1,0 cm panjangnya, sedikit bersayap atau menyudut. Helaian daun jorong - bundar telur terbalik, atau lanset - bundar telur terbalik, seperti kertas, 14–42 × 4–16 cm, gundul di sisi, ujungnya lancip hingga meluncip, pangkalnya menyempit, tepinya bergigi bergerigi halus, tulang daun utama menonjol di sisi bawah, tulang daun sekunder (cabang yang pertama) berjumlah 10–22 pasang, brochidodromous,[7] yakni ujungnya terpisah lk 2-5 mm dari tepi daun.[8]
Perbungaan berupa tandan atau bulir panjang menggantung yang terletak di ujung ranting atau pada ketiak daun, poros perbungaan setebal 2–3 mm, 20–100 cm panjangnya. Bunga duduk atau bertangkai pendek, 3–16 mm; kelopak bunga menutup tatkala kuncup, membulat, kemudian memecah jadi 2, atau lebih jarang 3-5 bagian yang tidak sama besar, lk. 0,75–1,5 × 0,5–1,25 cm. Mahkota bunga 4 helai, jorong, 1,5–2,5 × 0,5–1,5 cm, putih, adakalanya tersaput merah-jambu; benang sari banyak, putih, merah jambu, ungu, atau merah, tersusun dalam 5-6 lingkaran yang berlekatan di pangkal, membentuk tabung benang sari setinggi 3,5–6 mm. Buah bentuk bulat telur bersudut empat yang terpancung di ujung dan pangkalnya, sedikit bersayap ketika muda, 5–9 × 2–5,5 × 2–5,5 cm, kulit luarnya gundul, bermahkota sisa kelopak yang tak luruh. Biji bulat telur menyegi empat, 2–4 × 1–2,5 cm, mengecil ke arah dua ujungnya.[8]
Agihan dan ekologi
suntingPutat sungai menyebar luas sedari benua Afrika bagian timur dan Madagaskar ke Srilangka, India, Burma, Indocina, Cina selatan, Taiwan, Kepulauan Ryukyu, Thailand, Kepulauan Andaman dan Nikobar, melintasi wilayah fitogeografi Malesia ke sebelah timur hingga Mikronesia, Polinesia (sampai ke Fiji dan Samoa) serta Australia (Queensland) bagian utara.[9][10]
Putat ini merupakan jenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove;[11] kebanyakan dijumpai di hutan-hutan primer dan sekunder di dataran yang acap tergenang atau dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, sering pada lapisan belakang, atau di belakang, hutan mangrove.[6][9] Namun juga didapati pada hutan pantai, hutan rawa air tawar, sepanjang tepi aliran sungai, tepi hutan rawa gambut, dan kadang kala juga di hutan-hutan wilayah perbukitan hingga ketinggian 200(-1000) m dpl.[11]
Berbunga di sepanjang tahun,[6] bunga-bunga putat diserbuki di malam hari oleh kelelawar kecil dan ngengat.[11] Pagi harinya, daun-daun mahkota bunga dan benang-benang sarinya biasanya berguguran dan berserakan di atas tanah. Buahnya yang berkulit tebal mengapung di air, dan kerap kali terbawa air laut sampai berbulan-bulan lamanya dan hingga amat jauh dari pohon induknya.[11]
Manfaat
suntingRumphius mencatat bahwa daun-daun putat atau huttum (butun) darat yang muda, yang masih berwarna kecokelatan, sering dimakan mentah (lalap) bersama ikan dan Bocassan (bekasam?), yang dianggap sebagai makanan sehat oleh warga setempat (di Maluku). Sementara itu kayunya kurang berguna, hanya cabang-cabangnya dipakai sebagai kayu penopang di kebun. Kulit kayunya yang ditumbuk dipakai untuk mengobati sakit kulit, atau juga untuk meracun ikan.[12]
Kayu
suntingPutat sungai menghasilkan kayu berbobot sedang-ringan, dengan densitas antara 480–815 kg/m³ pada kadar air 15%. Kayu terasnya cokelat-kuning pucat, kadang kala tersaput kemerahan, tidak terbedakan dari kayu gubalnya. Teksturnya cukup halus dan rata, seratnya lurus hingga berpadu. Keawetannya rendah, namun gubalnya mudah untuk dimasuki bahan pengawet.[13]
Ringan dan lunak, kayu putat hanya dapat digunakan untuk keperluan-keperluan yang tidak memerlukan kekuatan besar: untuk konstruksi ringan dan sementara, panel kayu (papan dan balok) untuk rumah, lantai, perahu, moulding, interior rumah, peralatan rumah tangga, gagang perkakas, alat pertanian, kotak dan peti, serta palet kayu. Juga untuk pertukangan dan ukiran.[13]
Kayu putat juga merupakan kayu api yang baik. Selain itu, kayu putat dapat diproses untuk menghasilkan papan partikel (termasuk hardboard, dan juga blockboard) atau pulp.[13]
Khasiat obat
suntingBuah dan biji putat dimanfaatkan sebagai racun ikan; namun juga digunakan untuk mengobati diare, asma, batuk, sebagai analgesik dan antipiretik, serta memiliki aktivitas antitumor yang signifikan. Flavonoid dan asam fenolik adalah metabolit utama dari daun putat dan digunakan untuk mengendalikan hipertensi serta sebagai pencahar. Selain itu, daun, kulit kayu, dan akar yang dihaluskan digunakan untuk mengurangi peradangan dan mengobati cacar air. Di antara senyawa fenolik yang telah diidentifikasi pada daun B. racemosa termasuk asam ferulat, naringin, asam galat, rutin, luteolin, asam protokatekuat, kaempferol, kuersetin, dan asam ellagat. Praktik pengobatan konvensional menggunakan seluruh bagian tanaman sebagai terapi untuk gatal; sementara aktivitas antimalaria telah dilaporkan sebagai khasiat akarnya. Kulit kayu atau daun digunakan dalam penanganan abses, luka, gigitan ular, tukak lambung, hipertensi, dan cacar air. Sebaliknya, kernel atau biji putat mengandung zat yang dapat mengakibatkan gangguan karsinogenik dan radang mata.[14]
Kegunaan lain
suntingDari pepagannya dihasilkan tanin.[13]
Putat sungai juga merupakan pohon hias, yang mudah dan lekas tumbuh.[13] Kadang-kadang putat sungai ditanam sebagai pohon tepi jalan.[9]
Catatan kaki
sunting- ^ IUCN SSC Global Tree Specialist Group.; Botanic Gardens Conservation International; et al. (BGCI) (2020). "Barringtonia racemosa". 2020: e.T160298203A160301831. doi:10.2305/IUCN.UK.2020-1.RLTS.T160298203A160301831.en.
- ^ Sprengel, K. (1826). Systema vegetabilium [Caroli Linnaei ... ]. Editio decima sexta. v. 3: 127. Gottingae, sumtibus Librariae Dieterichianae, 1825-1828
- ^ Linne, C. von. (1753). Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, ... t. I: 471. Holmiae : Impensis Laurentii Salvii
- ^ "Barringtonia racemosa (L.) Spreng. — the Plant List".
- ^ Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3: 1481-1482. Bogor: Badan Litbang Kehutanan. (versi berbahasa Belanda (1917) De nuttige planten van Nederlandsch-Indië, III: 342. Batavia: Ruygrok & Co.)
- ^ a b c Koorders, SH. & Th. Valeton (1900). Bijdrage tot de Kennis der Boomsoorten op Java. no 6: 6. Batavia: G. Kolff & co, 1894-1914
- ^ Ujung tulang daun sekunder tidak mencapai tepi daun, tetapi melengkung menyambung ke tulang daun sekunder, atau cabangnya, yang berada di sebelah atasnya.
- ^ a b Prance, GT. (2012). "A Revision of Barringtonia (Lecythidaceae)". Allertonia 12: 1–161.
- ^ a b c Asian Plant: Barringtonia racemosa (L.) Spreng., Syst. Veg. 3: 127 (1826). Diakses 05/i/2023
- ^ POWO: Barringtonia racemosa (L.) Spreng.. Diakses 05/i/2023
- ^ a b c d Giesen, W., S. Wulffraat, M. Zierenand & L. Scholten (2007). Mangrove Guidebook for Southeast Asia, pages 612-613. Bangkok: FAO and Wetlands International. ISBN 974-7946-85-8
- ^ Rumpf, G.E. (1743). Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars III: 181, Tab. CXVI. Amstelaedami :apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.
- ^ a b c d e ICRAF: Barringtonia racemosa, fact-sheet diakses pada 05/i/2023
- ^ Gupta, S. & R. Gupta (2021). "Mangrove’s Plant: an updated review on ethnobotanical, phytochemical and pharmacological potential of Barringtonia racemosa". Journal of Pharmaceutical Research International 33(57B): 418-427, 2021; Article no.JPRI.79255
Pranala luar
sunting- Flora & Fauna Web: Barringtonia racemosa (L.) Spreng., diakses pada 05/i/2023
- Flowers of India: Powderpuff Mangrove, diakses pada 05/i/2023
- Red List of South African Plants: Powder-puff Tree, diakses pada 05/i/2023
- Socfindo: Putat Sungai, diakses pada 05/i/2023
- Wild Fact Sheets: Putat Sungei Barringtonia racemosa, diakses pada 05/i/2023