Pengkhotbah 2
Pengkhotbah 2 (disingkat Pkh 2) adalah bagian dari Kitab Pengkhotbah dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Secara tradisional diyakini digubah oleh raja Salomo, putra raja Daud.[1][2][3]
Pengkhotbah 2 | |
---|---|
Kitab | Kitab Pengkhotbah |
Kategori | Ketuvim |
Bagian Alkitab Kristen | Perjanjian Lama |
Urutan dalam Kitab Kristen | 21 |
Teks
sunting- Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani.
- Naskah sumber utama: Masoretik, Septuaginta dan Gulungan Laut Mati.
- Pasal ini dibagi atas 26 ayat.
Struktur
suntingTerjemahan Baru (TB) membagi pasal ini:
- Pengkhotbah 2:1–11 = Kesenangan adalah hal yang sia-sia
- Pengkhotbah 2:12–16 = Hikmat dan kebodohan adalah hal yang sia-sia
- Pengkhotbah 2:17–26 = Jerih payah adalah hal yang sia-sia
Ayat 6
sunting- Aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman pohon-pohon muda. (TB)[4]
- "Kolam-kolam": dikaitkan dengan Kolam Salomo.
Ayat 11
sunting- Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari. (TB)[5]
Salomo menceritakan bagaimana ia telah mencoba kesenangan, kekayaan, dan kenikmatan budaya dalam usaha menemukan kepuasan dan hidup yang menyenangkan; namun semua ini tidak menghasilkan kebahagiaan sejati—hidup masih tidak memuaskan. Orang hanya dapat menemukan sejahtera, kepuasan, dan sukacita abadi apabila mencari kebahagiaan dalam Allah dan kehendak-Nya.[6]
Ayat 16
sunting- Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang berhikmat, maupun dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan. Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh! (TB)[7]
Salomo menemukan keuntungan sementara dengan hidup bijaksana di bumi ini karena kesukaran orang berhikmat tidak sebanyak orang bebal. Tetapi semua keuntungan itu menjadi sirna pada saat kematian. Jadi, hikmat duniawi tidak mempunyai nilai yang kekal.[6]
Ayat 26
sunting- Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin. (TB)[8]
Penulis ("Pengkhotbah") mencapai dua kesimpulan:
- 1) Makan, minum, dan bekerja—sebenarnya, semua kegiatan dalam hidup—dapat memuaskan hanya apabila orang itu memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Hanya Dialah yang memungkinkan seseorang menemui kenikmatan dalam hidup ini.
- 2) Allah memberikan hikmat, pengetahuan, dan sukacita sejati kepada mereka yang di dalam iman berkenan kepada-Nya (bd. Pengkhotbah 3:12–13,22; Pengkhotbah 5:18–20; 8:15; 9:7). Jadi, orang harus memandang hidup ini sebagai pemberian dari Allah dan mengharapkan bahwa Ia akan melaksanakan maksud-Nya bagi orang itu (lihat Filipi 2:13).[6] Namun tetap harus diingat bahwa munculnya Reformasi ditandai dengan kritikan dari Marthin Luther.
Referensi
sunting- ^ Dianne Bergant dan Robert J.Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Jogjakarta: Kanisius. Hlm 648.
- ^ W.S. Lasor. 2005. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 145.
- ^ Emanuel Gerrit Singgih. 2001. Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- ^ Pengkhotbah 2:6 - Sabda.org
- ^ Pengkhotbah 2:11 - Sabda.org
- ^ a b c The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
- ^ Pengkhotbah 2:16 - Sabda.org
- ^ Pengkhotbah 2:26 - Sabda.org
Pranala luar
sunting
- (Indonesia) Teks Pengkhotbah 2 dari Alkitab SABDA
- (Indonesia) Audio Pengkhotbah 2
- (Indonesia) Referensi silang Pengkhotbah 2
- (Indonesia) Komentari bahasa Indonesia untuk Pengkhotbah 2
- (Inggris) Komentari bahasa Inggris untuk Pengkhotbah 2