Perlawanan dalam negeri terhadap apartheid di Afrika Selatan
Perlawanan dalam negeri terhadap apartheid di Afrika Selatan dimulai dari sektor-sektor independen yang ada di masyarakat Afrika Selatan. Gerakan ini bermula dari gerakan sosial, perlawanan tanpa kekerasan hingga perang gerilya. Aksi massa melawan Partai Nasional yang merupakan partai yang berkuasa, lalu dipasangkan dengan tumbuhnya isolasi internasional Afrika Selatan serta sanksi ekonomi adalah instrumen yang menjadi penggerak negosiasi untuk mengakhiri apartheid. Gerakan ini secara resmi dimulai pada tahun 1990 dan berakhir dengan pemilihan multiras pertama di bawah hak pilih universal pada tahun 1994.[6][7]
Pemberontakan dalam negeri terhadap apartheid | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nelson Mandela membakar buku izin masuk miliknya pada tahun 1960 sebagai bagian dari kampanye pembangkangan sipil | |||||||||
| |||||||||
Pihak terlibat | |||||||||
MK (ANC/SACP) AZANLA (AZAPO) APLA (PAC) ARM SAYRCO UDF (Pemberontakan anti-kekerasan)[1] |
Uni Afrika Selatan (1948–1961) Republik Afrika Selatan (1961–1994) | ||||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||||
Oliver Tambo Nelson Mandela Winnie Mandela Joe Slovo Joe Modise Moses Mabhida Lennox Lagu Potlako Leballo John Nyathi Pokela |
Hendrik Verwoerd John Vorster P. W. Botha F. W. de Klerk Hendrik van den Bergh Dirk Coetzee Eugene de Kock | ||||||||
Korban | |||||||||
21,000 korban meninggal karena kekerasan politik(1948-94)[5] |
Apartheid diadopsi sebagai kebijakan resmi pemerintah Afrika Selatan oleh Partai Nasional (NP). Keputusan ini mengikuti kemenangan mereka pada pemilihan umum tahun 1948.[8] Pada awal dekade 1950an, Kongres Nasional Afrika (ANC) memulai Kampanye Bantahan sebagai bentuk perlawanan tanpa kekerasan.[9] Protes-protes pembelotan sipil selanjutnya berfokus pada larangann jam malam, hukum izin masuk dan segregasi "apartheid picik" di fasilitas umum. Beberapa demonstrasi anti-apartheid mengakibatkan kericuhan yang menyebar di Port Elizabeth dan East London pada tahun 1952. Namun, pengrusakan properti tidak secara sengaja dilaksanakan hingga 1959. Tahun itu, kemarahan atas hukum izin masuk dan regulasi lingkungan dianggap tidak adil terhadap petani kulit hitam yang berakibat kepada pembakaran berkala yang menargetkan perkebunan tebu.[10] Organisasi seperti ANC, Partai Komunis Afrika Selatan dan Kongres Pan Afrikanis (PAC) masih berkutat dengan mengorganisir penyerangan siswa dan boikot kerja yang terjadi diantara tahun 1959 dan 1960[11] Mengikuti pembantaian Sharpeville, beberapa gerakan anti-apartheid, termasuk ANC dan PAC, memulai perubahan taktik dari non-kooperatif damai menjadi lebih keras dengan membentuk sayap perlawanan bersenjata.[12]
Serangan massa dan demonstrasi siswa berlanjut hingga dekade 1970-an yang dimotori oleh peningkatan pemecatan ras kulit hitam sekaligus ketidakpopulerannya Perang Perbatasan Afrika Selatan. Pada dekade ini juga, sebuah gerakan asertif muncul, yaitu Black Consciousness Movement.[13] Penindasan yang brutal pada pemberontakan Soweto pada tahun 1976 meradikalisasi generasi aktivis kulit hitam dan meningkatkan kekuatan satuan gerilya ANC, Umkhonto we Sizwe (MK) dalam jumlah yang besar.[14] Dari tahun 1976 hingga 1987, MK telah melakukan serangan bom berantai kepada fasilitas pemerintah, jalur transportasi, pembangkit listrik dan infrastruktur sipil lainnya. Militer Afrika sering membalas mereka dengan menyerang rumah persembunyian ANC yang ada di negara tetangga.[15]
Partai Nasional melakukan beberapa percobaan untuk merubah sistem apartheid yang dimulai dari referendum konstitusional tahun 1983. Referendum ini mengenalkan parlemen parlemen trikameral, yang membolehkan perwakilan ras-ras kulit berwarna dan ras India Afrika Selatan. Akan tetapi, referendum ini tetap mengabaikan hak politis terhadap ras kulit hitam di Afrika Selatan. Kontroversi yang terus berlanjut menimbulkan gelombang baru gerakan sosial anti-apartheid dan kelompok komunitas untuk menyuarakan keinginan mereka melalui barisan politik nasional, yaitu Barisan Demokrat Bersatu (UDF).[7] Dalam waktu bersamaan, perseteruan antar faksi antara ANC, PAC dan Organisasi Masyarakat Azania (AZAPO),yang merupakan satuan militan ketiga meningkat menjadi kekerasan antar kelompok dalam perebutan pengaruh antar tiga kelompok tersebut .[16] Pemerintah mengambil kesempatan untuk mengumumkan keadaan darurat pada tahun 1986 dan menahan ribuan lawan politiknya tanpa melalui persidangan[17]
Negosiasi bilateral rahasia untuk mengakhiri apartheid berlangsung ketika Partai Nasional bereaksi dengan meningkatkan tekanan eksternal dan atmosfer politik yang rusuh.[7] Pimpinan ANC seperti Govan Mbeki dan Walter Sisulu dibebaskan dari penjara diantara tahun 1987 sampai 1989 dan pada tahun 1990, ANC dan PAC secara resmi didaftarkan sebagai organisasi terlarang oleh Presiden F. W. de Klerk dan Nelson Mandela yang telah keluar dari penjara. Pada tahun yang sama, MK mencapai gencatan senjata resmi dengan Pasukan Pertahanan Afrika Selatan. Hukum apartheid selanjutnya dibatalkan pada tanggal 17 Juni 1991, dan negosiasi antar partai pun berlangsung hingga pemilihan umum multiras yang diadakan pada bulan April 1994.[18]
Kongres Nasional Afrika
suntingWalaupun organisasi ini terbentuk sebelum apartheid dilaksanakan, Kongres Nasional Afrika (ANC) baru menjadi gerakan utama oposisi pemerintah setelah kepemimpinannya yang moderat diambil alih oleh organisasi yang lebih radikal, yaitu Liga Pemuda (ANYCL) pada tahun 1949. ANC dipimpin oleh Walter Sisulu, Nelson Mandela dan Oliver Tambo yang dipilih menjadi eksekutif dari ANC pada tahun tersebut. ANCYL mengadvokasi program gerakan nasionalis kulit hitam yang dikombinasikan dengan pemikiran Anton Lembede bersamaan dengan marxisme. Mereka membawa gagasan, bahwa ras kulit putih hanya bisa digulingkan melalui kampanye massa. Idealisme dari ANC dan ANCYL yang dinyatakan di dalam situs resmi milik mereka yang berisi tentang "Aliansi Tripartit". "Aliansi yang dibangun atas komitmen bersama terhadap tujuan revolusi demokrasi nasional dan kebutuhan untuk menyatukan tiap lini dari masyarakat Afrika selatan yang ada di belakang tujuan ini." Hal ini membutuhkan aksi yang nyata yang bertujuan untuk mengakhiri opresi[19]
Ketika ANYCL mengambil kendali ANC, organisasi ini pun mengadvokasikan kebijakan tantangan terbuka dan perlawanan untuk pertama kalinya. Hal ini menghasilkan Program aksi 1950-an yang dirancang pada tahun 1949 yang memberikan dasar penekanan terhadap hak orang Afrika di bawah bendera Nasionalisme Afrika. Program ini pun merancang rencana mogok kerja, boikot dan pembelotan sipil yang mengakibatkan konflik kekerasan yang sering terjadi. May Day 1950 stay-away adalah ekspresi ras kulit hitam yang terlaksana dengan kuat dan sukses.[20]
Pada tahun 1952, Dewan Perencanaan Gabungan yang terdiri atas anggota-anggota ANC, Kongres India Afrika Selatan sekaligus Kongres orang-orang Orang-orang kulit berwarna menyetujui sebuah rencana menantang hukum yang tak adil. Mereka menyurati Perdana Menteri DF Malan dan meminta dia untuk mencabut hukum izin masuk,Undang-undang area kelompok, Undang-Undang Administrasi Bantu dan legislasi-legislasi lainnya sekaligus memperingatkan bahwa penolakan akan dibalas dengan sebuah Kampanye Bantahan . Namun, Perdana menteri menolak surat tersebut dengan alasan, bahwa seharusnya surat tersebut ditujukan kepada Departemen Urusan Pribumi serta mengancam balik akan menangani penghinaan yang ditujukan kepadanya melalui surat ini.[21]
Program Aksi dilaksanakan bersamaan dengan Kampanye Bantahan pada bulan Juni 1952. Tindakan menantang hukum ini mengharapkan penangkapan massal akan menyulitkan pemerintah. Nelson Mandela memimpin kerumunan yang terdiri dari 50 lelaki yang turunke jalan pada sebuah area khusus ras kulit putih di Johannesburg setelah jam 11 malam yang merupakan jam malam yang melarang kehadiran orang-orang ras kulit hitam. Kelompok tersebut ditangkap, tetapi tindakan mereka pun diikuti oleh seluruh masyarakat di negara tersebut. Aktivitas ini menyebar ke seluruh negara dan orang-orang ras kulit hitam pun melanggar hukum ras, seperti melewati pintu masuk " Khusus ras kulit putih". Pada puncak kampanye di bulan September 1952, ada lebih dari 2500 orang dari 24 kota berbeda yang ditahan karena melanggar beberapa hukum. Setelah 5 bulan, Kongres Afrika dan India menghentikan kampanye karena bertambahnya angka kerusuhan, mogok kerja, dan vonis hukuman yang berat kepada orang-orang yang ikut ambil bagian. Selama kampanye, hampir 8.000 ras kulit hitam dan orang India yang ditahan.[22] Pada waktu yang sama, keanggotaan ANC meningkat dari 7.000 menjadi 100.000 orang dan jumlah subdivisi meningkat dari 14 pada awal kampanye menjadi 87 sampai kampanye berakhir. Ada pergantian kepemempinan di mana sebelum kampanye berakhir, Albert Luthuli dipilih sebagai presiden baru ANC .[23]
Pada akhir kampanye, pemerintah pun terpaksa melonggarkan legislasi apartheidnya. Namun, setelah semuanya mereda, pemerintah pun membalas kampanye tersebut dengan tangan besi dengan menggunakan beberapa tindakan hukum, yaitu Undang-Undang Organisasi Terlarang, Undang-Undang Pemberantasan Komunisme, Undang-Undang Keamanan Publik, Undang-Undang Prosedur Kriminal.[24] Amendemen Undang-Undang Hukum Kriminal Nomor menyatakan " Tiap Orang dengan cara apapun menyarankan, menghasut, memerintahkan, membantu, atau mengajak orang lain..... atau menggunakan bahasa yang diperkirakan akan menyebabkan orang lain melakukan tindak kejahatan dengan cara protes melain hukum... akan dinyatakan bersalah atas tindak kejahatan".[25] Pada Bulan Desember 1952, Nelson Mandela, Walter Sisulu and 18 orang lainnya diadili dibawah Undang-Undang Pemberantasan Komunisme karena memimpin Kampanye Bantahan. Mereka pun menerima 9 bulan hukuman penjara yang ditunda selama dua tahun.[26] Pemerintah juga mengetatkan regulasi tentang pembedaan fasilitas. Orang-orang yang protes berargumen ke pengadilan bahwa fasilitas yang berbeda untuk ras yang berbeda harusnya dalam standar yang sama. Undang-Undang pembedaan fasilitas pun menghapus tampilan luar dari sekedar pembedaan; Undang-Undang ini memberikan pemilik fasilitas umum hak untuk melarang orang-orang masuk atas dasar warna kulit atau ras dan membuatnya normal secara hukum ketika mereka diperlakukan tidak adil. Semua aktivitas Walter Sisulu, Nelson Mandela, Albert Luthuli dan tokoh penting ANC lainnya, sekaligus kepala serikat dagang dibatasi di bawah Undang-Undang Pemberantasan Komunisme. Larangan ini bermaksud, bahwa para pimpinan sekarang dibatasi aktvitasnya hanya di dalam rumahnya dan wilayah sekitar serta dilarang untuk menghadiri perkumpulan di tempat umum.[27] Sementara itu di dunia Internasional, India meminta bahwa apartheid untuk ditantang oleh PBB mengikuti peresmian Komisi PBB untuk apartheid.[28]
Walaupun dibawa pembatasan yang terus meningkat, pergerakan ini masih mampu melawan instrumen negara yang bersifat menindas. Seiiring hal tersebut, kolaborasi antar ANC dan NIC pun terus meningkat dan menguat melalui Kampanye Bantahan. Dukungan untuk ANC dan usaha kerasnya pun terus meningkat.[29] Pada tanggal 15 Agustus 1953 di Konferensi Tanjung ANC di Cradock, Professor Z. K. Matthews mengusulkan konvensi nasional masyarakat untuk mempelajari masalah nasional dengan dasar inklusivitas untuk semua dan garis besar manifesto tentang fasilitas.[30] Pada bulan Maret 1954, ANC, Kongres India Afrika Selatan (SAIC), Kongres Orang Orang-orang berkulit berwarna, Kongres Demokrat Afrika Selatan (SACOD) dan Kongres Serikat Dagang Afrika Selatan (SACTU) dipertemukan dan membangun Dewan Aksi Nasional untuk Kongres Rakyat.[31][32] Delegat diambil dari tiap organisasi dan organisator untuk tingkat nasional pun ditentukan. Kampanye tersebut dipublikasikan untuk merancang piagam kebebasan dengan mengajak 10.000 relawan untuk mengumpulkan pandangan masyarakat di seluruh negeri dan organisasi Kongres Rakyat. Permintaan-permintaan ini didokumentasi dan dikirim ke pada panitia lokal Dewan Aksi Nasional sebagai persiapan perancangan piagam.[33]
Kongres Rakyat diadakan dari tanggal 25 sampai 26 Juni 1955 di kota Kliptown, selatan dari kota Johannesburg.[34] Dalam pengawasan ketat polisi, 3.000 delegat berkumpul untuk merevisi dan menerima Piagam Kebebasan yang telah diresmikan oleh Eksekutif Nasional ANC pada puncak Kongres. Di antara organisasi yang hadir ialah Kongres India dan ANC. Piagam Kebebasan menyuarakan visi untuk Afrika Selatan yang secara radikal berbeda dibandingkan dengan kebijakan partisi apartheid yang menekankan, bahwa Afrika Selatan menjadi lingkungan masyarakat yang adil dan tidak rasis. Piagam ini meminta pemilihan yang demokratis dengan sistem satu-orang-satu-suara di dalam satu negara kesatuan serta menyatakan bahwa setiap orang harus diperlakukan setara dihadapan hukum. Dalam piagam ini juga tertera bahwa tanah harus " Dibagikan bagi mereka yang mengusahakannya" dan masyarakat untuk "saling berbagi harta milik negara". Pernyataan ini sering diinterpretasi sebagai permintaan untuk nasionalisasi sosialis.[35] Para delegat kongres telah menyetujui hampir semua bagian dari piagam tersebut, ketika polisi mengumumkan bahwa, mereka semua dicurigai atas perbuatan pengkhianatan dan mencatat nama serta alamat semua yang hadir.[36][37]
Pada tahun 1956, Federasi Wanita Afrika Selatan didirikan dan dipimpin oleh Lilian Ngoyi , Helen Joseph dan Amina cachalia.[38] Pada tanggal 9 Agustus pada tahun yang sama, para wanita pun berbaris di depan Gedung Persatuan di kota Pretoria sebagai bentuk protes melawan hukum izin masuk.[39] Pada pagi hari di tanggal 5 Desember 1956, polisi menahan 156 anggota aliansi kongres yang terdiri dari 104 orang Afrika, 23 ras kulit putih, 21 orang India dan 8 orang orang-orang kulit berwarna yang dituduh atas kejahatan pengkhianatan tingkat tinggi dan perencanaan makar untuk menggantikannya dengan pemerintahan komunis. Tuduhan ini didasarkan pada pernyataan dan pidato yang dilontarkan pada Kampanye Bantahan dan Kongres Rakyat. Piagam kebebasan dijadikan sebagai bukti niat Aliansi komunisme dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintahan. Negara berpegang teguh pada bukti Profesor Arthur Murray yang merupakan tokoh yang dapat dipercaya untuk Marxisme dan komunisme. Buktinya ialah naskah penuh dengan istilah komunis seperti "Kamerad" dan "proletariat" yang sering ditemukan di dalam tulisan Vladimir Lenin dan Josef Stalin. Setengah waktu berjalan dari proses pengadilan, tuduhan terhadap 61 orang tersebut ditarik dan 5 tahun setelah penangkapannya, 30 sisanya dibebaskan pengadilan karena negara gagal memenangkan kasus mereka.[40]
Perlawanan bawah tanah pada dekade 1960-an
suntingPembantaian Sharpeville
suntingPada tahun 1958, kelompok ANC yang kecewa memisahkan diri dari ANC dan membentuk Kongres Pan Afrikanis dari Azania (PAC) pada tahun 1959.[41] Agenda pertama ANC ialah demonstrasi berantai tingkat nasional melawan hukum izin masuk. PAC mengajak ras kulit hitam berdemonstrasi melawan hukum izin masuk pada tangggal 21 Maret 1960. Salah satu demonstrasi massa yang diorganisir PAC dilaksanakan di kota Sharpeville, sebuah perkotaan yang berada di dekat Vereeniging. Estimasi jumlah kerumunan sekitar 3,000 hingga 20,000.[42] Kerumunan berkumpul di kantor polisi Sharpeville sambil menyanyi dan menyerahkan diri untuk ditangkap karena tidak membawa buku izin masuk. Kelompok polisi yang berjumlah 300 orang panik dan menembaki demonstran setelah kerumunan menghancurkan pagar yang mengelilingi kantor polisi. Mereka membunuh 69 korban dan 186 korban luka serius. Semua korban adalah ras kulit hitam dan sebagian besar dari mereka tertembak dari belakang.[43] Banyak saksi menyatakan bahwa kerumunan melakukan demonstrasi tanpa kekerasan. Namun, kepala polisi yang bertanggung jawab saat itu, Colonel J. Pienaar mengatakan " Gerombolan pribumi mengelilingi kantor polisi. Mobilku dilempar batu. Jika mereka melakukan hal tersebut, mereka harus dapat ganjarannya dengan cara yang keras". Peristiwa tersebut diberi nama Pembantaian Sharpeville . Setelah kejadian tersebut, pemerintah melarang organisasi ANC dan PAC.[44][45]
Permulaan Kampanye Gerilya
suntingPembantaian Sharpeville mempunyai efek dalam mempengaruhi beberapa gerakan anti-apartheid untuk percaya, bahwa pembangkangan sipil tanpa kekerasan sendirian tidak akan efektif mendorong pemerintah Partai Nasional untuk melakukan reformasi.[46] Gelombang revolusi bersenjata yang bangkit di beberapa negara berkembang dan daerah koloni Eropa selama awal dekade 1960an mempunyai efek untuk mendorong para pemimpin ANC dan PAC, bahwa pembangkangan sipil tanpa kekerasan harus diperkuat dengan tindakan pemberontakan dan sabotase. Nelson Mandela dan Walter Sisulu merupakan tokoh sangat berpengaruh dalam menyakinkan eksekutif ANC untuk menggunakan perlawanan bersenjata. Mandela pertama kali mengadvokasi pilihan ini pada masa Kampanye Bantahan pada tahun 1952 tetapi proposalnya ditolak kolega aktivisnya karena dinilai terlalu radikal. Walaupun begitu, kesuksesan revolusi perlawanan yang terjadi terus menerus di Kuba, Indochina Prancis, Aljazair Prancis mempengaruhi para eksekutif ANC untuk menjadi lebih terbuka dengan saran Mandela dan Sisulu, bahwa saat itu merupakan waktu yang tepat untuk perlawanan bersenjata terjadi.[47][46]
Dari tahun 1961 hingga 1963 , Afrika selatan dipersiapkan untuk revolusi bersenjata. Jaringan hierarki ANC yang terselubung diciptakan untuk operasi bawah tanah dengan bantuan militer yang diminta dari Uni Soviet dan negara di benua Afrika yang bersimpati. Sebuah kamp pelatihan gerilya didirikan di kota Tanganyika.[47] Pada bulan Juni 1961, Umkhonto we Sizwe (MK) dipilih oleh ANC untuk mengordinasi ativitas militan bawah tanah yang terjadi di seluruh Afrika Selatan. Pada akhir tahun 1962, ANC menetapkan keyang terdiri dari Mandela,Sisulu, Govan Mbeki, Raymond Mhlaba, and tokoh aktivis Partai Komunis Afrika Selatan (SACP), yaitu Joe Slovo. Slovo dan SACP sangat berpengaruh dalam menyokong MK dan mengembangkan taktik perang gerilya, menyulut pemberontakan, dan sabotase perkotaan[46] Anggota Kulit putih dari SACP seperti Jack Hodgson, rekrutan MK .[48] SACP juga mampu menepati janjinya untuk mendapatkan bantuan militer dari Uni Soviet untuk pasukan gerilya yang baru dibentuk sekaligus membeli Kebun Liliesleaf di kota Rivonia yang ada diluar kota sebagai markas utama MK[49]
Catatan Kaki
sunting- ^ ANC memutuskan untuk memulai pemberontakan pasif melawan sistem apartheid pada tanggal 17 Desember 1950. Protes yang terorganisir pertama yang berpengaruh secara signifikan tidak pernah terjadi hingga Kampanye Bantahan pada tahun 1952.[2]
Referensi
sunting- ^ a b Thomas, Scott (1995). The Diplomacy of Liberation: The Foreign Relations of the ANC Since 1960. London: Tauris Academic Studies. hlm. 202–210. ISBN 978-1850439936.
- ^ "The Defiance Campaign". South Africa: Overcoming Apartheid Building Democracy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Desember 2016. Diakses tanggal 3 September 2016.
- ^ du Toit, Pierre (2001). South Africa's Brittle Peace: The Problem of Post-Settlement Violence. Basingstoke: Palgrave-Macmillan. hlm. 90–94. ISBN 978-0333779187.
- ^ Powell, Jonathan (2015). Terrorists at the Table: Why Negotiating is the Only Way to Peace. New York: St. Martin's Press. hlm. 146–147. ISBN 978-1250069887.
- ^ Ugorji, Basil (2012). From Cultural Justice to Inter-Ethnic Mediation: A Reflection on the Possibility of Ethno-Religious Mediation in Africa. Denver: Outskirts Press. hlm. 65–66. ISBN 978-1432788353.
- ^ Tom Lodge, "Action against Apartheid in South Africa, 1983–94", di dalam edisi Adam Roberts dan Timothy Garton Ash , Civil Resistance and Power Politics: The Experience of Non-violent Action from Gandhi to the Present. Oxford & New York: Oxford University Press, 2009, hlm. 213–230. ISBN 978-0-19-955201-6.
- ^ a b c Thomas, Scott (Scott M.) (1996). The diplomacy of liberation : the foreign relations of the African National Congress since 1960. London: Tauris Academic Studies. hlm. 202–210. ISBN 1-85043-993-1. OCLC 34053250.
- ^ Ottaway, Marina. (1993). South Africa : the struggle for a new order. Washington, D.C.: Brookings Institution. hlm. 23–26. ISBN 0-8157-6716-1. OCLC 27266917.
- ^ "South Africa: Overcoming Apartheid". web.archive.org. 2016-12-01. Archived from the original on 2016-12-01. Diakses tanggal 2020-07-01.
- ^ Lodge, Tom, 1951- (2011). Sharpeville : an apartheid massacre and its consequences. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-161734-8. OCLC 763161246.
- ^ Lodge, Tim (2011). Sharpeville: An Apartheid Massacre and Its Consequences. Oxford: Oxford University Press. hlm. 31–34. ISBN 978-0192801852.
- ^ Morton, Stephen, (2013). States of emergency : colonialism, literature and law. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 94–96. ISBN 978-1-84631-792-7. OCLC 889958245.
- ^ War and society : the militarisation of South Africa. Cock, Jacklyn., Nathan, Laurie. Cape Town: New Africa Books. 1989. hlm. 135–136. ISBN 0-86486-115-X. OCLC 22432094.
- ^ Ottaway, Marina. (1993). South Africa : the struggle for a new order. Washington, D.C.: Brookings Institution. hlm. 50–52. ISBN 0-8157-6716-1. OCLC 27266917.
- ^ Minter, William, (2008). Apartheid's contras : an inquiry into the roots of war in Angola and Mozambique. Johannesburg: Witwatersrand University Press. hlm. 116–117. ISBN 1-4392-1618-5. OCLC 557493136.
- ^ Mitchell, Thomas G. (2000). Native vs. settler : ethnic conflict in Israel/Palestine, Northern Ireland, and South Africa. Westport: Greenwood Press. hlm. 195–196. ISBN 0-313-00139-1. OCLC 50321353. line feed character di
|title=
pada posisi 20 (bantuan) - ^ Pandey, Satish Chandra. (2006). International terrorism and the contemporary world (edisi ke-1st). New Delhi: Sarup & Sons. hlm. 197–199. ISBN 81-7625-638-2. OCLC 225502634.
- ^ Myre, Greg (18 Juni 1991). "South Africa Ends Racial Classification". Southeast Missourian. Diakses tanggal 1 Juli 2020.
- ^ "A brief history of the African National Congress". web.archive.org. 2013-06-15. Archived from the original on 2013-06-15. Diakses tanggal 2020-07-02.
- ^ Valdi, Ismail (16 Januari 2012). "Historical Overview of Black Resistance, 1932-1952 - The Congress of the People and Freedom Charter Campaign by Ismail Vadi, New Delhi, 1995 | South African History Online". www.sahistory.org.za. Diakses tanggal 2020-07-02.
- ^ "The defiance campaign by M. P. Naicker | South African History Online". www.sahistory.org.za. Diakses tanggal 2020-07-02.
- ^ Clark, Nancy L., Worger, William H. (2011). South Africa : the rise and fall of apartheid (edisi ke-2). Harlow, England: Longman. hlm. 141–143. ISBN 978-1-4082-4564-4. OCLC 689549065.
- ^ Lal, Vinay (2014). "Mandela, Luthuli, and Nonviolence in the South African Freedom Struggle". Ufahamu: A Journal of African Studies (dalam bahasa Inggris). 38 (1): 36–54. ISSN 0041-5715.
- ^ "Apartheid Legislation 1850s-1970s | South African History Online". www.sahistory.org.za. 21 March 2011. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "1953. Criminal Law Amendment Act No 8 - The O'Malley Archives". omalley.nelsonmandela.org. Diakses tanggal 2020-06-27.
- ^ "Defiance Campaign 1952 | South African History Online". www.sahistory.org.za. 21 Maret 2011. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "Nelson Mandela Timeline 1950-1959 | South African History Online". www.sahistory.org.za. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "United Nations and Apartheid Timeline 1946-1994 | South African History Online". sahistory.org.za. 21 Maret 2011. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ Vahed, Goolam (2013-01-01). ""Gagged and trussed rather securely by the law": The 1952 Defiance Campaign in Natal". Journal of Natal and Zulu History. 31 (2): 68–89. doi:10.1080/02590123.2013.11964196. ISSN 0259-0123.
- ^ Davenport, T. R. H., (2000). South Africa : a modern history. Saunders, Christopher C.,, Palgrave Connect (Online service) (edisi ke-5). Hampshire [England]: Macmillan Press. hlm. 403–405. ISBN 978-0-230-28754-9. OCLC 681923614.
- ^ Meredith, Martin. (2010). Mandela : a Biography (edisi ke-1st). New York: PublicAffairs. hlm. 129–130. ISBN 1-282-56267-3. OCLC 647906301.
- ^ Meredith, Martin. (2010). Mandela : a Biography (edisi ke-1). New York: PublicAffairs. hlm. 129–130. ISBN 1-282-56267-3. OCLC 647906301.
- ^ Roberts, Benjamin (26 Juni 2020). "South Africa's Freedom Charter campaign holds lessons for a fairer society". www.iol.co.za (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "Congress of the People and the Freedom Charter | South African History Online". www.sahistory.org.za. 26 Juni 2020. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ McKinley, Dale,Jansen, Martin,, Thompson, Lynn., Ward, Donovan., Shapiro Jonathan., Mayibuye centre. (2015). 60 Years of the freedom charter : no cause to celebrate for the working class. Cape Town: Workers’ World Media Productions. hlm. II–4. ISBN 978-0-620-65513-2. OCLC 919436893.
- ^ Levy, Norman (18 June 2015). "The Freedom Charter by Norman Levy | South African History Online". www.sahistory.org.za. Diakses tanggal 2020-06-29.
- ^ "The Freedom Charter by Norman Levy | South African History Online". www.sahistory.org.za. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "Federation of South African Women (FEDSAW) | South African History Online". www.sahistory.org.za. 31 Maret 2011. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "The 1956 Women's March in Pretoria | South African History Online". www.sahistory.org.za. 13 May 2015. Diakses tanggal 2020-06-29.
- ^ "What Happened at the Treason Trial? - Africa Media Online". Google Arts & Culture. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ Sibeko, David M (2005-04-08). "THE SHARPEVILLE MASSACRE 1 &From "Notes and Documents", No. 8/76, March 1976&". web.archive.org. Archived from the original on 2005-04-08. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "How the Sharpeville massacre changed the course of human rights". The Independent (dalam bahasa Inggris). 2020-04-04. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "Sharpeville Massacre, 21 March 1960 | South African History Online". www.sahistory.org.za. 31 Maret 2020. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ "The Sharpeville Massacre". CMHR (dalam bahasa English). Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ Staff, Guardian (1960-03-22). "Police Fire Kills 63 Africans". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2020-07-03.
- ^ a b c Stapleton & Timothy J, hlm. 159.
- ^ a b Louw, P. Eric (1997). The Rise, Fall, and Legacy of Apartheid. Westport, Connecticut: Praeger. hlm. 121–124. ISBN 0-275-98311-0.
- ^ "Percy John "Jack" Hodgson | South African History Online". www.sahistory.org.za. 17 February 2011. Diakses tanggal 2020-07-05.
- ^ Magubane, Bernard; Bonner, Philip; Sithole, Jabulane; Delius, Peter; Cherry, Janet; GIbbs, Patt; April, Thozama (2010). "The turn to armed struggle" (PDF). Dalam South African Democracy Education Trust. The road to democracy in South Africa (edisi ke-1). Cape Town: Zebra Press. hlm. 136–142. ISBN 978-1-86888-501-5. OCLC 55800334.