Perminyakan (agama)

Artikel ini membahas Perminyakan sebagai upacara keagamaan. Untuk artikel lainnya lihat Perminyakan.

Meminyaki atau mengurapi adalah sebuah ritual dalam berbagai agama dan bangsa dengan mengoleskan minyak yang harum, lemak binatang, ataupun mentega cair. Upacara ini dilakukan untuk melambangkan pemberian pengaruh ilahi atau sakramental, suatu pancaran kekuatan atau roh yang suci. Hal ini juga dapat dilihat sebagai upacara magis untuk mengusir pengaruh-pengaruh berbahaya dan penyakit dari diri seseorang ataupun benda-benda, khususnya dari roh-roh jahat bahasa Persia drug, bahasa Yunani κηρες, bahasa Armenia dev) yang diyakini sebagai sumber atau penyebab penyakit atau gangguan tersebut.

Istilah lain yang digunakan adalah pengurapan. Di kalangan tertentu minyak yang digunakan disebut krisma.

Penggunaan di kalangan suku primitif

sunting

Masyarakat Aborigin di Australia percaya bahwa perbuatan baik dari seseorang yang terbunuh dapat dipindahkan kepada mereka yang masih hidup bila mereka menggosok diri mereka dengan lemak dari bagian perut si mati. Orang Arab di Afrika Timur meminyaki diri mereka dengan lemak singa untuk mendapatkan keberanian serta melahirkan rasa hormat di kalangan binatang terhadap diri mereka. Upacara-upacara ini sering kali disertai dengan memakan si korban sendiri yang kebaikannya diperebutkan. Lemak manusia mempunyai daya magis di seluruh dunia, karena, seperti dikatakan oleh R. Smith, setelah darah, lemak secara khusus diyakini sebagai perantara dan tempat kedudukan kehidupan.

Mentega yang dibuat dari susu sapi, binatang yang dianggap suci di kalangan umat Hindu, digunakan untuk meminyaki dalam agama Hindu. Rumah yang baru dibangun diolesi dengan mentega. Demikian pula orang yang dikuasai oleh roh jahat disembuhkan dengan mengolesinya dengan mentega dari kepala hingga kaki. Mengolesi dengan minyak - dapat pula dengan darah - juga merupakan bagian dari ritual penobatan raja-raja Hindu.

Tradisi Alkitab

sunting

Di kalangan bangsa Ibrani, perminyakan atau pengurapan adalah penting dalam pengudusan seseorang atau sesuatu untuk dipergunakan oleh Allah. Karena itu dilakukan upacara pengurapan imam agung (Kitab Keluaran: Keluaran 29:29; Kitab Imamat: Imamat 4:3) dan bejana-bejana suci (Keluaran 30:26).

Dalam pengobatan dan penguburan

sunting

Minyak juga digunakan sebagai obat dengan diberikan kepada yang sakit, atau diolesi pada luka (Mazmur 109:18; Yesaya 1:6; Markus 6:13; Yakobus 5:14).

Ungkapan “mengurapi perisai" (Yesaya 21:5), merujuk kepada upacara menggosokkan minyak pada kulit perisai untuk menjadikannya lentur dan layak digunakan dalam perang.

Jenazah orang yang meninggal kadang-kadang diurapi (Injil Markus: Markus 14:8; Injil Lukas: Lukas 23:56).

Keramahtamahan

sunting

Meminyaki juga merupakan sebuah tindakan untuk menunjukkan sikap ramah tamah, seperti misalnya ketika Yesus diminyaki di rumah orang Farisi (Lukas 7:38,46). Ada kebiasaan di kalangan orang Yahudi untuk meminyaki diri mereka dengan minyak sebagai cara untuk menyegarkan tubuh mereka (Ulangan 28:40; Rut 3:3; 2 Samuel 14:2; Mazmur 104:15, dll.). Bangsa Yunani kuno juga mempunyai kebiasaan yang serupa. Kebiasaan ini berlanjut di kalangan bangsa Arab hingga sekarang ini.

Mesias

sunting

Sang Pembebas yang dijanjikan dua kali disebut sebagai "Yang Diurapi" atau Moshiach (Mazmur 2:2; Daniel 9:25, 26), karena ia diurapi dengan Roh Kudus (Yesaya 61:1) yang, dalam teksnya, merupakan ungkapan kebangsawanan dan kebesaran. Menurut Perjanjian Baru, Yesus dari Nazaret adalah Yang Diurapi, Moshiach dari Tanakh (Yohanes 1:41; Kisah Para Rasul 9:22; 17:2,3; 18:5,28). Kitab-kitab Injil menyatakan bahwa ia secara fisik diurapi oleh seseorang yang tidak diketahui namanya yang secara tradisional ditafsirkan sebagai Maria Magdalena. Kata Kristus yang kini banyak disangka orang sebagai nama keluarga, sesungguhnya adalah seuah gelar yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani Christos yang kurang lebih berarti 'yang diurapi' (lebih tepat diterjemahkan yang penuh dengan minyak).

Menurut Kitab Suci Ibrani, setiap kali seseorang menerima perminyakan, Roh Allah turun ke atas orang tersebut, untuk melayakkannya untuk tugas yang telah dipercayakan oleh Allah kepadanya. Namun, orang tidak harus selalu diminyaki secara fisik untuk dapat menerima Roh Allah.

Para imam dan raja

sunting

Dalam Kitab Suci Ibrani, Imam Agung dan raja kadang-kadang disebut sebagai "yang diurapi" (Imamat 4:3,5,16; 6:20; Mazmur 132:10). Para nabi juga diurapi (1 Raja–raja 19:16; 1 Tawarikh 16:22; Mazmur 105:15).

Mengurapi raja sama dengan menobatkannya. Malah, di Israel raja tidak membutuhkan mahkota (1 Samuel 16:13; 2 Samuel 2:4, dll.). Jadi Daud diurapi sebagai raja oleh nabi Samuel:

Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.—1 Samuel 16:13.

Raja-raja Prancis mengenakan fleur-de-lis sebagai lambang baptisan kemurnian ketika Raja Frankia Clovis I memeluk agama Kristen pada 493. Untuk menambah sifat mistisnya, sebuah legenda akhirnya muncul bahwa sebuah bejana minyak (bdk. bawah tentang ampulla penobatan) turun dari surga untuk mengurapi dan menguduskan Clovis sebagai Raja. Jadi Raja-raja Prancis yang "diurapi" belakangan menyatakan bahwa otoritas mereka diperoleh langsung dari Allah, tanpa perantaraan Kaisar ataupun Paus.

Menurut legenda bahkan bunga bakung sendiri muncul dalam upacara baptisan sebagai karunia berkat dalam penampakan Bunda Maria yang terberkati.

Monarki Kristen

sunting

Di Eropa yang Kristen, monarki Merovingian adalah yang pertama menobatkan raja dalam sebuah upacara yang dirancang untuk menggambarkan penganugerahan oleh Gereja Katolik dukungan agama bagi hak ilahi monark untuk memerintah. Sejumlah raja dan kaisar Merovingian, Carolingian dan Ottonian telah menolak upacara penobatan dan perminyakan.

Raja dan ratu Inggris, seperti juga dengan monarki Prancis, menggunakan perminyakan dalam ritual penobatan (sacre dalam bahasa Prancis). Penguasa Britania Raya adalah monarki terakhir yang diurapi. Untuk penobatan Raja Charles I pada 1626 minyak sucinya dibuat dari jeruk, yasmin, sulingan mawar, sulingan kayu manis, minyak ben, sari bensoint, ambergris, musk dan minyak musang.

Namun ini tidak melambangkan takluk kepada kekuasaan agama, dan karena itu, biasanya tidak dilakukan oleh Paus di kalangan monarki Katolik melainkan biasanya oleh uskup (agung) dari sebuah takhta penting (kadang-kadang takhta itu sendiri menjadi tempat penobatannya sendiri. Karena itu perlengkapannya dapat menjadi bagian dari perhiasannya, seperti di kerajaan Prancis sebuah ampulla untuk miniyak dan sendok untuk mengambil minyaknya. Di kerajaan Norwegia, sebuah tanduk perminyakan (cocok dengan gambaran Alkitab maupun tradisi Viking) digunakan sebagai tempat minyak yang tradisional.

Penggunaan di kalangan Kristen

sunting

Kristen perdana

sunting

Di kalangan gereja Kristen perdana, orang sakit diminyak agar menjadi sembuh:

Yakobus 5:
14 Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.

Gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur

sunting

Di kalangan Gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur, perminyakan adalah bagian dari sakramen dari Pengurapan orang sakit. Minyak yang telah dikuduskan juga digunakan dalam upacara penguatan, atau, seperti yang kadang-kadang disebut (khususnya di kalangan Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Katolik Ritus Timur), krisma, dari kata bahasa Yunani krisma (χρίσμα), yang artinya sarana dan tindakan perminyakan. Gereja-gereja Timur melaksanakan sakramen krisma langsung setelah sakramen baptisan dalam upacara yang sama. Orang Kristen Ortodoks dapat meminta krisma ulangan kapan saja, tetapi biasanya hal ini dilakukan pada masa Minggu Palma.

Penyucian minyak di kalangan Gereja Ortodoks

sunting

Di antara Gereja-gereja Ortodoks Timur, Myron (Μύρον, minyak suci) untuk perminyakan dipersiapkan secara teratur oleh Patriarkhat Ortodoks (seperti misalnya Gereja Konstantinopel – lihat pengumuman dan proses Diarsipkan 2003-03-01 di Wayback Machine. untuk persiapannya, dengan beberapa contoh tanggal persiapan) dan oleh berbagai pemimpin administrasi otosefalus (mis. Gereja Ortodoks di Amerika – lihat foto-foto tentang prosesnya). Penyucian minyaknya dilakukan pada Minggu Palmarum, dan setelah itu, mknyaknya didistribusikan ke Gereja-gereja Ortodoks di lingkungan wilayah administrasinya. Myron dibuat dari minyak zaitun dan resep pengharumnya (myra) yang dirahasiakan yang dicampurkan ke dalamnya.

Di Patriarkat Konstantinopel, prosesnya diawasi oleh Archontes Myrepsoi, pejabat-pejabat awam dari Patriarhat. Berbagai anggota dari kaum rohaniwan dapat juga ikut serta di dalam persiapannya.

Gereja-gereja Pentakostal

sunting

Seperti pada gereja Kristen perdana, perminyakan digunakan di kalangan Gereja-gereja Pentakostal untuk menyembuhkan orang sakit dan juga untuk pengudusan atau penahbisan pendeta dan penatua.

Kata "pengurapan" banyak digunakan di kalangan orang-orang Kristen Pentakostal untuk merujuk kepada kuasa Allah atau Roh Allah yang tinggal di dalam diri seorang Kristen. Penggunaan ini juga terjadi dari waktu ke waktu dalam Alkitab (mis. dalam 1 Yohanes 2:20). Suatu ungkapan yang populer khususnya adalah "pengurapan yang mematahkan kuk", yang diambil dari Yesaya 10:27:

Pada waktu itu beban yang ditimpakan mereka atas bahumu akan terbuang, dan kuk yang diletakkan mereka atas tengkukmu akan lenyap.

NIV menerjemahkan ayat ini demikian, "the yoke will be broken because you have grown so fat" (“beban akan dipatahkan karena engkau telah menjadi begitu gemuk”).

Konteks ayat ini merujuk kepada beban Sanherib, dan bagaimana penindasannya dipatahkan oleh sifat Hizkia yang dikatakan lembut seperti minyak.

Minyak urapan

sunting

Minyak urapan yang digambarkan dalam Kitab Keluaran (Keluaran 30:22–25) dibuat dari 500 syikal (sekitar 6 kg) mur, sekitar setengah dari jumlah itu (sekitar 3 kg) kayu manis yang harum, 250 syikal (sekitar 3 kg) dari kayu harum (kanabos, kadang-kadang diterjemahkan sebagai calamus atau ganja), 500 syikal (sekitar 6 kg) cassia, dan satu ‘’hin’’ (sekitar 4 liter) minyak zaitun.

Karena jumlah rempah-rempahnya jauh lebih banyak daripada minyak zaitun, diduga bahwa ukuran rempah-rempahnya adalah ukuran asli yang kemudian disuling hingga menjadi minyak dasar. Karena tidak ada catatan tentang bagaimana orang Yahudi memperoleh minyak dari rempah-rempah mereka, tidak jelas tentang berapa banyak minyak yang pada akhirnya digunakan pada campuran akhirnya.

Kesucian minyak dilindungi oleh hukum upacara, yang melarang penggunaannya untuk hal-hal lain kecuali untuk ritual di Bait Suci. Pelanggarannya diganjar dengan pengusiran dari kalangan masyarakat Yahudi.

Metafora Alkitab

sunting

Pengurapan tidak hanya digunakan oleh Gereja-gereja Pentakostal tetapi juga oleh banyak denominasi lain untuk menggambarkan pekerjaan Roh Kudus di antara pemeluknya. Dengan melakukan hal itu mereka hanya mengakui pengurapan rohani yang dikatakan oleh Alkitab. "Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya. "Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus." (1 Yohanes 2:20) dan “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima daripada-Nya." (1 Yohanes 2:27).

Lihat pula

sunting

Sumber dan rujukan

sunting
Artikel ini menggunakan sebagian teks dari Kamus Alkitab Easton, sebuah buku ranah publik, aslinya diterbitkan pada 1897.