Radiasi perangkat nirkabel dan kesehatan


Antena yang terdapat pada ponsel, termasuk pada ponsel cerdas, memancarkan gelombang radiasi radiofrequency atau frekuensi radio (RF) ("gelombang radio" non-ionisasi seperti gelombang mikro). Bagian-bagian kepala atau anggota tubuh orang yang dekat dengan antena ini dapat menyerap energi tersebut dan mengubahnya menjadi panas. Sejak tahun 1990-an, para ilmuwan melakukan penelitian bagaimana radiasi yang telah tersedia dimana-mana saat ini dan kaitannya dengan perangkat telepon genggam atau menara telepon seluler dapat mempengaruhi kesehatan manusia.[1] Jaringan telepon seluler (ponsel) menggunakan berbagai pita saluran frekuensi radio (RF), beberapa diantaranya tumpang tindih dengan jangkauan gelombang mikro. Sistem nirkabel digital lainnya seperti jaringan telekomunikasi data, juga menghasilkan radiasi yang serupa.

Seseorang berbicara menggunakan ponsel

Dalam menanggapi kekhawatiran publik, pada tahun 1996 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendirikan International EMF Project untuk menilai bukti ilmiah tentang kemungkinan dampak kesehatan dari medan elektromagnetik (EMF) dalam rentang frekuensi dari 0–300 Ghz. Mereka menyatakan bahwa walaupun penelitian secara ekstensif dilakukan mengenai kemungkinan dampak kesehatan atas paparan dari banyak bagian spektrum frekuensi, seluruh tinjauan yang dilakukan sejauh ini menunjukkan bahwa, selama paparan tersebut dibawah batas yang direkomendasikan dalam pedoman EMF oleh Komisi Internasional Proteksi Radiasi Non-Ionisasi (ICNIRP) (1998), yang meliputi rentang frekuensi penuh dari 0–300 Ghz, bahwa paparan frekuensi tersebut tidak menimbulkan dampak kesehatan yang merugikan.[2] Pada tahun 2011, sebuah badan antar pemerintah WHO, yakni Badan Penelitian Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), mengklasifikasikan radiasi nirkabel kedalam daftar kelompok 2B - kemungkinan bersifat karsinogenik. Yang berarti bahwa "mungkin ada risiko" sebagai karsinogenik, sehingga penelitian tambahan mengenai pemakaian berat perangkat nirkabel dalam jangka panjang, perlu dilakukan.[3] WHO menyatakan bahwa "Sejumlah besar penelitian telah dilakukan dalam kurun waktu dua dekade terakhir untuk menilai apakah ponsel dapat menyebabkan risiko kesehatan yang potensial. Hingga saat ini, tidak ada dampak merugikan bagi kesehatan yang telah ditetapkan sebagai akibat dari penggunaan ponsel".[4]

Pedoman Internasional dalam tingkat paparan medan elektromagnetik dari frekuensi gelombang mikro, seperti batasan ICNIRP dalam tingkat daya perangkat dan tidaklah umum bagi perangkat nirkabel untuk melampaui pedoman. Pedoman ini hanya memperhitungkan dampak panas (termal), sebagaimana dampak non-termal belum terbukti secara meyakinkan.[5] Sikap resmi Badan Perlindungan Kesehatan Inggris ("Health Protection Agency" atau HPA) adalah "Tidak ada bukti yang konsisten hingga saat ini bahwa Wi-Fi dan WLAN berdampak merugikan bagi kesehatan masyarakat umum", namun juga "... pendekatan kehati-hatian yang masuk akal ... untuk menjaga keadaan sedang dalam tinjauan ...".[6] Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyampaikan dalam suatu penyataan tahun 2018, bahwa "batas keamanan sekarang ini ditetapkan untuk memasukkan lima puluh kali lipat batasan dari dampak yang diamati dalam paparan energi radio frekuensi".[7]

Paparan

sunting

Telepon seluler

sunting

Sebuah telepon seluler (ponsel) terhubung dengan jaringan telepon melalui gelombang radio, saling berkomunikasi dengan antenna lokal dan pemancar-penerima otomatis yang disebut dengan Base Transceiver Station atau BTS (menara seluler). Area layanan yang dilayani oleh operator seluler, terbagi menjadi wilayah geografis kecil yang disebut dengan sel dan seluruh telepon di dalam sel tersebut saling berkomunikasi melalui antenna sel. Baik telepon dan menara seluler sama-sama memiliki pemancar radio yang akan saling berkomunikasi satu sama lain. Karena kanal radio yang sama, digunakan kembali oleh beberapa sel di dalam jaringan seluler, maka jaringan seluler menggunakan daya pemancar yang rendah untuk menjaga agar gelombang radio dari sel yang lain tidak tumpang tindih dan saling interferensi dengan sel terdekat yang menggunakan frekuensi yang sama.

Ponsel-ponsel dibatasi pada keluaran daya radiasi isotropik efektif (EIRP) sebesar 3 watt dan jaringan seluler secara berkesinambungan menyesuaikan transmisi ponsel ke daya yang paling rendah, konsisten dengan kualitas sinyal yang baik, menguranginya hingga serendah 1 miliwatt ketika dekat dengan menara seluler. Biasanya keluaran daya pada kanal transmisi EIRP menara seluler sebesar 50 watt. Meskipun ketika tidak digunakan (kecuali dalam posisi dimatikan), ponsel secara berkala memancarkan sinyal radio dalam saluran kontrolnya agar tetap terhubung dengan menara seluler dan untuk fungsi lainnya seperti perpindahan ponsel ke menara seluler lain jika pengguna pindah ke sel lainnya. Ketika pengguna melakukan panggilan telepon, ponsel akan memancarkan sinyal pada kanal kedua yang akan mentransmisikan suara pengguna. Jaringan seluler 2G, 3G dan 4G menggunakan frekuensi UHF atau gelombang mikro rendah 600 Mhz–3.5 Ghz. Banyak perangkat-perangkat nirkabel rumahan seperti jaringan Wi-Fi, alat pembuka pintu garasi, alarm bayi menggunakan frekuensi lain dalam rentang frekuensi yang sama tersebut.

Intensitas gelombang radio berkurang dengan cepat oleh jarak kuadrat terbalik, saat gelombang radio tersebut menyebar dari antena pemancar. Sehingga pemancar pada ponsel yang dipegang dekat dengan wajah penggunanya ketika berbicara, merupakan sumber paparan bagi manusia yang jauh lebih besar daripada pemancar pada menara, yang biasanya berjarak setidaknya ratusan meter dari pengguna. Seorang pengguna ponsel dapat mengurangi paparan tersebut dengan menggunakan headset dan menjauhkan ponsel tersebut dari tubuhnya.

Jaringan seluler generasi berikutnya 5G yang mulai diterapkan pada tahun 2019, menggunakan frekuensi yang sangat tinggi (gelombang milimeter) di dalam atau dekat dengan rentang pita frekuensi 24–52 Ghz.[8][9]

Gelombang milimeter tersebut terserap oleh gas atmosfer, sehingga jaringan 5G akan menggunakan sel yang lebih kecil daripada jaringan seluler sebelumnya. Setiap sel dalam jaringan 5G menggunakan rangkaian antena kecil yang dipasang di atas gedung-gedung dan tiang-tiang yang sudah ada daripada menggunakan menara seluler. Secara umum, gelombang milimeter akan menembus lebih sedikit ke dalam jaringan biologis manusia daripada gelombang mikro, terutama yang diserap dalam sentimeter pertama dari permukaan tubuh.

Telepon nirkabel

sunting

Badan Perlindungan Kesehatan Inggris (HPA) juga mengatakan bahwa karena ponsel mampu untuk mengadaptasikan daya, radiasi sebuah telepon nirkabel DECT sebenarnya dapat melebihi radiasi sebuah ponsel. HPA juga menjelaskan bahwa radiasi telepon nirkabel DECT memiliki keluaran daya rata-rata sebesar 10 mW, yang sebenarnya dalam bentuk 100 semburan paparan (burst) per detik dari 250 mW yang kekuatannya setara dengan beberapa telepon seluler.[10]

Jaringan nirkabel

sunting

Sebagian besar perangkat-perangkat LAN nirkabel dirancang untuk dapat bekerja dalam standar yang telah ditentukan sebelumnya. Perangkat wireless access point juga sering kali dekat dengan orang, namun penurunan daya karena jarak juga cepat, mengikuti hukum kuadrat terbalik.[11] Namun, laptop-laptop nirkabel juga sering kali dekat dengan orang. Secara anekdot, perangkat Wi-Fi juga dihubung-hubungan dengan hipersensitivitas elektromagnetik[12] tetapi penelitian tentang hipersensitivitas elektromagnetik, tidak menemukan bukti sistematis yang mendukung penyataan yang dibuat oleh orang yang merasa jadi korban (penderita).[13][14]

Para pengguna perangkat jaringan nirkabel biasanya terpapar dalam waktu yang lebih lama daripada ponsel dan kekuatan daya perangkat nirkabel juga secara signifikan lebih sedikit. Sedangkan sebuah ponsel yang bekerja dalam jaringan UMTS dapat memiliki kekuatan daya dari 21 dBm (125 mW) untuk kelas daya 4, hingga 22 dBm (2 W) untuk kelas daya 1. Sebuah perangkat perute nirkabel standar dapat memiliki kisaran rentang daya 15 dBm (30 mW), sedangkan perangkat perute nirkabel kelas atas (high-end) memiliki kisaran daya hingga 27 dBm (500 mW).

Bagaimana pun juga, perangkat perute nirkabel biasanya terletak lebih jauh dari kepala para pengguna daripada ponsel yang di pegang, di mana secara keseluruhan menghasilkan paparan yang jauh lebih sedikit. HPA menyampaikan bahwa jika seseorang menghabiskan satu tahun di sebuah lokasi dengan Wi-Fi hotspot atau jaringan nirkabel, maka mereka akan menerima dosis gelombang radio yang sama jika mereka menggunakan ponsel untuk melakukan panggilan telepon selama dua puluh menit.[15]

Sikap HPA adalah bahwa "... paparan frekuensi radio (RF) dari Wi-Fi sepertinya menjadi lebih rendah daripada paparan dari ponsel". HPA juga melihat "... tidak ada alasan mengapa bagi sekolah-sekolah dan lainnya tidak boleh menggunakan perangkat Wi-Fi".[6] Pada bulan Oktober 2007, HPA meluncurkan studi "sistematis" baru atas nama pemerintah Britania Raya tentang dampak jaringan nirkabel, untuk meredam kekhawatiran yang tampil di media pada waktu itu.[16] Michael Clark dari pihak HPA mengatakan bahwa publikasi penelitian tentang ponsel dan menara/tiang radio tidak menambah tuduhan atas Wi-Fi.[17][18]

Dampak yang di teliti

sunting

Sawar darah otak

sunting

Sebuah tinjauan pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa "Keseimbangan dari bukti eksperimental tidak mendukung dari dampak bidang frekuensi radio 'non-termal'" dalam permeabilitas sawar darah otak, namun mencatat bahwa penelitian tentang efek frekuensi rendah dan dampaknya pada manusia adalah jarang.[19] Pada tahun 2012, Sebuah studi tentang radiasi frekuensi rendah pada manusia menemukan "tidak ada bukti untuk dampak akut dari radiasi jangka pendek ponsel terhadap aliran darah ke otak".[1][20]

Kanker

sunting

Tidak ada cara yang dapat diketahui dari mana radiasi frekuensi radio (berbeda dengan Radiasi pengion) mempengaruhi DNA dan menyebabkan Kanker serta laboratorium penelitian, tidak menemukan bukti yang baik dari dampak tersebut dalam penelitian pada hewan.[21] Pada tahun 2011, Badan Antar Pemerintah WHO, IARC mengklasifikasikan penggunaan ponsel sebagai "mungkin karsinogenik bagi manusia".[22] IARC menyimpulkan kesimpulannya dengan: "Bukti epidemiologis manusia adalah beragam. Beberapa studi pengendalian-kasus kecil diawal yang sebagian besar dianggap tidak informatif. Sebuah penelitian kelompok yang besar menunjukkan, tidak ada peningkatan dalam risiko dari tumor yang relevan, namun kurangnya informasi tentang tingkatan penggunaan ponsel dan terdapat beberapa sumber potensial, dari kesalahan klasifikasi tentang paparan. Sejumlah besar bukti berasal dari laporan penelitian INTERPHONE, sebuah studi pengendalian-kasus 'multicenter' (penelitian yang melibatkan beberapa institusi) internasional dan secara terpisah studi pengendalian-kasus yang besar dari Swedia tentang glioma dan meningioma dari otak dan neuroma akustik (yang berhubungan dengan pendengaran). Walaupun dipengaruhi oleh bias seleksi dan bias informasi terhadap derajat yang berbeda-beda, studi ini menunjukkan hubungan antara glioma, neuroma akustik dan penggunaan ponsel, khususnya pada orang-orang yang menggunakan ponsel dengan kumulatif tertinggi, pada orang yang menggunakan ponsel di sisi kepala yang sama dengan berkembangnya tumor dan pada orang yang tumornya berada di lobus temporal otak (area pada otak yang paling sering terpapar radiasi RF ketika telepon nirkabel digunakan di telinga)",[23] Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan bahwa tidak terdapat bukti ilmiah yang secara pasti menjawab apakah penggunaan ponsel dapat menyebabkan kanker.[1][24]

Suatu pernyataan pada tahun 2018, BPOM Amerika menyampaikan bahwa "batasan-batasan keamanan saat ini ditetapkan untuk memasukkan 50 kali lipat tingkat (margin) keamanan dari dampak yang diamati atas paparan energi frekuensi radio".[7][25]

Pada tanggal 1 November 2018, lembaga antar badan di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan Amerika Serikat yang bernama Program Toksikologi Nasional (NTP) menerbitkan versi akhir dari laporan penelitian yang "sangat diantisipasi" (setelah tinjauan yang dilakukan selama bulan Maret 2018) menggunakan hewan tikus besar dan kecil, yang dilakukan dalam kurun waktu sepuluh tahun. Laporan penelitian ini disimpulkan setelah tinjauan dengan pernyataan yang paling baru bahwa "tidak ada suatu bukti jelas bahwa tikus besar jantan yang terpapar radiasi frekuensi radio tingkat tinggi, sebagaimana yang digunakan dalam ponsel 2G dan 3G menumbuhkan tumor jantung yang bersifat kanker..., terdapat juga suatu bukti tumor di otak dan kelenjar adrenal dari tikus besar jantan yang terpapar. Untuk tikus besar betina dan tikus kecil jantan dan betina, bukti tersebut diragukan apakah kanker yang diamati, terkait dengan paparan radiasi frekuensi radio".[26]

Analisis awal dari hasil pendahuluan yang diterbitkan oleh NTP, telah menunjukkan bahwa karena masalah kemunculan "sinyal bahaya" yang tidak konsisten, baik di dalam dan seluruh spesies dan meningkatnya kemungkinan dari kesalahan positif karena banyaknya tes, hasil positif sepertinya lebih mungkin karena peluang secara acak. Hasil lengkap penelitian dirilis untuk tinjauan pada bulan Februari 2018.[27]

Kesuburan pria

sunting

Penurunan kualitas sperma pria telah diamati dalam kurun waktu beberapa dekade.[28][29][30] Penelitian tentang dampak radiasi seluler bagi tingkat kesuburan pria saling bertentangan dan dampak dari radiasi frekuensi radio elektromagnetik (RF-EMR) yang di pancarkan oleh perangkat ini dalam sistem reproduksi, sekarang ini sedang dalam perdebatan.[31][32][33][34] Sebuah tinjauan pada tahun 2012 menyimpulkan bahwa "secara bersama-sama, hasil dari penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa gelombang radio RF-EMR, mengurangi jumlah sperma dan motilitas serta meningkatkan stres oksidatif".[35][36] Sebuah penelitian tahun 2017 dari 153 pria yang mengikuti klinik fertilitas akademik di Boston, Massachusetts menemukan bahwa penggunaan ponsel yang dilaporkan sendiri, tidak berhubungan dengan kualitas sperma dan bahwa membawa ponsel dalam kantong celana juga tidak berhubungan dengan kualitas sperma.[37]

Hipersensitivitas elektromagnetik

sunting

Beberapa pengguna ponsel dan perangkat yang serupa, melaporkan telah merasakan berbagai gejala non-spesifik selama dan sesudah penggunaan. Penelitian tidak berhasil menemukan kaitan gejala ini dengan paparan elektromagnetik. Selain itu hipersensitivitas elektromagnetik bukan sebagai diagnosis medis yang diakui.[38]

Metabolisme glukosa

sunting

Menurut lembaga Institut Kanker Nasional Amerika, dua penelitian kecil yang mempelajari tentang apa dan bagaimana radiasi ponsel mempengaruhi metabolisme glukosa otak, menunjukkan hasil yang tidak konsisten.[1]

Dampak terhadap anak-anak

sunting

Pada bulan Juni 2017, sebuah laporan dari Badan Keamanan Nuklir dan Proteksi Radiasi Australia (ARPANSA) mencatat bahwa:

Agenda penelitian WHO tahun 2010, menunjukkan kurangnya bukti yang cukup terkait dengan anak-anak dan hal tersebut masih menjadi masalah. ... Mengingat tidak ada penelitian prospektif dalam jangka panjang yang mempelajari masalah ini, hingga sekarang penelitian ini akan tetap diperlukan dan menjadi prioritas utama. Khusus untuk kanker, hanya satu studi pengendalian-kasus lengkap yang melibatkan empat negara di Eropa yang telah mempelajari penggunaan ponsel diantara anak-anak atau remaja dan risiko tumor pada otak ... Diperlukan penelitian-penelitian epidemiologis lebih banyak lagi.[39]

Stasiun pangkalan

sunting
 
Menara antena seluler dan UHF, dengan banyak antena

Para ahli yang dikonsultasikan oleh Prancis memperhitungkan suatu keharusan bahwa poros antena tidak diperkenankan berada tepat di depan sebuah tempat tinggal dengan jarak kurang dari 100 meter.[40] Rekomendasi ini kemudian diubah pada tahun 2003[41] untuk menyampaikan bahwa antena yang terletak dalam jarak radius 100 meter dari sekolah-sekolah dasar dan fasilitas yang berhubungan dengan anak-anak, seharusnya lebih baik di integrasikan dengan tata kota dan bukan termasuk kedalam laporan para ahli tahun 2005.[42] Pada tahun 2009, Badan Nasional Pangan, Lingkungan dan Keselamatan Kesehatan Kerja Prancis (ANSES) mengatakan bahwa tidak ada dampak jangka pendek yang ditunjukkan dari medan elektromagnetik pada kesehatan, namun ada pertanyaan terbuka untuk dampak jangka panjang dan adalah mudah untuk mengurangi paparan melalui peningkatan teknologi.[43] Pada tahun 2020, sebuah studi Environmental Research menemukan bahwa "Walaupun penyebab langsung dari dampak negatif kesehatan manusia dari RFR stasiun pangkalan (base station) ponsel belum di finalisasi, terdapat cukup bukti ilmiah dan medis untuk menjamin masalah tanggung jawab jangka panjang bagi perusahaan yang memasang menara seluler dan selanjutnya merekomendasikan agar sekolah-sekolah dan rumah sakit memundurkan bangunannya secara sukarela".[44]

Standar keamanan dan perizinan

sunting

Untuk melindungi masyarakat yang tinggal di dekat stasiun pangkalan dan pengguna perangkat bergerak, Pemerintah dan Badan-badan pengatur menyetujui standar keamanan, yang akan menetapkan batasan tingkat paparan di bawah nilai tertentu. Terdapat banyak standar keamanan nasional dan internasional, namun standar ICNIRP yang paling di ikuti dan sejauh ini telah diberlakukan di lebih 80 negara. ICNIRP menyarankan dua tingkat keamanan bagi stasiun radio tingkat pertama yakni paparan yang terkait dengan pekerjaan dan tingkat kedua untuk masyarakat umum. Sekarang ini terdapat upaya-upaya yang sedang dilakukan dalam rangka untuk menyelaraskan standar-standar yang ada.[45]

Prosedur perizinan pangkalan radio (radio base) telah ditetapkan di sebagian besar ruang perkotaan yang di atur baik oleh Kabupaten/Kota, Provinsi/Negara bagian atau tingkat Nasional. Di banyak wilayah, penyedia jasa layanan telekomunikasi (operator) ponsel, diwajibkan untuk memperoleh izin konstruksi, memberikan sertifikasi atas tingkat emisi antena dan memastikan kepatuhan sesuai dengan standar ICNIRP dan/atau peraturan lingkungan lainnya.

Banyak Badan-badan Pemerintah juga mewajibkan perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang ada, mencoba untuk menggunakan menara-menara secara bersama untuk mengurangi dampak lingkungan. Masalah ini adalah faktor yang mempengaruhi atas penolakan instalasi dari menara dan antena-antena di masyarakat.

Standar keamanan di Amerika di tetapkan oleh Federal Communications Commission (FCC). FCC menetapkan standarnya terutama dari standar yang ditetapkan oleh Dewan Nasional Perlindungan dan Pengukuran Radiasi (NCRP) Amerika, sebuah organisasi ilmiah yang diberi hak oleh Kongres, berlokasi Washington dan standar yang ditetapkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), khususnya subkomite 4 tentang "International Committee on Electromagnetic Safety" (Komite Internasional tentang Keamanan Elektromagnetik).

Negara Swiss telah menetapkan batas keamanan yang lebih rendah dari batas ICNIRP untuk beberapa "area sensitif" (misalnya, ruang kelas).[46]

Pada bulan Maret 2020, pertama kali sejak 1998, ICNIRP memperbarui pedomannya atas paparan frekuensi diatas 6 Ghz, termasuk frekuensi yang digunakan untuk jaringan 5G yang frekuensinya lebih dari 6 Ghz. Komisi tersebut menambahkan batasan tingkat paparan yang dapat diterima oleh seluruh tubuh, menambahkan batasan tingkat paparan singkat yang dapat diterima oleh sebagian kecil dari anggota tubuh dan mengurangi jumlah paparan maksimum yang diperbolehkan oleh sebagian kecil anggota tubuh.[47]

Tuntutan hukum

sunting

Di Amerika Serikat (AS), tuntutan "cedera pribadi" telah diajukan oleh individu terhadap produsen (termasuk Motorola,[48] NEC, Siemens dan Nokia) atas dasar tuduhan yang menyebabkan tumor otak dan kematian. Di Pengadilan Federal AS, kesaksian ahli yang terkait dengan sains harus di evaluasi terlebih dahulu oleh Hakim, dalam sidang Daubert (Standar Daubert adalah aturan pembuktian tentang diterimanya kesaksian saksi ahli) agar relevan dan sah (valid) sebelum hal tersebut diajukan sebagai bukti. Dalam sebuah kasus terhadap Motorola tahun 2012, para penggugat menuduh bahwa penggunaan telepon genggam nirkabel dalam menyebabkan kanker otak dan penggunaan telepon Motorola yang menyebabkan salah satu penggugat menderita kanker. Hakim memutuskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang cukup dapat diandalkan dan relevan untuk mendukung penyebab umum atau spesifik yang diajukan oleh para penggugat, menerima mosi untuk mengecualikan kesaksian para ahli dari penggugat dan menolak mosi untuk mengecualikan kesaksian para ahli tergugat.[49]

Dua kasus terpisah di Italia, yakni tahun 2019,[50][51] dan tahun 2017,[52][53] pensiun diberikan kepada para penggugat yang mengklaim menderita tumor otak jinak sebagai akibat dari penggunaan ponsel yang berkepanjangan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas profesional, untuk 5–6 jam per hari, yang ditentukan berbeda dari penggunaan non-profesional.

Tindakan pencegahan

sunting

Asas kehati-hatian

sunting

Pada tahun 2000, WHO merekomendasikan bahwa asas kehati-hatian dapat diberlakukan dalam kasus ini.[54] Hal tersebut mengikuti rekomendasi Masyarakat Ekonomi Eropa atas risiko lingkungan.

Menurut WHO, "asas kehati-hatian" adalah "kebijakan manajemen risiko yang diterapkan dalam situasi dengan tingkat ketidak pastian ilmiah yang tinggi, mencerminkan kebutuhan untuk mengambil tindakan terhadap potensi risiko serius tanpa menunggu hasil dari penelitian ilmiah". Pendekatan yang tidak terlalu ketat lain yang di rekomendasikan adalah prinsip pencegahan yang bijaksana (suatu asas kehati-hatian dalam manajemen risiko) dan serendah mungkin ("as low as reasonably practicable" atau ALARP). Meskipun semua ini merupakan persoalan dalam aplikasinya, karena penggunaan yang luas dan kepentingan ekonomi atas sistem telekomunikasi nirkabel dalam peradaban modern, terdapat peningkatan popularitas dari langkah tersebut di masyarakat umum, meskipun juga bukti bahwa pendekatan tersebut dapat meningkatkan kekhawatiran.[55] Mereka melibatkan rekomendasi seperti meminimalisasi penggunaan, pembatasan penggunaan oleh penduduk yang berisiko (misal: anak-anak), penggunaan telepon dan sel mikro dengan tingkat radiasi serendah mungkin (ALARP), pemberdayaan teknologi 'hands-free' dan earphone seperti bluetooth headset, penetapan standar paparan maksimum, intensitas medan frekuensi radio dan jarak antena stasiun pangkalan dari tempat tinggal manusia dan seterusnya. Secara keseluruhan, informasi publik tetap merupakan suatu tantangan sebagaimana berbagai konsekuensi kesehatan di tampilkan dalam literatur dan media, menempatkan masyarakat di bawah paparan kronis terhadap informasi yang berpotensi mengkhawatirkan.[56]

Tindakan pencegahan dan laporan kesehatan

sunting

Pada bulan Mei 2011, Badan Internasional untuk Penelitan Kanker WHO ("International Agency for Research on Cancer" atau IARC) mengumumkan bahwa mereka telah menggolongkan medan elektromagnetik dari ponsel dan sumber lain sebagai "mungkin karsinogenik bagi manusia" dan menyarankan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah mengurangi paparan, seperti menggunakan perangkat bebas-genggam atau hands-free atau SMS.[57]

Beberapa otoritas penasihat radiasi Nasional, termasuk dari Austria,[58] Prancis,[59] Jerman,[60] dan Swedia[61] merekomendasikan langkah-langkah untuk memperkecil paparan terhadap warganya. Rekomendasi tersebut diantaranya:

  • Menggunakan bebas-genggam (hands-free) untuk mengurangi radiasi terhadap kepala.
  • Menjauhkan ponsel dari tubuh.
  • Tidak menggunakan ponsel di dalam kendaraan tanpa antena luar.

Penggunaan bebas-genggam tidak di rekomendasikan oleh Asosiasi Konsumen Inggris (British Consumers Association) dalam suatu pernyataan bulan November 2000, sebagaimana mereka meyakini bahwa paparan telah meningkat.[62] Namun, pengukuran-pengukuran untuk (pada saat itu) Departemen Perdagangan dan Industri Britania Raya (DTI)[63] dan lainnya untuk Badan Keamanan Kesehatan Lingkungan Prancis (bahasa Prancis: Agence française de sécurité sanitaire environnementale)[64] menunjukkan pengurangan yang besar. Pada tahun 2005, Profesor Lawrie Challis dan lainnya mengatakan bahwa dengan menempatkan batang ferit (ferrite bead) pada ujung kabel bebas-genggam dapat menghentikan gelombang radio yang bergerak ke atas kabel dan kearah kepala.[65]

Beberapa negara menyarankan penggunaan ponsel yang cukup bagi anak-anak.[66] Sebuah jurnal yang ditulis oleh Gandhi dan kawan-kawan pada tahun 2006 menyatakan bahwa anak-anak menerima tingkat penyerapan khusus ("specific absorption rate" atau SAR) yang lebih tinggi. Ketika anak-anak usia 5 dan 10 tahun dibandingkan dengan orang dewasa, mereka menerima SAR sekitar 153% lebih tinggi. Selain itu dengan permitivitas otak yang menurun seiring dengan bertambahnya usia dan volume relatif yang lebih tinggi dari berkembangnya otak yang terpapar, maka radiasi akan menembus jauh kedalam otak tengah.[67]

FDA AS dikutip dengan mengatakan "...tetap percaya bahwa batas keamanan paparan energi saat ini dari frekuensi radio ponsel tetap dapat diterima, untuk melindungi kesehatan masyarakat".[68]

Pada permulaan tahun 2020, Slovenia menghentikan penerapan teknologi 5G dalam rangka tindakan pencegahan karena kekhawatiran masalah kesehatan.[69][70]

Selama pandemi COVID-19, banyak beredar informasi yang salah terkait jaringan 5G berkontribusi dalam penyebaran COVID-19.[71]

Produk palsu

sunting

Produk-produk yang telah di iklankan mengklaim dapat melindungi orang dari radiasi elektromagnetik ponsel, di Amerika, Komisi Perdagangan Federal ("Federal Trade Commission" atau FTC) mengumumkan peringatan bahwa "Para penipu mengikuti berita-berita utama untuk mempromosikan produk-produk yang memutar balikkan berita dan akan mencari korban bagi orang-orang yang khawartir".[72]

Menurut FTC, "tidak ada pembuktian ilmiah dari apa yang disebut dengan pelindung yang secara signifikan mengurangi paparan dari emisi elektromagnetik. Produk-produk tersebut hanya menutup lubang suara atau bagian kecil lainnya dari ponsel dan sama sekali tidak efektif karena seluruh ponsel memancarkan gelombang elektromagnetik". Pelindung tersebut "dapat mengganggu sinyal ponsel, yang menyebabkan ponsel akan bekerja semakin tinggi dengan menaikkan daya agar dapat berkomunikasi dengan stasiun pangkalan (BTS) dan mungkin akan memancarkan lebih banyak radiasi".[72] FTC telah mengklaim iklan palsu yang dipaksakan terhadap perusahaan-perusahaan yang menjual produk tersebut.[73]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d What has research shown about the possible cancer-causing effects of radiofrequency energy?, United States National Cancer Institute
  2. ^ "WHO EMF Research". World Health Organization. Diakses tanggal 27 Maret 2012. 
  3. ^ "IARC classifies radiofrequency electromagnetic fields as possibly carcinogenic to humans" (PDF) (Siaran pers). International Agency for Research on Cancer. 31 Mei 2011. Diakses tanggal 2 Juni 2011. 
  4. ^ "Electromagnetic fields and public health: mobile phones". WHO. 8 Oktober 2014. Diakses tanggal 19 Januari 2018. 
  5. ^ Levitt, B. Blake (1995). Electromagnetic Fields : a consumer's guide to the issues and how to protect ourselves. San Diego: Harcourt Brace. hlm. 29–38. ISBN 978-0-15-628100-3. OCLC 32199261. 
  6. ^ a b "WiFi Summary". Health Protection Agency. Diakses tanggal 9 Januari 2010. 
  7. ^ a b Grady, Denise (2 Februari 2018). "Cancer Risk From Cellphone Radiation Is Small, Studies Show". The New York Times. Diakses tanggal 9 Februari 2018. 
  8. ^ Nordrum, Amy; Clark, Kristen (27 Januari 2017). "Everything you need to know about 5G". IEEE Spectrum magazine. Institute of Electrical and Electronic Engineers. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  9. ^ Hoffman, Chris (7 Januari 2019). "What is 5G, and how fast will it be?". How-To Geek website. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  10. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-20. Diakses tanggal 2021-02-01. 
  11. ^ Foster, Kenneth R (Maret 2007). "Radiofrequency exposure from wireless LANs utilizing Wi-Fi technology". Health Physics. 92 (3): 280–289. doi:10.1097/01.HP.0000248117.74843.34. PMID 17293700. 
  12. ^ "Ont. parents suspect Wi-Fi making kids sick". CBC News. 16 Agustus 2010. 
  13. ^ Rubin, G James; Munshi, Jayati Das; Wessely, Simon (2005). "Electromagnetic Hypersensitivity: A Systematic Review of Provocation Studies". Psychosomatic Medicine. 67 (2): 224–232. CiteSeerX 10.1.1.543.1328 . doi:10.1097/01.psy.0000155664.13300.64. PMID 15784787. 
  14. ^ Röösli, Martin (1 Juni 2008). "Radiofrequency electromagnetic field exposure and non-specific symptoms of ill health: A systematic review". Environmental Research. 107 (2): 277–287. doi:10.1016/j.envres.2008.02.003. PMID 18359015. 
  15. ^ "Wi-fi health fears are 'unproven'". BBC News. 21 Mei 2007. Diakses tanggal 22 Januari 2008. 
  16. ^ "Health Protection Agency announces further research into use of WiFi". Health Protection Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-17. Diakses tanggal 28 Agustus 2008. 
  17. ^ Daniels, Nicki (11 Desember 2006). "Wi-fi: should we be worried?". The Times. Diakses tanggal 26 Mei 2015. 
  18. ^ "Bioinitiative Report". Diakses tanggal 5 Oktober 2013. 
  19. ^ Stam R (2010). "Electromagnetic fields and the blood-brain barrier". Brain Research Reviews (Review). 65 (1): 80–97. doi:10.1016/j.brainresrev.2010.06.001. PMID 20550949. 
  20. ^ Kwon MS, Vorobyev V, Kännälä S, et al. (2012). "No effects of short-term GSM mobile phone radiation on cerebral blood flow measured using positron emission tomography". Bioelectromagnetics. 33 (3): 247–56. doi:10.1002/bem.20702. PMID 21932437. 
  21. ^ "Electromagnetic Fields and Cancer". National Cancer Institute. 3 Januari 2019. 
  22. ^ "Fact Sheet No. 193: Electromagnetic Fields and Public Health – Mobile Phones". World Health Organization. Oktober 2014. Diakses tanggal 12 Januari 2017. 
  23. ^ "Non-ionizing Radiation, Part 2: Radiofrequency Electromagnetic Fields IARC Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans Volume 102". International Agency for Research on Cancer. Oktober 2013. Diakses tanggal 10 April 2019. 
  24. ^ Repacholi, M. H.; Lerchl, A.; Röösli, M.; Sienkiewicz, Z.; Auvinen, A.; Breckenkamp, J.; d'Inzeo, G; Elliott, P; Frei, P.; Heinrich, S.; Lagroye, I.; Lahkola, A.; McCormick, D. L.; Thomas, S.; Vecchia, P. (2012). "Systematic review of wireless phone use and brain cancer and other head tumors". Bioelectromagnetics (Systematic review). 33 (3): 187–206. doi:10.1002/bem.20716. PMID 22021071. 
  25. ^ "Press Announcements - Statement from Jeffrey Shuren, M.D., J.D., Director of the FDA's Center for Devices and Radiological Health on the recent National Toxicology Program Draft Report on Radiofrequency Energy Exposure". Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Diakses tanggal 9 Februari 2018. 
  26. ^ "High Exposure to Radio Frequency Radiation Associated With Cancer in Male Rats". NIEHS;.NIH.gov. National Toxicology Program (NTP), National Institute of Environmental Health Sciences. 1 November 2018. Diakses tanggal 12 Agustus 2019. 
  27. ^ Labos, Christopher; Foster, Kenneth (2018). "Cell Phone Radiation and Cancer: New NTP Results Inconsistent; Random Chance Likely at Play". Skeptical Inquirer. 42 (4): 12–14. 
  28. ^ McKie, Robin (29 July 2017). "The infertility crisis is beyond doubt. Now scientists must find the cause". The Guardian – via www.theguardian.com. 
  29. ^ Scutti, Susan. "Sperm counts of Western men plummeting, analysis finds". CNN. 
  30. ^ Sengupta, Pallav; Dutta, Sulagna; Krajewska-Kulak, Elzbieta (2016). "The Disappearing Sperms: Analysis of Reports Published Between 1980 and 2015". American Journal of Men's Health. 11 (4): 1279–1304. doi:10.1177/1557988316643383. PMC 5675356 . PMID 27099345. 
  31. ^ Behari, Jitendra; Kumar, Sanjay; Kesari, Kavindra Kumar (1 October 2010). "Mobile phone usage and male infertility in Wistar rats". Indian Journal of Experimental Biology. 48 (10): 987–92. PMID 21299041. 
  32. ^ De Iuliis Geoffry N (2009). "Mobile Phone Radiation Induces Reactive Oxygen Species Production and DNA Damage in Human Spermatozoa In Vitro". PLOS One. 4 (7): e6446. Bibcode:2009PLoSO...4.6446D. doi:10.1371/journal.pone.0006446. PMC 2714176 . PMID 19649291. 
  33. ^ Kesari, Kavindra; Hamada, Alaa; Singh, Aspinder; Agarwal, Ashok (1 August 2011). "Cell phones and male infertility: a review of recent innovations in technology and consequences". International Brazilian Journal of Urology. 37 (4): 432–454. doi:10.1590/S1677-55382011000400002 . PMID 21888695. 
  34. ^ Aitken, R. J.; Iuliis, G. N. De; King, B. V.; Nixon, B.; Houston, B. J. (1 December 2016). "The effects of radiofrequency electromagnetic radiation on sperm function". Reproduction. 152 (6): R263–R276. doi:10.1530/REP-16-0126 . PMID 27601711. 
  35. ^ La Vignera S., Condorelli R. A., Vicari E., D'Agata R., Calogero A. E. (2012). "Effects of the Exposure to Mobile Phones on Male Reproduction: A Review of the Literature". Journal of Andrology. 33 (3): 350–356. doi:10.2164/jandrol.111.014373 . PMID 21799142. 
  36. ^ du Plessis, Stefan S.; Ong, Chloe; Virk, Gurpriya; Agarwal, Ashok (1 April 2014). "Effect of Oxidative Stress on Male Reproduction". The World Journal of Men's Health. 32 (1): 1–17. doi:10.5534/wjmh.2014.32.1.1. PMC 4026229 . PMID 24872947. 
  37. ^ Lewis Ryan C., Mínguez-Alarcón Lidia, Meeker John D., Williams Paige L., Mezei Gabor, Ford Jennifer B., Hauser Russ (2017). "Self-reported mobile phone use and semen parameters among men from a fertility clinic". Reproductive Toxicology. 67: 42–47. doi:10.1016/j.reprotox.2016.11.008. PMC 5303122 . PMID 27838386. 
  38. ^ Röösli, Martin (June 2008). "Radiofrequency electromagnetic field exposure and non-specific symptoms of ill health: A systematic review". Environmental Research. 107 (2): 277–287. Bibcode:2008ER....107..277R. doi:10.1016/j.envres.2008.02.003. PMID 18359015. 
  39. ^ "Radiofrequency Electromagnetic Energy and Health: Research Needs (TR 178)". ARPANSA. Juni 2017. Diakses tanggal 2 Januari 2020. 
  40. ^ http://www.afsset.fr/index.php?pageid=712&parentid=424 Diarsipkan 2013-03-20 di Wayback Machine. hlm. 37
  41. ^ Téléphonie mobile et santé, Rapport à l'Agence Française de Sécurité Sanitaire Environnementale, 21 March 2003 at http://www.afsset.fr/index.php?pageid=712&parentid=424 Diarsipkan 2013-03-20 di Wayback Machine.
  42. ^ Téléphonie mobile et santé, Rapport du groupe d’experts, l'Agence Française de Sécurité Sanitaire Environnementale, April 2005 at http://www.afsset.fr/index.php?pageid=712&parentid=424 Diarsipkan 2013-03-20 di Wayback Machine.
  43. ^ "Radiofréquences : actualisation de l'expertise (2009)", l'Agence Française de Sécurité Sanitaire Environnementale, April 2005 at http://www.afsset.fr/index.php?pageid=712&parentid=424 Diarsipkan 2013-03-20 di Wayback Machine.
  44. ^ Pearce, J.M. (Februari 2020). "Limiting liability with positioning to minimize negative health effects of cellular phone towers". Environmental Research (dalam bahasa Inggris). 181: 108845. doi:10.1016/j.envres.2019.108845. PMID 31791710. 
  45. ^ "International Commission for Non-Ionizing Radiation Protection home page". Diakses tanggal 7 Januari 2008. 
  46. ^ "Anforderungen nach NISV: Mobilfunkanlagen" [Specifications of the Regulation on Non-Ionizing Radiation: Mobile Telephone Installations] (dalam bahasa Jerman). Bundesamt für Umwelt [Swiss Federal Environment Ministry]. 13 Maret 2009. Diakses tanggal 20 Januari 2010. 
  47. ^ "New Guidelines Released by the International Commission on Non‐Ionizing Radiation Protection (ICNIRP)" (PDF). icnirp.org. 11 Maret 2020. 
  48. ^ "Wright v. Motorola, Inc. et al., No95-L-04929". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-08. Diakses tanggal 2021-02-01. 
  49. ^ Christopher Newman, et al. v Motorola, Inc., et al., [1] . “Because no sufficiently reliable and relevant scientific evidence in support of either general or specific causation has been proffered by the plaintiffs, as explained below, the defendants’ motion will be granted and the plaintiffs’ motion will be denied.”
  50. ^ "Tumore e telefonini, il testo della sentenza n.17438 della Cassazione" [Tumor and cell phones, the text of the judgment n.17438 of the Supreme Court]. www.leggioggi.it (dalam bahasa Italia). 19 October 2012. Diakses tanggal 1 Maret 2017. 
  51. ^ "Italy court ruling links mobile phone use to tumour". Reuters. 19 Oktober 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 4 Mei 2017. 
  52. ^ "Italian court rules mobile phone use caused brain tumour". The Guardian. 21 April 2017. Diakses tanggal 4 Mei 2017 – via Agence France-Presse. 
  53. ^ "Cancer Linked to Cellphone Use, Italian Court Rules in Landmark Case". Newsweek. 21 Maret 2017. Diakses tanggal 7 Mei 2017. 
  54. ^ "Electromagnetic Fields and Public Health: Cautionary Policies". World Health Organization. Maret 2000. Diakses tanggal 1 Februari 2008. 
  55. ^ Wiedemann; et al. (2006). "The Impacts of Precautionary Measures and the Disclosure of Scientific Uncertainty on EMF Risk Perception and Trust". Journal of Risk Research. 9 (4): 361–372. doi:10.1080/13669870600802111. 
  56. ^ Poumadère M.; Perrin A. (2013). "Risk Assessment of Radiofrequencies and Public Information". Journal of Risk Analysis and Crisis Response. 3 (1): 3–12. doi:10.2991/jrarc.2013.3.1.1 . 
  57. ^ http://www.iarc.fr/en/media-centre/pr/2011/pdfs/pr208_E.pdf
  58. ^ "Information: Wie gefährlich sind Handystrahlen wirklich?" (dalam bahasa Jerman). Marktgemeinde Pressbaum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Oktober 2011. Diakses tanggal 16 Mei 2015. 
  59. ^ "Téléphones mobiles:santé et sécurité" (dalam bahasa Prancis). Le ministère de la santé, de la jeunesse et des sports. 2 Januari 2008. Diakses tanggal 19 Januari 2008.  Lay article in (dalam bahasa Inggris) making comment at Gitlin, Jonathan M. (3 Januari 2008). "France: Beware excessive cell phone use?: despite lack of data". Ars Technica. Diakses tanggal 19 Januari 2008. 
  60. ^ "Precaution regarding electromagnetic fields". Federal Office for Radiation Protection. 7 December 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-01. Diakses tanggal 19 Januari 2008. 
  61. ^ "Exponering" (dalam bahasa Swedia). Swedish Radiation Protection Authority. Februari 2006. Diakses tanggal 19 Januari 2008. 
  62. ^ "UK consumer group: Hands-free phone kits boost radiation exposure". CNN. 2 November 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Maret 2006. 
  63. ^ Manning, MI and Gabriel, CHB, SAR tests on mobile phones used with and without personal hands-free kits, SARtest Report 0083 for the DTI, July 2000 (PDF) at http://straff-x.com/SAR-Hands-Free-Kits-July-2000.pdf Diarsipkan 2014-02-24 di Wayback Machine.
  64. ^ Téléphonie mobile & santé, Report for l'Agence française de sécurité sanitaire environnementale (Afsse), June 2005 at http://www.afsse.fr/index.php?pageid=671&parentid=619# Diarsipkan 2012-03-20 di Wayback Machine.
  65. ^ "Bead 'slashes mobile radiation'". BBC News. 25 Januari 2005. Diakses tanggal 17 Maret 2009. 
  66. ^ For example, Finland "Radiation and Nuclear Safety Authority: Children's mobile phone use should be limited". Finnish Radiation and Nuclear Safety Authority (STUK). 7 January 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 January 2010. Diakses tanggal 20 January 2010.  and France "Téléphone mobile, DAS et santé" [Mobile telephones, SAR and health] (PDF). Votre enfant et le téléphone mobile [Your child and mobile telephony]. Association Française des Opérateurs Mobiles (AFOM)[French Mobile Phone Operators' Association] et l’Union Nationale des Associations Familiales (UNAF) [National Federation of Family Associations]. 31 Januari 2007. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-03-07. Diakses tanggal 20 Januari 2010. 
  67. ^ Gandhi, Om P.; Morgan, L. Lloyd; de Salles, Alvaro Augusto; Han, Yueh-Ying; Herberman, Ronald B.; Davis, Devra Lee (14 October 2011). "Exposure Limits: The underestimation of absorbed cell phone radiation, especially in children". Electromagnetic Biology and Medicine. 31 (1): 34–51. doi:10.3109/15368378.2011.622827. ISSN 1536-8378. PMID 21999884. 
  68. ^ "What is 5G". Diakses tanggal July 29, 2019. 
  69. ^ "Slovenia stops the introduction of 5G technology". Engnews24h. 9 Maret 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-01. Diakses tanggal 27 Maret 2020. 
  70. ^ "Slovenia Halts 5G To Investigate Health And Safety". Envoronmental Health Trust. Diakses tanggal 27 Maret 2020. 
  71. ^ Gallagher, Ryan (9 April 2020). "5G Virus Conspiracy Theory Fueled by Coordinated Effort". Bloomberg News. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  72. ^ a b "Cell Phone Radiation Scams". Federal Trade Commission. September 2011. 
  73. ^ Fair, Lesley (1 Maret 2008). "Federal Trade Commission Advertising Enforcement" (PDF). Federal Trade Commission. hlm. 18–19. 

Pranala luar

sunting