Rajasaurus
Rentang fosil: Kapur Akhir, 67 jtyl
Foto profil dari tengkorak dengan sisi kiri yang terlihat
Rekonstruksi tengkorak, Regional Museum of Natural History, Bhopal
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
(tanpa takson):
Famili:
Subfamili:
Genus:
Rajasaurus

Wilson et al., 2003
Spesies:
R. narmadensis
Nama binomial
Rajasaurus narmadensis
Wilson et al., 2003

Rajasaurus adalah genus dinosaurus theropoda pemakan daging dari zaman Kapur Akhir di India, dari famili Abelisauridae yang memiliki satu spesies: Rajasaurus narmadensis. Tulang-belulang Rajasaurus ditemukan dalam penggalian di Formasi Lameta, negara bagian Gujarat di bagian barat India, dan dulunya hewan ini kemungkinan mendiami kawasan lembah Sungai Narmada. Deskripsi spesies ini dipublikasikan oleh ahli paleontologi Jeffrey A. Wilson dan rekan-rekannya pada 2003 berdasarkan kerangka tidak utuh yang terdiri dari tengkorak, tulang belakang, tulang pinggul, kaki dan ekor. Kemungkinan dinosaurus ini panjangnya sekitar 6.6 meter dan memiliki sebuah tanduk di keningnya yang berguna untuk berkelahi ataupun sebagai sinyal untuk hewan lain. Seperti anggota Abelisauridae lainnya, kemungkinan Rajasaurus adalah predator yang menunggu lalu menyergap mangsanya.

Pada masa hidup Rajasaurus, India merupakan sebuah pulau pecahan benua raksasa Gondwana, walaupun ada kemungkinan migrasi antara India dan benua-benua di sekitarnya. Di Formasi Lameta juga ditemukan spesies-spesies dinosaurus lain, termasuk anggota Abelisauridae dan anggota Sauropoda dari kelompok Titanosauria, mirip seperti daratan bekas Gondwana lainnya. Kawasan ini kemungkinan ditumbuhi hutan pada zaman kapur, dan merupakan sarang banyak spesies. Rajasaurus kini menjadi objek wisata di negara bagian Gujarat.

Penemuan dan nama sunting

 
Sungai Narmada, yang mengalir dekat tempat penemuan fosil Rajasaurus
 
Diagram yang menunjukkan skala Rajasaurus dibanding manusia.

Formasi Lameta ditemukan pada 1981 oleh dua geolog dari Badan Survei Geologi India (Geological Survey of India, GSI), G. N. Dwivedi dan Dhananjay Mahendrakumar Mohabay. Para pekerja perusahaan semen ACC di desa Rahioli dekat kota Balasinor, Gujarat di bagian Barat India memberi mereka lapisan batu kapur yang ternyata berisi telur dinosaurus. Sisa-sisa Rajasaurus lalu ditemukan oleh geologis GSI Suresh Srivastava, pada lapisan batu kapur yang ia gali selama 1982–1984. Pada 2001, tim dari American Institute of Indian Studies dan National Geographic dengan dukungan Universitas Panjab, bergabung dengan penelitian ini dengan tujuan merekonstruksi tulang-belulang yang ditemukan. Sepotong tulang rahang atas Rajasaurus juga ditemukan dekan Jabalpur di Madhya Pradesh di bagian utara Formasi Lameta.[1] Pada 2003, deskripsi spesies Rajasaurus dipublikasikan oleh geologis Jeffrey A. Wilson dan rekan-rekannya.[2]

Holotipe atau spesimen fisik yang mendeskripsikan Rajasaurus adalah sebuah rangka tidak utuh yang dinamai GSI Type No. 21141/1-33, yang terdiri dari tengkorak: tulang maksila, pramaksila, neurokranium dan quadratum, serta tulang belakang, tulang pinggul, kaki dan ekor. Ini adalah penemuan pertama dari tulang belakang, pinggul, kaki dan ekor dari theoropoda India. Ada kemungkinan Lametasaurus dan Indosaurus adalah spesies yang sama dengan Rajasaurus, tetapi hal ini tidak dapat dipastikan karena tak adanya spesimen utuh, dan hilangnya spesimen Lametasaurus.[2][3]

Nama genus Rajasaurus berasal dari kata Sanskerta raja ("raja" atau "yang terhebat"), dan kata Yunani Kuno saurus ("kadal", "hewan melata"), dan nama spesifik narmadensis mengacu pada Sungai Narmada di India yang dekat dengan tempat penemuan dinosaurus ini.[2]

Deskripsi sunting

Pada 2010, ahli paleontologi Gregory S. Paul memperkirakan bahwa Rajasaurus memiliki panjang 11 meter dan berat sekitar 4 ton.[4] Pada 2016, ilmuwan lain memperkirakan panjangnya sekitar 6.6 meter.[5] Rajasaurus amat mirip dengan kerabat Abelisauridae-nya, Majungasaurus yang terpisah sekitar 20 juta tahun sebelumnya.[6] Abelisauridae umumnya memiliki empat jari, tangan pendek dan kepala yang kuat yang amat berguna untuk berburu. Namun tengkoraknya pendek, otot rahangnya tidak terlalu kuat dan giginya pendek.[4] Kekuatan gigitan Abelisauridae mungkin mirip dengan Allosaurus, yaitu sekitar 3.500 Newton.[7]

Dari tempurung otak Rajasaurus, yang ditemukan hanya tulang frontal (dahi) dan parietal (ubun-ubun). Tempurungnya tebal, mencapai 4 cm di atas rongga mata. Dekat pertengahan tulang frontalnya terdapat saluran penciuman. Pinggir dari fossa supratemporalis-nya (cekungan pada sisi kiri dan kanan tengkorak), membentuk semacam jambul di atas kepala. Bagian depan jambul pada Rajasaurus relatif tinggi. Rajasaurus memiliki fenestra atau pori-pori tengkorak di atas kepalanya. Seperti Majungasaurus, tapi tak seperti theropoda lainnya, Rajasaurus memiliki crista prootica yang menjulur keluar seperti sebuah tonggak.[2]

Rajasaurus memiliki sebuah tanduk di dahinya, yang sebagian besar berisi tulang hidung (nasal) dan bukan tulang frontal, tidak seperti tanduk Majungasaurus. Tanduk ini kemungkinan berukuran sama dengan ukuran fosilnya, karena tidak ada lapisan kulit yang memperpanjangnya seperti pada Carnotaurus. Walaupun secara umum Rajasaurus berkulit tebal, kulit ini kemungkinan tidak menambah panjang tanduknya.[7] Pada pertemuan tulang nasal dan frontal terdapat cekungan yang dikelilingi semacam dinding, yang berfungsi mendukung tanduknya, dan berbentuk lebih tinggi dan lebar di samping dibanding di tengah.[2]

Hanya satu ruas tulang leher (kemungkinan ruas tengah) yang ditemukan, dan ukurannya relatif lebih pendek dibanding Ceratosauria lainnya, lebar tapi tidak tinggi. Seperti Ceratosauria lain, bagian belakang tulang leher ini berbentuk cekung, tetapi bagian depannya juga cekung, berbeda dengan Ceratosauria pada umumnya. Ruas tulang ini memiliki 2 rongga udara, seperti Ceratosauria umumnya, tetapi pada Rajasaurus rongga ini sangat dekat dengan kepala. Sebelas ruas tulang punggung (vertebrta thoracal) telah ditemukan, walaupun hanya satu yang kondisinya baik. Permukaannya cekung, dan dalamnya lebih besar dari lebarnya. Ruas-ruas ini mengandung banyak rongga udara. Enam ruas tulang kelangkang (sakrum) telah ditemukan, walaupun hanya terdiri dari belahan bawahnya (ventral) saja. Semakin ke belakang tulang kelangkangnya semakin kecil. Tiga ruas tulang ekor atau koksiks telah ditemukan, kemungkinan dari bagian tengah ekor. Semuanya juga memiliki permukaan cekung, tetapi tak seperti vertebra lainnya, tulang ini berbentuk silinder.[2][8]

Klasifikasi sunting

Rajasaurus adalah anggota Theropoda, kelompok besar dinosaurus yang hampir semuanya pemakan daging, dan memiliki ciri khas yaitu berjalan dengan dua kaki dan anggota gerak depannya mengecil seperti tangan.[9] Tyrannosaurus adalah salah satu anggota Theropoda yang paling terkenal.[9] Dalam kelompok Theropoda, Rajasaurus awalnya diklasifikasikan ke dalam subfamili Carnotaurinae, anggota Abelisauridae yang termasuk Majungasaurus dan Carnotaurus.[2] Namun pada 2014, ahli paleontologi Thierry Tortosa mendirikan subfamili baru, yang ia namakan Majungasaurinae, yang masih termasuk Abelisauridae tapi terpisah dengan Carnotaurinae. Ke dalam subfamili ini ia masukkan Arcovenator, dinosaurus Eropa yang baru ditemukan, beserta Majungasaurus, Indosaurus, Rahiolisaurus dan Rajasaurus.[10][11]

Berikut ini adalah diagram klasifikasi yang diajukan oleh Tortosa (2014): [10]

Ceratosauria

Ceratosaurus  

Noasauridae

Abelisauridae
Carnotaurinae

Carnotaurus  

Abelisaurus

Majungasaurinae

Rajasaurus  

Majungasaurus  

Indosaurus

Rahiolisaurus

Arcovenator  

Biologi sunting

 
Penggambaran Rajasaurus beserta mangsa.

Tanduk Rajasaurus kemungkinan digunakan untuk berkelahi dengan Rajasaurus lain maupun sebagai sinyal.[4] Penggunaannya untuk berkelahi dengan menyundul disimpulkan dari tak adanya tulang trabekular pada tengkoraknya. Mereka bisa jadi menggunakan kepalanya untuk saling mendorong seperti iguana laut (Amblyrhynchus cristatus) sekarang, atau untuk menyerang leher dan sisi samping musuh, seperti dilakukan jerapah. Otot leher Abelisauridae telah disesuaikan untuk menahan tegangan mekanika yang besar. Tanduk Rajasaurus bisa jadi digunakan untuk mempertahankan wilayah atau untuk memperebutkan pasangan.[7]

Abelisauridae kemungkinan adalah "predator sergap" yang menunggu lalu menyergap mangsanya, menggunakan gigitannya untuk menahan mangsa besar. Tulang kaki Rajasaurus, seperti halnya anggota kelompok Majungasaurus lain tergolong kecil untuk Theropoda lain yang berukuran sama. Hal ini kemungkinan berarti mereka bergerak dengan lambat. Namun sebagai anggota Ceratosauria kemungkinan bisa meningkatkan kecepatannya dalam waktu singkat.[7][12]

Lingkungan sunting

Rajasaurus ditemukan pada Formasi Lameta, yang secara radiometri diperhitungkan berasal dari zaman Kapur Akhir. Daerah ini memiliki iklim gersang atau separuh gersang dan dialiri sebuah sungai yang terbentuk karena aktivitas volkanik di Dataran Tinggi Dekkan. Kemungkinan di pinggir sungai ini terdapat semak-semak.[1][2][13][14] Rajasaurus kemungkinan hidup di daerah yang sekarang menjadi Lembah Sungai Narbmada. Karena formasi Lameta dikenal sebagai tempat bertelur dinosaurus sauropoda, tempat ini kemungkinan berpasir karena begitulah tempat yang disukai sauropoda untuk bertelur.[15] Terdapat juga beberapa telur theropoda di daerah ini, walaupun belum tentu merupakan telur Rajasaurus.[16] Bukti koprolit (fosil kotoran) sauropoda di daerah ini menunjukkan bahwa daerah tersebut juga ditumbuhi pohon-pohonan seperti Podocarpus, Araucaria, konifer Cheirolepidiaceae, pakis haji, dan pinang. Rumput kuno, dan bunga-bungaan dari kelompok Caryophyllaceae, Sapindaceae dan Acanthaceae juga diduga tumbuh di sini.[17] Ular prasejarah Sanajeh yang hidup di daerah yang sama suka memakan telur dari sarang-sarang sauropoda, dan kemungkinan juga menyerang sarang theropoda kecil.[18]

Banyak dinosaurus yang ditemukan dari Formasi Lameta, seperti Laevisuchus (dari kelompok Noasauridae), Indosaurus, Indosuchus, Lametasaurus, dan Rahiolisaurus (dari Abelisauridae), dan Jainosaurus, Titanosaurus, dan Isisaurus dari kelompok saurupoda yang bernama Titanosauria. Keragaman dinosaurus dari kelompok Abelisauridae dan Titanosauria dari zaman kapur India, dan kemiripannya dengan dinosaurus-dinosaurus daerah bekas Gondwana lainnya, menunjukkan bahwa dinosaurus-dinosaurus dari daerah-daerah ini kemungkinan masih berhubungan dekat.[2][19]

Dinosaurus di India kemungkinan punah total akibat aktivitas volkanik sekitar 350.000 tahun sebelum transisi dari zaman kapur ke zaman paleogen.[20]

Pengaruh sunting

Tempat penemuan fosil Rajasaurus dan dinosaurus-dinosaurus lain di sekitar Balasinor banyak dikunjungi wisatawan dan dijuluki "Jurassic Park India". Pemerintah negara bagian Gujarat menyebutnya "taman dinosaurus".[21] Sebuah patung dengan skala sungguhan didirikan di desa Rahioli untuk memperingati penemuan Rajasaurus.[22] Taman hiburan Adlabs Imagica di Khopoli memiliki wahana dengan nama "Rajasaurus River Adventure", wahana air yang mengikuti petualangan "Dr. Roy" pada zaman prasejarah.[23]

Referensi sunting

  1. ^ a b "Rajasaurus narmadensis – India's own dinosaur emerges from oblivion" (PDF). Geological Survey of India. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 May 2008. Diakses tanggal 8 April 2009. 
  2. ^ a b c d e f g h i Wilson, J. A.; Sereno, P. C.; Srivastava, S.; Bhatt, D. K.; Khosla, A.; Sahni, A. (2003). "A new abelisaurid (Dinosauria, Theropoda) from the Lameta Formation (Cretaceous, Maastrichtian) of India" (PDF). Contributions from the Museum of Paleontology University of Michigan. 31 (1): 1–42. 
  3. ^ Carrano, M. T.; Sampson, S. D. (2008). "The phylogeny of Ceratosauria" (PDF). Journal of Systematic Palaeontology. 6 (2): 183–236. doi:10.1017/S1477201907002246. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-05-22. Diakses tanggal 2018-11-30. 
  4. ^ a b c Paul, G. S. (2010). The Princeton Field Guide to Dinosaurs. Princeton University Press. hlm. 84–86. ISBN 978-0-691-13720-9. 
  5. ^ Grillo, O. N.; Delcourt, R. (2016). "Allometry and body length of abelisauroid theropods: Pycnonemosaurus nevesi is the new king". Cretaceous Research. 69: 71–89. doi:10.1016/j.cretres.2016.09.001. 
  6. ^ Rogers, Raymond R.; Krause, David W.; Curry Rogers, Kristina; Rasoamiaramanana, Armand H.; Rahantarisoa, Lydia. (2007). "Paleoenvironment and Paleoecology of Majungasaurus crenatissimus (Theropoda: Abelisauridae) from the Late Cretaceous of Madagascar". Dalam Sampson, S. D.; Krause, D. W. Majungasaurus crenatissimus (Theropoda: Abelisauridae) from the Late Cretaceous of Madagascar. Journal of Vertebrate Paleontology. Society of Vertebrate Paleontology Memoir 8. 27. hlm. 21–31. doi:10.1671/0272-4634(2007)27[21:PAPOMC]2.0.CO;2. 
  7. ^ a b c d Delcourt, R. (2018). "Ceratosaur Palaeobiology: New Insights on Evolution and Ecology of the Southern Rulers". Scientific Reports. 8 (9730). doi:10.1038/s41598-018-28154-x. 
  8. ^ Sampson, Scott D.; Witmer, L. M. (2007). "Craniofacial anatomy of Majungasaurus crenatissimus (Theropoda: Abelisauridae) from the Late Cretaceous of Madagascar". Dalam Sampson, S. D.; Krause, D. W. Majungasaurus crenatissimus (Theropoda: Abelisauridae) from the Late Cretaceous of Madagascar (PDF). Journal of Vertebrate Paleontology. Society of Vertebrate Paleontology Memoir 8. 27. hlm. 32–102. doi:10.1671/0272-4634(2007)27[32:CAOMCT]2.0.CO;2. 
  9. ^ a b Hutchinson, J.R. (March–April 2006). "The evolution of locomotion in archosaurs". Comptes Rendus Palevol. 5 (3–4): 519–530. doi:10.1016/j.crpv.2005.09.002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-01. Diakses tanggal 2018-12-02. 
  10. ^ a b Tortosa, T.; Buffetaut, E.; Vialle, N.; Dutour, Y.; Turini, E.; Cheylan, G. (2014). "A new abelisaurid dinosaur from the Late Cretaceous of southern France: Palaeobiogeographical implications". Annales de Paléontologie. 100: 63–86. doi:10.1016/j.annpal.2013.10.003. 
  11. ^ Kapur, V. V.; Khosla, A. (2016). "Late Cretaceous terrestrial biota from India with special reference to vertebrates and their implications for biogeographic connections". Cretaceous Period: Biotic Diversity and Biogeography. 71: 161–172. 
  12. ^ Persons IV, W. S.; Currie, P. J. (2011). "Dinosaur speed demon: the caudal musculature of Carnotaurus sastrei and implications for the evolution of South American abelisaurids". PLoS One. 6 (10): e25763. doi:10.1371/journal.pone.0025763. PMC 3197156 . PMID 22043292. 
  13. ^ Brookfield, M. E.; Sanhi, A. (1987). "Palaeoenvironments of the Lameta beds (late Cretaceous) at Jabalpur, Madhya Pradesh, India: Soils and biotas of a semi-arid alluvial plain". Cretaceous Research. 8 (1): 1–14. doi:10.1016/0195-6671(87)90008-5. 
  14. ^ Mohabey, D. M. (1996). "Depositional environment of Lameta Formation (late Cretaceous) of Nand-Dongargaon inland basin, Maharashtra: the fossil and lithological evidences". Memoirs of the Geological Survey of India. 37: 1–36. 
  15. ^ Tandon, S. K.; Sood, A.; Andrews, J. E.; Dennis, P. F. (1995). "Palaeoenvironments of the dinosaur-bearing Lameta Beds (Maastrichtian), Narmada Valley, Central India". Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology. 117 (3–4): 153–184. doi:10.1016/0031-0182(94)00128-U. 
  16. ^ Lovgren, S. (13 August 2003). "New Dinosaur Species Found in India". National Geographic News. Diakses tanggal 8 April 2009. 
  17. ^ Sonkusare, H.; Samant, B.; Mohabey, D. M. (2017). "Microflora from Sauropod Coprolites and Associated Sedimentsof Late Cretaceous (Maastrichtian) Lameta Formation of Nand-Dongargaon Basin, Maharashtra". Geological Society of India. 89 (4): 391–397. doi:10.1007/s12594-017-0620-0. 
  18. ^ Wilson, J. A.; Mohabey, D. M.; Peters, S. E.; Head, J. J. (2010). "Predation upon hatchling dinosaurs by a new snake from the Late Cretaceous of India". PLoS One. 8 (3): e1000322. doi:10.1371/journal.pbio.1000322. PMC 2830453 . PMID 20209142. 
  19. ^ Weishampel, D. B.; Barrett, P. M.; Coria, R.; Le Loeuff, J.; Xijin, Z.; Xing, X.; Sahni, A.; Gomani, E. M. P.; Noto, C. R. (2004). "Dinosaur Distribution". Dalam Weishampel, D. B.; Dodson, P.; Osmólska, H. The Dinosauria (edisi ke-2nd). Berkeley: University of California Press. hlm. 595. ISBN 978-0-520-24209-8. 
  20. ^ Mohabey, D. M.; Samant, B. (2013). "Deccan continental flood basalt eruption terminated Indian dinosaurs before the Cretaceous–Paleogene boundary" (PDF). Geological Society of India Special Publication (1): 260–267. 
  21. ^ "The dinosaur wonders of India's Jurassic Park". BBC News. 11 May 2010. Diakses tanggal 23 July 2018. 
  22. ^ Bhattacharya, S. (16 January 2013). "India's Jurassic Park hopes 'princely lizards' will attract tourists". The National. Diakses tanggal 23 July 2018. 
  23. ^ "Rajasaurus River Adventure". imagica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-23. Diakses tanggal 23 July 2018. 

Pranala luar sunting