Pendidikan luar biasa
Bagian dari seri |
Pendidikan di Indonesia |
---|
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains & Teknologi Kementerian Agama |
Pendidikan luar biasa (dikenal juga sebagai pendidikan spesial, pendidikan berkebutuhan khusus, pendidikan berbantuan) adalah praktik mendidik siswa dengan cara yang mengatasi perbedaan dan kebutuhan khusus seorang individu, terutama bagi orang berkebutuhan khusus.
Sekolah luar biasa
suntingSekolah luar biasa (SLB) adalah sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus agar bisa mendapatkan layanan dasar yang bisa membantu mendapatkan akses pendidikan. Dengan jenis yang berbeda, berbeda pula strategi pembelajaran serta fasilitas yang dimiliki.
Meskipun sekolah luar biasa selama ini dianggap sebagai sekolah dengan keterbelakangan pendidikan dan memiliki metode belajar yang tertinggal dibanding sekolah umum, sekolah luar biasa mengajarkan anak mengenai berbagai keterampilan dan kemampuan dasar agar dapat mengikuti kurikulum pendidikan di sekolah umum.[1]
Jenis
sunting- SLB A: Sekolah yang diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape recorder.
- SLB B: Sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir atau metode oralism. Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu implan koklea dan alat bantu mendengar.
- SLB C: Sekolah yang ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan dan pergaulan.
- SLB D: Sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa. Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka.
- SLB E: Sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi sosialisasi.
- SLB G: Sekolah yang diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa meningkatkan rasa mandiri anak tersebut.
Tokoh pendidikan
suntingTerdapat sejumlah tokoh yang berperan dalam pendidikan luar biasa.[2]
- Alan Kaufman
- Alfred Baumeister
- Alfred Binet
- Alice Hazel Hayden
- Ann P. Turnbull
- Anna Jean Ayres
- Anne Anastasi
- Arthur R. Jensen
- Austin M. Des Lauriers
- Bandi Delphie
- Barbara Bateman
- Beeman N. Philips
- Benjamin Pasamanick
- Bernard Rimland
- Berthold Lowenfeld
- Betty J. House
- Bonnie Camp
- Bruno Bettelheim
- Burton Blatt
- C. June Maker
- Carl Bereiter
- Carl Fenichel
- Carl H. Delacato
- Cecil R. Reynolds
- Charles C. Cleland
- Charles Spearman
- Clifford W. Beers
- Cyril Burt
- Daniel P. Hallahan
- Donald L. MacMillan
- Donald Meinchenbaum
- Doris Johnson
- Dorothy Harrison Eustis
- Edgar A. Doll
- Édouard Séguin
- Edward Livingston French
- Eli M. Bower
- Elizabeth E. Farrell
- Elizabeth Kenny
- Elliot S. Humphrey
- Ellis Paul Torrance
- Eric Schopler
- Evelyn N. Deno
- Frank M. Hewett
- Frans Harsana Sasraningrat
- Fritz Redl
- G. Orville Johnson
- Gerald M. Senf
- Glenn Doman
- Grace Fernald
- H. Carl Haywood
- H. Rutherford Turnbull
- Harold M. Skeels
- Henry H. Goddard
- Henry M. Knight
- Herbert G. Birch
- Irving Bialer
- J.E. Wallace Wallin
- J.P. Guilford
- Jack I. Bardon
- Jack W. Birch
- James C. Chalfant
- James Kauffman
- Jan van Dijk
- Janet Weiss Lerner
- Jean Marc Gaspard Itard
- Jerome Sattler
- Johann Jakob Guggenbühl
- John Curtis Gowan
- John F. Feldhusen
- John Langdon Down
- John Salvia
- John T. Neisworth
- Johs Clausen
- Jon J. Eisenson
- Joseph McVicker Hunt
- Juan Pablo Bonet
- Laura Bridgman
- Laura E. Lehtinen
- Laurent Clerc
- Lauretta Bender
- Lee J. Cronbach
- Leo Kanner
- Leta Stetter Hollingworth
- Lewis Terman
- Lloyd M. Dunn
- Louis Braille
- Margaret Mahler
- Marianne Frostig
- Marie Skodak Crissey
- Maynard C. Reynolds
- Melvyn I. Semmel
- Merle B. Karnes
- Michael Rutter
- Mildred A. Groht
- Mohammad Amin
- Nadeen L. Kaufman
- Natalie C. Barraga
- Nicholas J. Anastasiow
- Norman R. Ellis
- Orville Johnson
- Paul Broca
- Ray H. Barsch
- Rebecca R. Fewell
- Reginald L. Jones
- Richard H. Hungerford
- Richard H. Kicklighter
- Richard L. Schiefelbusch
- Richard M. Foxx
- Robert B.Edgerton
- Robert Benjamin Irwin
- Robert D. Hess
- Robert J. Havighurst
- Robert P. Cantrell
- Robert T. Brown
- Samuel Gridley Howe
- Samuel Heinicke
- Samuel A. Kirk
- Selma Fraiberg
- Sidney W. Bijou
- Stella Chess
- Steven Forness
- Sukarni Catur Utami Munandar
- T. Ernest Newland
- Teodoro Ayllon
- Thomas Braidwood
- Thomas C Lovitt
- Walter E. Fernald
- Wesley C. Becker
- William James Sidis
- William M. Cruickshank
- William R. Nash
- Winifred Holt
Referensi
sunting- ^ https://difabel.tempo.co/read/1106739/alasan-slb-tetap-jadi-rujukan-anak-berkebutuhan-khusus/full&view=ok[pranala nonaktif permanen]
- ^ Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Luar Biasa. 2014. ISBN 9786028395755.
Pranala luar
sunting- Afriani Susanti. "Jenis-Jenis Sekolah Luar Biasa". Okezone.