Slamet Soebijanto
Laksamana TNI (Purn.) Slamet Soebijanto (lahir 4 Juni 1951) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Laut dari 18 Februari 2005 hingga 7 November 2007.
Slamet Soebijanto | |
---|---|
Kepala Staf TNI Angkatan Laut ke-19 | |
Masa jabatan 18 Februari 2005 – 7 November 2007 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Informasi pribadi | |
Lahir | 4 Juni 1951 Mojokerto, Jawa Timur |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | AKABRI (1973) |
Profesi | Tentara |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Laut |
Masa dinas | 1973 - 2007 |
Pangkat | Laksamana TNI |
Satuan | Korps Pelaut |
Sunting kotak info • L • B |
Slamet Soebijanto lulus dari pendidikan militer AKABRI Laut-19 (1973). Kemudian ia menempuh pendidikan Alut Baru/Ops. School, Belanda (1980), Operational Art. Yugoslavia (1990) dan KRA-33 Lemhannas (2000 - 2001)
Ia pernah ditugaskan antara lain: Kasie Navi KRI Thamrin (1974), Kadep Navop KRI Rakata (1980), Kasilingstra Ditdik Seskoal (1991), Waasrenum TNI (2000). Jabatan terakhirnya sebelum menjabat sebagai KSAL adalah sebagai Wagub Lemhannas (2003).
Tanda Jasa
suntingBaris ke-1 | Bintang Dharma (9 November 2004)[1] | ||
---|---|---|---|
Baris ke-2 | Bintang Jalasena Utama | Bintang Kartika Eka Paksi Utama (6 Februari 2006) | Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama (6 Februari 2006) |
Baris ke-3 | Bintang Bhayangkara Utama | Bintang Yudha Dharma Pratama | Bintang Jalasena Pratama |
Baris ke-4 | Bintang Yudha Dharma Nararya | Bintang Jalasena Nararya | Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun |
Baris ke-5 | Satyalancana Dwidya Sistha | Satyalancana Seroja | Pingat Jasa Gemilang - Tentera (P.J.G.) - Singapura |
Latar Belakang
suntingTidak banyak yang tahu, jika Kepala Staf TNI Angkatan Laut (2005-2007) ini pernah tinggal di gang sempit yang berada di Desa Denanyar, Kecamatan/Kabupetan Jombang.
Slamet sendiri lahir di Mojokerto, 4 Juni 1951. Namun sejak duduk di bangku SD, ia bersekolah dan besar di Kota Santri. Sejak kecil, masa muda dan remajanya, Slamet dikenal sebagai anak yang pendiam dan tidak terlalu banyak tingkah.
“Dia tidak suka nongkrong-nongkrong seperti anak muda jaman sekarang, dirumah saja, hanya berkumpul saat ada kegiatan saja,” ujar Abdul Cholik, salah satu keponakan Slamet.
Setelah lulus dari SDN Denanyar Selatan, Slamet kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP di Jombang kota. Kemudian dilanjutkan ke SMAN 2 Jombang. Selama mengenyam pendidikan di sekolah, Slamet memang memiliki prestasi yang cukup menonjol, baik akademis maupun non akademis.
“Sayangnya saya lupa nama SMP-nya dulu mana, pokoknya di Jombang kota,” tambah Cholik. Selepas lulus SMA, Slamet kemudian melanjutkan ke pendidikan militer TNI Angkatan Laut tahun 1969 dan lulus tahun 1973. Slamet dikenal sebagai seseorang yang sederhana, ia tidak begitu muluk-muluk bercita-cita menjadi seorang perwira.
Ia menceritakan, selama mengikuti masa pendidikan, pembiayaan Slamet ditanggung sepenuhnya Siti Maryam, kakak sulungnya. Slamet memang terlahir dari keluarga sederhana. Saat mengenyam pendidikan pendidikan kemiliteran, sang ayah baru memasuki masa pensiun dari pekerjaann lamanya di pabrik gula. Sementara sang ibu hanya berjualan tahu.
Kehidupan yang sederhana juga dicerminkan Slamet hingga kini. Ia sendiri tidak pernah menampakkan jika dirinya sudah menjadi pelindung Negara dari wilayah laut. Ia pun tidak pernah memakai seragam dinas jika sedang berkunjung ke kampung halamannya di Denanyar Jombang.[2]
Jika dilihat dari silsilah keluarga, lanjutnya, Slamet tidak mewarisi darah pejuang dari orang tua maupun nenek moyang terdahulu. Begitu juga darah pejuang yang mengalir darinya juga tidak diwarisi 5 anak, dari pernikahannya dengan keturunan Belanda yang bernama Sonya Heny.
Anak pertamanya yang bernama Panji Prabowo sudah sukses menjadi dokter umum. Memilih profesi berbeda, anak kedua bernama Wisnu Wardana menjadi wiraswasta. Pekerjaan ini juga dijalani anak ketiga, Lesmono yang juga berwiraswasta. Sedangkan, Sari, sebagai anak keempat dan anak perempuan satu-satunya lebih memilih menjadi dokter.
Sebenarnya, dari kelima anaknya, hanya anak bungsu bernama Pandu yang dijagokan sebagai pewaris darah perjuangan dari sang ayah, untuk menempuh pendidikan kemilitiren. Namun perjuangan Pandu harus kandas karena tidak memenuhi persyaratan. Sehingga Pandu mengikuti jejak kedua kakaknya yang berwiraswasta.
Jabatan Militer
suntingReferensi
sunting- ^ "8 Pati Dapat Bintang Dharma". Puspen TNI. 9 November 2004. Diakses tanggal 4 Januari 2024.
- ^ "Laksamana TNI Slamet Soebijanto, KSAL 2005-2007 yang Besar di Denanyar"
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Profil @ tokohindonesia.com Diarsipkan 2006-11-21 di Wayback Machine.
- (Indonesia) [1]
- (Indonesia) [2]
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Bernard Kent Sondakh |
Kepala Staf TNI Angkatan Laut 18 Februari 2005 - 7 November 2007 |
Diteruskan oleh: Sumardjono |