Soesalit Djojoadhiningrat
Mayjen TNI (Purn.) R.M. Soesalit Djojoadhiningrat atau Susalit Joyoadiningrat (dalam Ejaan Yang Disempurnakan) (13 September 1904 – 17 Maret 1962), merupakan putra tunggal dari pahlawan nasional R.A. Kartini dan Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat. Kartini meninggal dunia empat hari sesudah melahirkan Soesalit. Disebutkan nama Soesalit merupakan akronim kalimat dalam bahasa Jawa "susah nalika alit” (susah di waktu kecil) dikarenakan tidak pernah mengenal ibunya.
Soesalit Djojoadhiningrat | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Rembang, Indonesia | 13 September 1904
Meninggal | 17 Maret 1962 Jakarta | (umur 57)
Anak | R.M. Boedhy Setia Soesalit |
Orang tua |
|
Kerabat | Abdulmadjid Djojoadiningrat (saudara tiri) |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1945—1948 |
Pangkat | Mayor Jenderal TNI |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Latar Belakang
suntingSoesalit merupakan saudara seayah dengan Abdulmadjid Djojoadhiningrat[1] tokoh Perhimpunan Indonesia dan Partai Sosialis Indonesia yang pernah menjabat Menteri Muda Urusan Sosial pada Kabinet Sjahrir III. Soesalit membantu membiayai sekolah kedokteran Soetanti[2] yang kelak menjadi istri D. N. Aidit. Soesalit merupakan saudara sepupu Raden Mas Moedigdo yang merupakan ayah dari Soetanti, Moedigdo tewas dalam peristiwa Madiun.[3]
Soesalit adalah lulusan Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren.[4]
Karier militer
suntingSoesalit bergabung menjadi tentara dengan masuk PETA (Pembela Tanah Air) pada masa pendudukan Jepang.[5] Dalam karier militernya ia berhasil mencapai pangkat Mayor Jenderal (ejaan lama Djendral Major), tetapi dikarenakan hasil Re-Ra (Reorganisasi - Rasionalisasi) Angkatan Perang Republik Indonesia pada 1948 pangkatnya diturunkan menjadi Kolonel. Pada program Re-Ra ini ia juga ditunjuk menjadi salah satu anggota komisi 3 jenderal di mana ia dianggap mewakili kalangan bekas PETA dan Laskar, sementara Mayor Jenderal Suwardi mewakili kalangan bekas KNIL dan Abdul Haris Nasution mewakili kalangan perwira-perwira muda.[6]
Riwayat Jabatan
suntingPada dinas militer Soesalit antara lain pernah menjabat sebagai:
- Komandan Brigade V Divisi II Cirebon (sampai dengan Oktober 1946).[5]
- Panglima Divisi III Diponegoro (Yogyakarta — Magelang) (Oktober 1946—1948).
- Panglima Komando Pertempuran Daerah Kedu dan sekitarnya (1948).
- Perwira diperbantukan pada Staf Angkatan Darat/Kementerian Pertahanan.
Meninggal Dunia
suntingSoesalit meninggal dunia pada 1962 dan dimakamkan di kompleks makam RA Kartini dan keluarganya di Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang. Ia Mempunyai seorang putra bernama R.M. Boedhy Setia Soesalit.
Catatan kaki
sunting- ^ Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (Indonesia) (1982). Prisma. Lembaga Penelitian, Pendidikan & Penerangan Ekonomi dan Sosial. Diakses tanggal 22 May 2012.
- ^ Aidit, dua wajah Dipa Nusantara. Kepustakaan Populer Gramedia. 2010. hlm. 18–. ISBN 978-979-9102-79-9. Diakses tanggal 22 May 2012.
- ^ Catatan Julius Pour (2010). Gerakan 30 September: pelaku, pahlawan & petualang. Penerbit Buku Kompas. hlm. 31–. ISBN 978-979-709-524-6. Diakses tanggal 22 May 2012.
- ^ Hassan Shadily; Prof. Mr. Ag. Pringgodigdo. Ensiklopedi Umum. Kanisius. hlm. 533–. ISBN 978-979-413-522-8. Diakses tanggal 22 May 2012.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b Sitisoemandari Soeroto (1979). Kartini: sebuah biografi. Gunung Agung. ISBN 978-979-428-317-2. Diakses tanggal 22 May 2012.
- ^ Abdul Haris Nasution (1968). Tentara Nasional Indonesia. Seruling Masa. Diakses tanggal 22 May 2012.
Pranala luar
sunting- Mengenang Kartini Dari Museum, Universitas Muria Kudus
- Ayunda tidak pernah menyerah Diarsipkan 2011-03-23 di Wayback Machine., Majalah Tempo
- Tak Cukup Dikenang Tiap 21 April, seputar-indonesia.com
- Sejarah Hidup Soesalit, Anak Kartini yang Dekat dengan Kaum Kiri