Kota Balikpapan

kota di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia
(Dialihkan dari Stadion Sudirman)


Kota Balikpapan adalah sebuah kota di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Balikpapan menjadi kota terbesar kedua di Kalimantan Timur, setelah Kota Samarinda, dengan total penduduk sebanyak 746.804 jiwa pada pertengahan tahun 2024.[2][6]

Kota Balikpapan
Panorama Kota Balikpapan
Tugu Adipura
Pelabuhan Balikpapan
Lambang resmi Kota Balikpapan
Julukan: 
Kota Minyak
Motto: 
Manuntung
(Banjar) kerja tuntas dan totalitas
Peta
Peta
Kota Balikpapan di Kalimantan
Kota Balikpapan
Kota Balikpapan
Peta
Kota Balikpapan di Indonesia
Kota Balikpapan
Kota Balikpapan
Kota Balikpapan (Indonesia)
Koordinat: 1°08′56″S 116°54′11″E / 1.1489°S 116.9031°E / -1.1489; 116.9031
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Timur
Dasar hukumUURI No.27 1959
Hari jadi10 Februari 1897
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 6
  • Kelurahan: 34
Pemerintahan
 • Wali KotaRahmad Mas'ud
 • Wakil Wali Kotalowong
 • Sekretaris DaerahMuhaimin (Pj.)[1]
 • Ketua DPRDAbdulloh
Luas
 • Total503,3 km2 (194,3 sq mi)
Peringkat13
Populasi
 (30 Juni 2024)[2]
 • Total746.804
 • Kepadatan1,500/km2 (3,800/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 90,17% Islam
  • 0,78% Buddha
  • 0,19% Hindu[2][3]
 • BahasaIndonesia (resmi), Kutai, Dayak, Jawa, Bugis, Banjar, Lawangan
 • IPMKenaikan 82,03 (2023)
 sangat tinggi [4]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode pos
76111-76136
Kode BPS
6471 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon(+62) 542
Pelat kendaraanKT
Kode Kemendagri64.71
Kode SNI 7657:2023BPN
APBDRp 2,7 Triliun (2020)[5]
PADRp 710 Miliar (2020)
DAURp 482 Miliar (2020)
Semboyan daerahBalikpapan Kota Beriman
Situs webbalikpapan.go.id

Sebagai pusat bisnis dan industri, kota ini memiliki perekonomian terbesar di seluruh Kalimantan, dengan total PDRB mencapai Rp79,65 triliun pada tahun 2016.[7] Balikpapan menjadi salah satu dari 3 gerbang menuju ibu kota Indonesia yang baru, dengan keberadaan Pelabuhan Semayang (tersibuk kedua setelah Pelabuhan Samarinda[8]) dan Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang merupakan bandara kota tersibuk ketiga di Kalimantan,[9] setelah Banjarmasin[10][11] dan Pontianak.[12]

Terbentuknya Balikpapan berawal dari sebuah perkampungan nelayan di tepi Selat Makassar pada abad ke-19. Pengeboran pertama sumur minyak di kota ini dimulai pada 10 Februari 1897, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Balikpapan. Pada tahun 1907, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) mendirikan kantor di kota ini, yang kemudian diikuti oleh masuknya investasi dari berbagai perusahaan multinasional. Berdasarkan survey persepsi masyarakat dengan 1000 responden, kota Balikpapan dulunya dinobatkan IAP sebagai salah satu kota paling layak huni di Indonesia tahun 2014[13] dan 2017.[14] Namun pada tahun 2022, kota ini justru tertinggal oleh Samarinda[15][16] dan tidak lagi dinobatkan dalam 10 besar.[17]

Sejarah

sunting

Asal usul nama Balikpapan

sunting

Ada beberapa hikayat populer yang menceritakan asal usul kota yang berada di pesisir timur Kalimantan ini, yaitu:[18][19]

  • Adanya 10 keping papan yang kembali ke Jenebora dari 1.000 keping yang diminta oleh Sultan Kutai sebagai sumbangan bahan bangunan untuk pembangunan Istana Baru Kutai Lama. Kesepuluh papan yang balik tersebut disebut oleh orang Kutai Balikpapan Tu. Sehingga wilayah sepanjang Teluk Balikpapan, tepatnya di Jenebora disebut Balikpapan.[20] Nama asli Balikpapan adalah Billipapan[21][22] atau Balikkappan[23] (logat Banjar).
  • Suku Paser Balik (suku asli Balikpapan) adalah keturunan kakek dan nenek bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sehingga daerah sepanjang Teluk Balikpapan oleh keturunannya disebut Kuleng-Papan atau artinya Balikpapan (dalam bahasa Paser, Kuleng artinya Balik).
  • Dalam legenda lain juga disebutkan asal usul Balikpapan, yaitu dari seorang putri yang dilepas oleh ayahnya seorang raja yang tidak ingin putrinya tersebut jatuh ke tangan musuh. Sang putri yang masih balita diikat di atas beberapa keping papan dalam keadaan terbaring. Karena terbawa arus dan diterpa gelombang, papan tersebut terbalik. Ketika papan tersebut terdampar di tepi pantai ditemukan oleh seorang nelayan dan begitu dibalik ternyata terdapat seorang putri yang masih dalam keadaan terikat. Konon putri tersebut bernama Putri Petung yang berasal dari Kerajaan Pasir. Sehingga daerah tempat ditemukannya dinamakan Balikpapan.
  • Hari jadi kota Balikpapan adalah tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan hasil Seminar Sejarah Balikpapan pada tanggal 1 Desember 1984. Tanggal 10 Februari 1897 ini adalah tanggal pengeboran minyak pertama di Balikpapan yang dilakukan oleh perusahaan Mathilda sebagai realisasi dari pasal-pasal kerja sama antara J.H. Menten dengan Mr. Adams dari Firma Samuel dan Co.[24]

Kesultanan Kerajaan Kutai

sunting
 
Tentara Sekutu mendarat di Balikpapan, 1 Juli 1945.

Daerah Balikpapan dan Balikpapan Seberang (Penajam) merupakan bagian dari wilayah negara dependen Kesultanan Kutai.[25][26][27] Tahun 1942 Penajam termasuk dalam wilayah Balikpapan.[28] Sejak sekitar tahun 1636, Kalimantan pada umumnya termasuk negara bagian Kutai, negara bagian Paser dan negara bagian Berau diklaim sebagai wilayah mandala negara Kesultanan Banjarmasin.[29] Pada 1 Januari 1817, Sulaiman dari Banjar telah menyerahkan kedaulatannya atas sebagian besar Kalimantan kepada perusahaan VOC, yang kemudian diperbarui lagi pada tanggal 4 Mei 1826 pada masa Sultan Adam. Setelah itu Kalimantan pada umumnya menjadi wilayah negara Hindia Belanda. Tahun 1844, bekas negara bagian Kutai secara resmi mendapat pengakuan sebagai negara dependensi di dalam negara Hindia Belanda. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, Kutai termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[30] Tahun 1855, Kutai merupakan sebagian dari de zuid- en oosterafdeeling van Borneo yang beribu kota di Banjarmasin.[31]

Masa Hindia Belanda

sunting
 
Jalan Minyak pada tahun 1950-an.

Dengan ditemukannya sumber-sumber minyak di daerah Balikpapan dan daerah sekitarnya (Samboja, Sanga-Sanga dan Muara Badak), pemerintah Hindia Belanda akhirnya membeli wilayah ini dari Sultan Kutai Kertanegara serta dibangun untuk mendukung usaha-usaha pertambangan khususnya perminyakan dengan mendirikan kilang minyak, kantor operasi serta perumahan pegawai (sisa-sisa usaha pembangunan Hindia Belanda dapat dilihat dari permukiman para staf Pertamina). Aktivitas perminyakan ini juga membantu perpindahan penduduk terutama para pekerja dari Jawa, serta dari berbagai daerah. Saat itu perusahaan minyak yang dikenal adalah BPM, Shell dan KPM. Wilayah Balikpapan pada tahun 1930 itu meliputi Balikpapan Seberang (Penajam).[32]

Masa Pendudukan Jepang

sunting

Pada masa Perang Dunia II, Jepang mengincar wilayah ini sebagai batu loncatan mengadakan serangan ke Jawa. Pada tanggal 23-25 Januari 1942, armada Jepang di bawah pimpinan Shizuo Sakaguchi merebut Balikpapan dari tangan pasukan Sekutu dan Hindia Belanda.[33][34] Tapi beberapa hari sebelumnya, Belanda telah menghancurkan fasilitas-fasilitas penting, seperti instalasi kilang minyak, infrastruktur, dan pabrik-pabrik kimia. Rangkaian peristiwa ini terangkum dalam Pertempuran Balikpapan (1942).

Pada babak akhir Perang Dunia II, nilai strategis kota Balikpapan juga diperhitungkan tentara Sekutu. Pada tahun 1945 tentara Sekutu di bawah komando Australia merebut kota dari tangan Jepang, dalam operasi dengan nama sandi Obo II, atau lebih dikenal sebagai Pertempuran Balikpapan (1945).[35][36][37][38]

Masa Republik Indonesia

sunting

Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia agak terlambat sampai di kota ini, sekitar tahun 1945-1946 melalui pekerja BPM yang datang dari Jawa dalam rangka rehabilitasi kilang minyak yang hancur akibat perang yang dilanjutkan dengan pernyataan rakyat di Lapangan FONI. Namun karena Belanda berniat menguasai kembali kota ini maka terjadi peperangan yang berlanjut sampai pada pertempuran Sangatta. Pada masa pengakuan kedaulatan tahun 1949, wilayah ini diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat yang berlanjut kepada Republik Indonesia.

Geografi

sunting

Kota Balikpapan memiliki wilayah 85% berbukit-bukit serta 12% berupa daerah datar yang sempit terutama berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai kecil serta pesisir pantai. Dengan kondisi tanah yang bersifat asam (gambut) serta dominan tanah merah yang kurang subur. Sebagaimana layaknya wilayah lain di Indonesia, kota ini juga beriklim tropis. Kota ini berada di pesisir timur Kalimantan yang langsung berbatasan dengan Selat Makassar, memiliki teluk yang dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan laut komersial dan pelabuhan minyak.

Batas wilayah

sunting

Secara geografis, wilayah Kota Balikpapan berada pada 1º–1,5º Lintang Selatan dan 116,5º–117º Bujur Timur.[39] Kota Balikpapan memiliki wilayah seluas 503,3 km2.[40] Batas-batas wilayah Kota Balikpapan sebagai berikut:[41]

Utara Kabupaten Kutai Kartanegara
Timur Selat Makassar
Selatan Selat Makassar
Barat Kabupaten Penajam Paser Utara

Topografi

sunting

Secara umum Kota Balikpapan berada pada ketinggian 0 sampai 100 meter di atas permukaan laut. Klasifikasi terbesar yaitu berada pada ketinggian 20-100 mdpl dengan luas 20.090,57 ha atau 51,66% dari luas wilayah, ketinggian >10-20 mdpl seluas 17.260 ha atau 34,17% dari luas wilayah dan ketinggian 0-10 mdpl seluas 6.980 Ha atau 13% dari luas wilayah. Dari sisi topografis sebagian besar wilayah Kota Balikpapan berada pada kemiringan lereng antara 15-40% yaitu seluas seluas 21.305,57 Ha atau 42,33% dari luas wilayah keseluruhan. Secara morfologis Kota Balikpapan terdiri dari 85% kawasan perbukitan dengan jenis tanah podsolik merah kuning yang memiliki karakter topsoil tipis, struktur tanah mudah tererosi. Sedangkan 15% lainnya merupakan daerah dataran yang terletak di sepanjang pantai timur dan selatan wilayah Kota Balikpapan dengan jenis tanah umumnya adalah alluvial.[42]

Suhu udara di wilayah Kota Balikpapan berada pada 23°–32 °C dengan tingkat kelembapan relatif sebesar ±84%. Wilayah Kota Balikpapan sendiri beriklim tropis dengan tipe (Af). Curah hujan di wilayah Balikpapan cenderung tinggi setiap tahunnya, yaitu berkisar antara 2.300–2.900 mm per tahun dan dengan jumlah hari hujan lebih dari 130 hari hujan per tahun.

Data iklim Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 39
(102)
38
(100)
37
(99)
38
(100)
39
(102)
37
(99)
37
(99)
36
(97)
37
(99)
38
(100)
37
(99)
37
(99)
39
(102)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.9
(85.8)
30.2
(86.4)
31.2
(88.2)
32.1
(89.8)
31.1
(88)
29.9
(85.8)
29
(84)
30.1
(86.2)
31.6
(88.9)
32.2
(90)
31.2
(88.2)
30.9
(87.6)
30.78
(87.41)
Rata-rata harian °C (°F) 26.5
(79.7)
27
(81)
27.6
(81.7)
27.1
(80.8)
26.8
(80.2)
26.5
(79.7)
26.1
(79)
26.6
(79.9)
27.3
(81.1)
27.9
(82.2)
27.1
(80.8)
26.7
(80.1)
26.93
(80.52)
Rata-rata terendah °C (°F) 23.1
(73.6)
23
(73)
23.1
(73.6)
23.4
(74.1)
23.7
(74.7)
23.6
(74.5)
23
(73)
23.4
(74.1)
23.9
(75)
23.7
(74.7)
23.4
(74.1)
23.3
(73.9)
23.38
(74.03)
Rekor terendah °C (°F) 21
(70)
21
(70)
22
(72)
21
(70)
18
(64)
19
(66)
20
(68)
21
(70)
22
(72)
22
(72)
22
(72)
21
(70)
18
(64)
Curah hujan mm (inci) 225
(8.86)
215
(8.46)
252
(9.92)
241
(9.49)
241
(9.49)
233
(9.17)
208
(8.19)
147
(5.79)
139
(5.47)
162
(6.38)
219
(8.62)
258
(10.16)
2.540
(100)
Rata-rata hari hujan 14 12 14 14 14 13 12 8 9 11 13 15 149
% kelembapan 84 84 85 85 85 85 84 84 82 83 84 84 84.1
Rata-rata sinar matahari bulanan 148 159 143 147 164 155 189 218 204 193 167 150 2.037
Sumber #1: Climate-Data.org[43] dan BMKG[44]
Sumber #2: Weatherbase dan WeatherAtlas[45][46]

Ekologi

sunting

Di Hutan Lindung Sungai Wain, yang merupakan daerah resapan air utama dan habitat satwa langka Kalimantan, mulai dirambah masyarakat dengan cara tebang bakar sehingga ketika musim kemarau sebagian kawasan tersebut menjadi tandus dan mengalami kerusakan 40%.[47] Luas area hutan Sungai Wain yang mencapai 10 ribu hektare, perlahan tetapi pasti terus berkurang, hingga menyisakan 9 ribu hektare dengan kondisi hutan yang masih baik hanya 63%.[48] Warga sekitar banyak mencari kayu untuk memasak di hutan tersebut walaupun di sekelilingnya telah dipagari kawat.[48]

Sebelumnya antara tahun 2000 hingga 2001, pembalakan liar terjadi di 10 hingga 15 titik di hutan Sungai Wain,[49] dan pada tahun 2009 hutan ini dilanda kebakaran bersama hutan Sungai Manggar yang membuat 15 hektare kawasan hutan terlalap api.[48] Ancaman penambangan batu bara dari wilayah sekitar yang memberikan izin penambangan seperti Paser dan Kutai Kartanegara turut mengganggu ekosistem perbatasan hutan Sungai Wain.[49]

 
Beruang madu, maskot Balikpapan yang terancam punah.

Hutan kota di Telagasari yang diresmikan tahun 1996 dengan luas 29,4 hektare, kini telah menyusut hingga menjadi 8 hektare saja.[50] Hutan di tengah kota ini telah dikelilingi permukiman penduduk.[50]

Hutan lindung Sungai Manggar juga mengalami kerusakan cukup parah, yakni sekitar 60%.[51] Waduk di hutan ini pun terancam karena lahan-lahan tambang batu bara dan pabrik bata didirikan begitu dekat sehingga terjadi pendangkalan air waduk.[52] Mayoritas dari yang mendirikan tersebut bahkan diketahui merupakan masyarakat pendatang.[52] Selain itu, pembangunan jalan tol Balikpapan–Samarinda yang direncanakan pemerintah Kaltim yang membelah hutan sepanjang 8 kilometer melintasi waduk[53] bisa merusak kualitas sumber air bersih di Balikpapan tersebut.[54]

Kerusakan hutan mengakibatkan Balikpapan mudah terjadi bencana banjir dan longsor setiap dilanda hujan deras.[55] Suplai air bersih juga semakin berkurang[55] karena resapan air kian menyempit,[55] erosi mudah terjadi[54] serta sedimen dari lokasi penambangan yang mengalir ke sungai memperkeruh[56] dan mendangkalkan waduk,[52] ditambah dengan kondisi Balikpapan yang hanya memiliki sedikit sungai[56] dan tanah yang kurang subur.[57]

Populasi maskot Balikpapan, beruang madu semakin sedikit yakni hanya tinggal 50 ekor.[58] Hal ini disebabkan penambangan batu bara yang mempersempit habitat beruang madu, sehingga beruang madu enggan bereproduksi.[59]

Selain beruang madu, satwa Balikpapan lainnya yang dinyatakan terancam punah yaitu bekantan, uwa-uwa Kalimantan, orangutan Kalimantan, trenggiling dan musang air Bennet.[60] Sedangkan satwa di Balikpapan yang telah punah ialah banteng (Bos javanicus).[60]

Kerusakan terumbu karang

sunting
 
Proyek bandar udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman 1996 merupakan salah satu dari 3 penyebab utama kerusakan terumbu karang Balikpapan sebelum 2007.[61]

Tak cukup dengan penggundulan dan pengrusakan hutan maupun bakau yang masif, terumbu karang Balikpapan juga tidak luput dari pengrusakan[62] bahkan kondisinya sangat memprihatinkan[63] dan terancam kepunahan serius.[62] Berdasarkan data pemkot, sebelum tahun 2007 saja tercatat 3 pihak melakukan pengrusakan terumbu karang Balikpapan, yakni proyek jalan Balikpapan-Samarinda tahun 1965, proyek Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman tahun 1996 (pengrusakan karang di Balikpapan Timur) dan para nelayan yang menggunakan bom ikan (potasium).[61]

Pada tahun 2004 di Balikpapan Timur, tercatat tutupan karang biotic hanya berkisar 4.02%-26% saja sementara tutupan karang massive dan encrusting hanya sekitar 4.02%-17.92% saja.[61] Pengamatan juga mengungkap fakta bahwa wilayah tersebut dulunya memiliki tutupan karang yang cukup luas dengan daerah pertumbuhan 2–10 m.[61] Berdasarkan klasifikasi status Wilkinson, terumbu karang Balikpapan Timur berstatus 'Poor' (status terendah).[61]

Teluk Balikpapan

sunting

Sebelum terjadi bencana tumpahan minyak, terumbu karang Teluk Balikpapan yang merupakan terumbu karang terunik di Indonesia, kerusakannya sudah dalam kategori 'Parah'.[62] Saat itu, teluk sudah mengalami sedimentasi tinggi karena menjadi muara sedimen daratan dari 10 buah sungai.[64] Pada tahun 2011, laju sedimentasi Teluk Balikpapan mencapai 7 ton per hektar per tahun, sehingga dasar teluk menjadi lebih dangkal 17 meter hanya dalam kurun waktu 6 tahun saja.[65]

Pembangunan industri (sawit, termasuk Kawasan Industri Kariangau),[64] pemukiman tepi laut yang semakin padat, aktivitas kapal dan transportasi air yang tinggi serta pertambangan batu bara semakin memperparah kerusakan terumbu karang.[63][65] Akibatnya terumbu karang mati lantaran air laut berubah menjadi keruh, berwarna kecoklatan dan tercemar.[63]

Terjadinya bencana besar tumpahan minyak 2018 menjadi kerusakan lingkungan terberat bagi Balikpapan, yang mana sebanyak 4 kawasan terumbu karang seluas 10,4 hektar[66] dipastikan telah rusak.[67] Tragedi tersebut sangat disayangkan, mengingat pemulihan terumbu karang karena bom ikan saja membutuhkan waktu ratusan tahun lamanya.[68] Badan Keamanan Laut menegaskan bila di luar negeri setetes minyak jatuh ke laut sudah merupakan pelanggaran berat, sementara di Indonesia penegakan hukum masih lemah.[68]

Apabila terumbu karang mati, maka berbagai biota laut teluk ikut berkurang karena terumbu karang merupakan rumah, tempat bertelur serta perawatan biota laut,[64] sehingga dapat memicu konflik perikanan antara nelayan Balikpapan dan Penajam Paser Utara.[65] Budi daya rumput laut Penajam Paser Utara juga turut terancam.[65] Gelombang tinggi dengan mudahnya menerjang pesisir sebab terumbu karang berperan membantu bakau dalam meredam ombak.[64]

Pemerintahan

sunting

Wali Kota

sunting
 
Kantor Walikota Balikpapan

Wali kota adalah pemimpin tertinggi di pemerintahan kota Balikpapan. Saat ini, wali kota yang menjabat ialah Rahmad Mas'ud. Ia menang pada pemilihan umum wali kota Balikpapan 2020. Ia berpasangan dengan calon wakil wali kota, Thohari Aziz. Namun, sebelum pelantikan jabatan, Thohari meninggal dunia pada 27 Januari 2021. Rahmad kemudian dilantik menjadi wali kota Balikpapan periode 2021-2024 oleh gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor, pada 31 Mei 2021 di Pendopo Etam Kota Samarinda.[69]

No Foto Wali Kota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Wakil Wali Kota
10   Rahmad Mas'ud 31 Mei 2021 Petahana Kosong

Dewan Perwakilan

sunting
 
Gedung DPRD Kota Balikpapan.

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Balikpapan dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019 2019–2024[70] 2024–2029[71]
PKB 0   1   4
Gerindra 6   6   6
PDI-P 6   8   4
Golkar 12   11   16
NasDem 3   3   7
PKS 4   6   3
Hanura 6   2   2
PBB 1   0   0
Demokrat 4   4   1
Perindo (baru) 1   0
PPP 3   3   2
Jumlah Anggota 45   45   45
Jumlah Partai 9   10   9
Nomor Ketua Wakil Ketua Periode Keterangan
1 Abdulloh Thohari Aziz
Sabarudin Panrecalle
Syarifuddin Odang
2014 – 2019 [72]


Kecamatan

sunting

Kota Balikpapan terdiri dari 6 kecamatan dan 34 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 619.983 jiwa dengan luas wilayah 527,00 km² dan sebaran penduduk 1.176 jiwa/km².[73][74] Perda Balikpapan No. 8 tahun 2012 meresmikan pembentukan kecamatan baru, Balikpapan Kota.

Dalam Perda Balikpapan No. 7 tahun 2012 ditetapkan pemekaran 7 kelurahan baru. Dari 27 kelurahan sebelum pemekaran terdapat 369 RW dan 1.143 RT. Ini berarti bahwa jumlah RW sebelum dan sesudah pemekaran tidak berubah, sedangkan RT mengalami penambahan sebanyak 62 buah sehingga berubah dari jumlah 1.081 menjadi 1.143 RT.

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Balikpapan, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar Kelurahan
64.71.01 Balikpapan Timur 4
64.71.02 Balikpapan Barat 6
64.71.03 Balikpapan Utara 6
64.71.04 Balikpapan Tengah 6
64.71.05 Balikpapan Selatan 7
64.71.06 Balikpapan Kota 5
TOTAL 34

Mendapatkan status kota

sunting
 
Tugu Adipura

Balikpapan adalah berstatus sebagai kota dengan wali kota sebagai kepala daerah dan DPRD sebagai legislatif serta memiliki perlengkapan pemerintahan dan aparatur pemerintah seperti Kepolisian, Kejaksaan Negeri, Rumah Tahanan dan Lembaga Permasyarakatan serta Pengadilan Negeri. Selain itu Balikpapan menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan. Tercatat di antaranya kantor Polda (Kepolisian Daerah) Kalimantan Timur dan Kejaksaan Tinggi berpusat disini. Serta markas besar Angkatan Darat, yakni Komando Daerah Militer (KODAM) VI Mulawarman yang memiliki daerah operasi wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan berpusat di kota ini. KODAM yang memiliki motto "Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing" merupakan satu-satunya KODAM yang berpusat di kota, bukan ibu kota provinsi.

Demografi

sunting
Jumlah Penduduk
Sepanjang Abad 20[75][76]
Tahun Jumlah
Penduduk
1920 11.823
1930 23.411
1961 91.706
1971 137.340
1980 280.675
1990 344.405
2000 406.833
2023 733.396

Penduduk asli Balikpapan adalah suku Balik, kemudian dari etnis pendatang yang sudah lama menetap di Balikpapan yakni berasal dari etnis Banjar, Bugis, Makassar, Jawa, serta pendatang lain yang di antaranya beretnis Manado, Gorontalo, Madura, Sunda, dan lain-lain.

Di awal Juni 2014, jumlah penduduk mencapai 684.339 jiwa dengan jumlah pendatang selama tahun 2012 sebanyak 21.486 jiwa yang merupakan jumlah tertinggi selama tiga tahun terakhir.[77] Jumlah pendatang tersebut mampu melampaui jumlah pendatang yang masuk di Singapura pada tahun yang sama yakni sebanyak 20.693 jiwa.[78] Antara tahun 2003 hingga 2012, jumlah pendatang tercatat 170 ribu jiwa lebih, sebagian besar dari pendatang tersebut memenuhi persyaratan[76] dan menjadi warga tetap, sedangkan sisanya dipulangkan atau pindah sendiri. Peningkatan jumlah penduduk terjadi akibat tingginya arus migrasi pendatang serta pertambahan alamiah (kelahiran),[76] sehingga Balikpapan mulai tahun 2005 hingga saat ini menjadi kota terpadat penduduk di Kaltim.[79][80]

Berdasarkan asalnya, pendatang berasal dari pulau-pulau di sekitar seperti Jawa, Madura dan Sulawesi. Jumlah pendatang paling banyak berasal dari Jawa yakni sebanyak 30%, kemudian diikuti dengan Banjar dan Bugis masing-masing sebanyak 20%, Toraja sebanyak 11%, Madura sebanyak 8%, Buton sebanyak 7% dan Betawi sebanyak 4%. Tingkat pendidikan pendatang didominasi oleh lulusan SLTA sebanyak 36%, diikuti lulusan SD sebanyak 25%, tidak tamat SD sebanyak 23%, lulusan SMP sebanyak 12% dan perguruan tinggi hanya 4%. Alasan pendatang masuk ke Balikpapan beragam, paling banyak karena mencari pekerjaan (48%), kemudian karena pindah kerja (33%) dan karena ikut keluarga atau suami sebanyak 19%. Kesadaran pendatang dalam membuang sampah di Balikpapan bervariasi, ada yang membuangnya tepat di TPS hingga membuang bebas di sungai. Sekitar 50% pendatang membuang sampah di TPS, kemudian sebanyak 35% pendatang pengelolaan sampahnya dipungut oleh petugas, 11% pendatang membakar sampahnya dan sebanyak 4% membuangnya langsung ke sungai.[76]

Dengan pertumbuhan pendatang yang sangat tinggi, pada tahun 2015 jumlah penduduk diprediksi meningkat menjadi 825.275 jiwa yang mengakibatkan 5,15% (42.502 jiwa) penduduk Balikpapan saat itu tidak dapat menikmati air bersih.[76] Jumlah penduduk pada tahun 2033 diprediksi mencapai angka 1.102.366 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.190 jiwa/km2.[81]

Jumlah penduduk miskin cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari BPS Balikpapan, pada tahun 2009 terhitung 18.440 jiwa penduduk Balikpapan merupakan penduduk miskin, kemudian pada tahun 2010 meningkat empat ribu jiwa menjadi 22.850 jiwa dan pada tahun 2011 terjadi penurunan sedikit namun belum juga berkurang dari jumlah tahun 2009 yakni sebanyak 19.820 jiwa.[82]

Suku bangsa

sunting

Suku asli Balikpapan adalah suku Balik yang saat ini telah menjadi minoritas.[83][84] Suku Balik biasanya dianggap sebagai sub-suku Paser karena dianggap serumpun, sehingga terkadang disebut sebagai Paser Balik. Padahal sebenarnya, menurut ketua adat suku Balik, mereka berbeda dengan suku Paser. Seperti yang terjadi di kawasan Kalimantan lainnya, suku Banjar yang datang ke Balikpapan menyerap unsur-unsur suku lokal melalui perkawinan campur dengan suku Balik dan Suku Paser sehingga memunculkan komunitas Banjar-Balik. Secara garis besar, ada lima budaya dasar suku bangsa asal Kalimantan yang disebut Rumpun Kalimantan,[85] empat di antaranya terdapat di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan yaitu: Banjar, Kutai, Dayak, Paser yang biasa disingkat Komunitas BAKUDAPA atau jika ditambah etnis Tidung menjadi BAKUDAPATI (akronim Banjar, Kutai, Dayak, Paser, Tidung) jika dihitung mencapai 31,39% populasi (sensus tahun 2000). Di antara keempat suku asal Kalimantan tersebut, duku Banjar merupakan yang terbanyak sejak masa kolonial.[86]

Dalam sensus tahun 1930 suku Banjar berjumlah 7.389 jiwa (31,56%), suku Kutai/Melayu 52 jiwa, suku Dayak 32 jiwa diantara populasi Balikpapan. Selain empat suku di atas, banyak pula suku-suku asal dari pulau Sulawesi, Jawa, Sumatra, dan pulau lainnya sehingga pada awal pertumbuhan kota Balikpapan setidaknya terbentuk tiga kantung permukiman Banjar, Bugis, dan Jawa.[87] Salah satu pakaian adat di Balikpapan, antara lain Baju Takwo.

Bahasa Daerah

sunting

Bahasa daerah yang sering digunakan adalah:

  1. Bahasa Paser
  2. Bahasa Kutai
  3. Bahasa Banjar
  4. Bahasa Bugis
  5. Bahasa Jawa

Umumnya bahasa yang digunakan pada keseharian warga Balikpapan adalah bahasa Indonesia.

Ekonomi

sunting

Perekonomian kota ini bertumpu pada sektor industri yang didominasi oleh industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Kota ini memiliki bandar udara berskala internasional, yakni Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan serta Pelabuhan Semayang selain pelabuhan minyak yang dimiliki Pertamina.

Di sektor perdagangan, pemerintah kota melindungi pengusaha lokal Balikpapan dengan membentuk peraturan daerah yang tidak lagi menerbitkan izin kepada toko modern seperti minimarket dari luar kota untuk beroperasi di Balikpapan. Selain itu pemerintah kota juga akan mengatur jarak dan jam operasional setiap minimarket sehingga pengusaha lokal dapat bersaing di tengah kompetisi yang semakin ketat.[88]

Pendidikan

sunting
 
Kampus Politeknik Negeri Balikpapan.

Beberapa perguruan tinggi yang ada di Balikpapan yakni Universitas Balikpapan, Politeknik Negeri Balikpapan, Politeknik Borneo Medistra, STT Migas, STIE Madani Balikpapan, STIE Balikpapan (STIEPAN), STMIK Balikpapan, Akademi Sekretari dan Manajemen Indonesia, Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Universitas Tri Dharma, Universitas Mulia, Institut Kristen Borneo, STIT Balikpapan (STITBA), STAI Ibnu Khaldun Balikpapan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur Balikpapan, dan lainnya.

Kesehatan

sunting

Pariwisata

sunting
 
Air mancur di Taman Bekapai.

Kota Balikpapan memiliki daerah wisata yang cukup banyak dan beragam, di antaranya adalah:

  1. Taman Agrowisata, diresmikan tanggal 17 Desember 1997 oleh Bapak Tri Sutrisno, berlokasi di Jalan Soekarno Hatta km 23, dengan luas 100 ha dan memiliki berbagai koleksi tanaman tropis serta dilengkapi dengan tempat piknik terbuka, rumah panjang Dayak, tempat berkemah dan pemandangan alami, dilengkapi play ground, shelter, tempat parkir, mushola dan play group, dapat dikunjungi dengan angkutan kota trayek nomor 8.
  2. Wana Wisata Km 10 adalah taman arboretum yang dibangun oleh PT Inhutani I Unit Balikpapan, dengan berbagai jenis pohon hutan dan buah-buahan langka, sebagai tempat berkemah dan jogging yang sejuk dan alami, dilengkapi gedung pertemuan, pusat informasi, gazebo, play ground dan warung kaki lima, dapat ditempuh dengan angkutan kota trayek nomor 8.
  3. Karang Joang Resort, Golf dan Country Club Balikpapan, yaitu padang Golf Kariangau terletak di Kelurahan Karang Joang, tidak jauh dari sungai Wain, terdapat drive rain, hotel berbintang dengan teras dan pembakaran barbeque, club house dengan kolam renang dan activity room dengan karaoke, meja bilyard, bar dan ruangan dengan acara khusus serta tersedia menu masakan Tionghoa, Eropa dan Indonesia, dapat dipesan pada Resort & Golf Karang Joang, Jalan Soekarno Hatta Km 5,5 Balikpapan.
  4. Jembatan Ulin Kariangau[89] merupakan jembatan ulin terpanjang dengan panjang 800 m dan lebar 2 m, terletak 11 km dari pusat kota Balikpapan, terdapat hutan bakau dengan pemandangan lepas ke teluk Balikpapan dengan aktivitas nelayan dan kapal-kapal yang melintas dari pelabuhan Somber menuju Pelabuhan Penajam.
  5. Pantai Manggar Segarasari merupakan tempat rekreasi pantai terletak 22 km dari pusat Kota Balikpapan tepatnya di kecamatan Balikpapan Timur. Di sana terdapat shelter, banana boat, speed boat, ruang informasi dan warung kaki lima. Pantai ini dapat dicapai dengan angkutan kota trayek nomor 7.
  6. Hutan Lindung Sungai Wain merupakan hutan lindung dengan luas 10.025 ha yang dilalui sungai Wain yang panjangnya 18.300 m dengan airnya yang jernih dengan hutan bakau dan habitat burung, ikan, kepiting dan orang hutan.

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Wali Kota Lantik Penjabat Sekda Kota Balikpapan". web.balikpapan.go.id. Diakses tanggal 2022-06-03. 
  2. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 25 Agustus 2024. 
  3. ^ "Jumlah Penduduk Menurut Agama 2019-2021". www.kaltim.bps.go.id. Diakses tanggal 28 Desember 2023. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Hasil Long Form SP2020 2021-2023". www.kaltim.bps.go.id. Diakses tanggal 8 Januari 2024. 
  5. ^ "APBD 2020 Balikpapan Disahkan Rp. 2,7 Triliun" www.kaltim.tribunnews.com, Diakses 26 Juni 2020
  6. ^ "Kota Balikpapan Dalam Angka 2020" (pdf). www.balikpapankota.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-28. Diakses tanggal 26 Juni 2020. 
  7. ^ "PDRB Kota Balikpapan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-11. Diakses tanggal 2018-02-05. 
  8. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-02. Diakses tanggal 2022-02-03. 
  9. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-28. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  10. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-28. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  11. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-28. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-30. Diakses tanggal 2022-04-30. 
  13. ^ Alexander, Hilda B. Alexander, Hilda B, ed. "Balikpapan, Kota Paling Layak Huni di Indonesia". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-05. Diakses tanggal 2020-06-13. 
  14. ^ Damayanti, Annisa Ulva (2018-03-19). "Ini 7 Kota Layak Huni di Indonesia, Nomor 4 Favorit Para Turis". Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-05. Diakses tanggal 2020-06-13. 
  15. ^ "Tinggalkan Balikpapan, Samarinda Masuk dalam Jajaran Kota Layak Huni di Indonesia". Presisi. 12 June 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 13 June 2023. 
  16. ^ "Samarinda Raih Top Tier City Indonesia". Natmed. 12 June 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 13 June 2023. 
  17. ^ "Lewati Balikpapan, Samarinda Masuk Daftar Kota Paling Layak Huni Golongan Tertinggi di Indonesia". Kaltim Faktual. 13 June 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-13. Diakses tanggal 13 June 2023. 
  18. ^ (Indonesia) Amiruddin Maula, Cerita rakyat dari Kalimantan Timur, Grasindo, 1994, ISBN 979-553-396-7, 9789795533962. Diakses 3 September 2010
  19. ^ "Asal mula nama kota Balikpapan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-26. Diakses tanggal 2012-12-18. 
  20. ^ "Kumpulan Kisah Nyata Hantu di 13 Kota oleh Argo Wikanjati". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 2011-04-09. 
  21. ^ (Belanda)Valentijn, François (1858). François Valentijn's oud en nieuw Oost-Indien, Volume 3. H. C. Susan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 2011-04-09. 
  22. ^ (Italia) Grandi, Vittore S. (1716). Sistema Del Mondo Terraqueo Geograficamente Descritto: Colle Provincie, Siti, e Qualità de' Popoli in esso contenuti Ed epilogato in oltre negl' Indici per Alfabeto disposti alle sue Tavole : Aggiontavi un' Annotazion Cronologica de' Paesi Scoperti sine a questi Ultimi Tempi. Del L'Asia, Africa, E America. Groppo. hlm. 87. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 2011-07-23. 
  23. ^ Verhandelingen, Verhandelingen (1853). Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Jilid 13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 2010-12-09. 
  24. ^ "Balikpapan.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-28. Diakses tanggal 2006-12-30. 
  25. ^ "Peta Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2011-07-23. 
  26. ^ "Peta Administrative divisions in Dutch Borneo, 1902". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2011-07-23. 
  27. ^ "Peta Administrative divisions in Dutch Borneo, 1930". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2011-07-23. 
  28. ^ "Peta Borneo in 1942". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2012-12-18. 
  29. ^ Kartodirdjo, Sartono (1993). Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium. Gramedia. hlm. 121. ISBN 9794031291. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 2011-06-01.  ISBN 978-979-403-129-2
  30. ^ (Belanda) Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië". s.n. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2011-06-01. 
  31. ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 241. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-10. Diakses tanggal 2011-06-01. 
  32. ^ "Administrative subdivisions in Dutch Borneo and Sarawak, 1930". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2011-06-24. 
  33. ^ "Japanese conquest of the Netherlands Indies, 1941-1942". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2011-07-23. 
  34. ^ (Inggris) Gabrielle Kirk McDonald, Olivia Swaak-Goldman, Substantive and procedural aspects of international criminal law: the experience of international and national courts. Documents and cases, Volume 2,Bagian 2, BRILL, 2000, ISBN 90-411-1134-4, 9789041111340. Diakses 3 September 2010
  35. ^ A. B. Feuer, Australian commandos: their secret war against the Japanese in World War II, Stackpole Military history series, Stackpole Books, 2006, ISBN 0-8117-3294-0, 9780811732949. Diakses 3 September 2010
  36. ^ (Inggris) Paul S. Dull, A battle history of the Imperial Japanese Navy, 1941-1945, Naval Institute Press, 2007, ISBN 1-59114-219-9, 9781591142195. Diakses 3 September 2010
  37. ^ "Allied military operations and positions, mid-July 1944 to August 1945". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 2011-07-23. 
  38. ^ "Perlawanan terhadap kolonial Belanda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-15. Diakses tanggal 2011-07-23. 
  39. ^ Subagiyo, L., dkk. (2020). Potensi Kawasan Pesisir Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur (PDF). Malang: Media Nusa Creative. hlm. 23. ISBN 978-602-462-506-1. 
  40. ^ Sosilawati, dkk. (2017). Handayani, A., dan Nababan, M. L., ed. Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Kalimantan (PDF). Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. hlm. 4. 
  41. ^ Endarwati, M. C., dkk. (2016). Kota Balikpapan Menuju Kota Tangguh Bencana dan Berketahanan Perubahan Iklim (PDF). Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional. hlm. 10. ISBN 978-602-74222-4-7. 
  42. ^ "Profil Kota Balikpapan" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-20. Diakses tanggal 2020-09-21. 
  43. ^ "Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 21 September 2020. 
  44. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 82 & 147. Diakses tanggal 21 September 2024. 
  45. ^ "Balikpapan, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 21 September 2020. 
  46. ^ "Climate of Balikpapan, Indonesia". Diakses tanggal 21 September 2020. 
  47. ^ "Penduduk Bertambah, Perambahan Hutan di Balikpapan Marak". Liputan6.com. Jakarta: Liputan6.com. 06 September 2001. Diakses tanggal 16 January 2013.  [pranala nonaktif permanen]
  48. ^ a b c "Ironis, Kawasan HLSW Tersisa 63 Persen, Akibat Penjarahan Warga dan Pihak Tertentu". Sungaiwain.org. 14 January 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-14. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  49. ^ a b "Hutan Lindung Sungai Wain Terus Diintai". Sungaiwain.org. 02 January 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-23. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  50. ^ a b Syarifuddin, Amir (02 August 2010). "Hutan Kota di Balikpapan Menyusut Drastis". Seputar Indonesia. Jakarta: Seputar-indonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  51. ^ "Bappeda Dukung Pengelola DAS Manggar". SmartFM. Balikpapan: Radiosmartfm.com. 01 May 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-10. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  52. ^ a b c "HLSM, Jantung Balikpapan". Sungaiwain.org. 14 June 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-30. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  53. ^ "Rp 4,2 T Masih di Awang-Awang". Kaltim Post. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 22 January 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-22. Diakses tanggal 22 January 2013. 
  54. ^ a b "Jalan Tol Ancam Sumber Air Bersih". Sungaiwain.org. 18 August 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-15. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  55. ^ a b c "Warga Khawatir Kondisi Hutan kota". Balikpapan Post. Balikpapan: Balikpapanpos.co.id. 08 December 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-23. Diakses tanggal 16 January 2013. 
  56. ^ a b "Kaltim Bergantung Air Permukaan". Indonesia Business Links. Jakarta: Ibl.or.id. 21 Oct 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-26. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  57. ^ "Geologi". Balikpapan.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-09. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  58. ^ Daud, Basir (10 February 2011). "Populasi Beruang Madu Tinggal 50 Ekor". Tribunnews.com. Balikpapan: Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-06. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  59. ^ Prasetya, Lukas Adi (23 February 2011). "Tidak Gampang Beruang Madu Bereproduksi". Kompas.com. Jakarta: Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-27. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  60. ^ a b "Beruang Madu Terancam Punah". Sungaiwain.org. 09 April 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-26. Diakses tanggal 17 January 2013. 
  61. ^ a b c d e "Laporan Status Lingkungan Hidup Balikpapan 2007" (PDF). Menlhk.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 21 February 2023. Diakses tanggal 2023-2-21. 
  62. ^ a b c "Terumbu Karang Teluk Balikpapan Rusak Parah". Tribun News. 7 April 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2023. Diakses tanggal 21 February 2023. 
  63. ^ a b c "Banyak Karang Rusak di Balikpapan Ikan Langka Napoleon Dilepas di Daerah Lain". Kompas. 5 October 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2023. Diakses tanggal 21 February 2023. 
  64. ^ a b c d "Yuk, Kita Jaga Kelestarian Terumbu Karang Unik di Teluk Balikpapan". Mongabay. 1 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2015. Diakses tanggal 1 April 2015. 
  65. ^ a b c d "Sebagian Kawasan Teluk Balikpapan Rusak". Antara. 28 December 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2023. Diakses tanggal 21 February 2023. 
  66. ^ "Akibat Minyak, Terumbu Karang di Teluk Balikpapan Rusak". CNN Indonesia. 5 April 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2023. Diakses tanggal 21 February 2023. 
  67. ^ "Ekosistem Balikpapan Berpotensi Rusak, Pertamina Enggan Bicarakan Ganti Rugi". BBC. 6 April 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 April 2018. Diakses tanggal 10 April 2018. 
  68. ^ a b "KKP: Tumpahan Minyak di Balikpapan Bawa Sederet Dampak Buruk". Anadolu Agency. 5 April 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 February 2023. Diakses tanggal 21 February 2023. 
  69. ^ "Rahmad Masud Resmi Dilantik Jadi Walikota 2021-2024". dprd.kaltimprov.go.id. 31 Mei 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-15. Diakses tanggal 15 Agustus 2023. 
  70. ^ Anggota Parlemen Balikpapan 2019-2024
  71. ^ "KPU Tetapkan Perolehan Kursi Parpol Dan Anggota DPRD Balikpapan Periode 2024-2029". Berita Kaltim. 03-05-2024. Diakses tanggal 25-05-2024. 
  72. ^ Antara News [1], diakses 30 Mei 2020.
  73. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  74. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  75. ^ Johanna Gooszen, Abrahamine (1999). "Migratory Movements in Detail". A Demographic History of the Indonesian archipelago, 1880-1942 (dalam bahasa English). Leiden: KITLV Press. hlm. 109. ISBN 90-6718-128-5. 
  76. ^ a b c d e Wita Dahliyani. "Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang Dalam Upaya Perbaikan Lingkungan kota Balikpapan". Ipb.ac.id. Diakses tanggal 11 January 2013. [pranala nonaktif permanen]
  77. ^ Dinas Kependudukan. "Statistik Penduduk". Balikpapan.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-22. Diakses tanggal 21 December 2013. 
  78. ^ Kotwani, Monica (25 February 2013). "More than 20,000 Singapore Citizenship applications approved in 2012". Channel NewsAsia. Singapore: Channelnewsasia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-21. Diakses tanggal 01 March 2013. 
  79. ^ "Population and Employment". Kalimantan Timur in Figures 2012 (dalam bahasa English). Samarinda: Pemprov Kaltim. 2012. hlm. 74. ISSN 0215-2266. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-11. Diakses tanggal 2013-02-08. 
  80. ^ "Population and Labour" (PDF). Kalimantan Timur in Figures 2009 (dalam bahasa English). Samarinda: Pemprov Kaltim. 2010. hlm. 71. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-12-24. Diakses tanggal 2013-02-16. 
  81. ^ "Kependudukan" (PDF). Kota Balikpapan (dalam bahasa Indonesian). Daerah Istimewa Yogyakarta: Housing Resource Center. 2008. hlm. 4.  [pranala nonaktif permanen]
  82. ^ "Penduduk Miskin di Balikpapan Meningkat". Kaltim Post. Balikpapan: Kaltimpost.co.id. 11 January 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 11 January 2013. 
  83. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-30. Diakses tanggal 2014-07-20. 
  84. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-01. Diakses tanggal 2014-07-20. 
  85. ^ (Indonesia) Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 188. ISBN 979-98014-1-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 2011-06-22. ISBN 978-979-98014-1-8
  86. ^ (Volkstelling 1930 V:27)
  87. ^ Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy (dalam bahasa Inggris). Equinox Publishing. hlm. 18. ISBN 6028397210. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-13. Diakses tanggal 2011-06-21.  ISBN 978-602-8397-21-6
  88. ^ "Pemkot Stop Toko Modern Baru". Balikpapan Post. Balikpapan: Balikpapanpos.co.id. 07 January 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-09. Diakses tanggal 07 January 2013. 
  89. ^ BorneoFlash, Ardiansyah (23 Juli 2020). "Matahari Terbenam di Ujung Jembatan Ulin Kariangau". BorneoFlash.com. https://borneoflash.com/. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-27. Diakses tanggal 28 Oktober 2021.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)

Pranala luar

sunting