Subjek (filsafat)
Subjek adalah sesuatu yang memiliki kesadaran subjektif atau memiliki pengalaman personal, atau entitas yang memiliki hubungan dengan entitas lainnya yang berada di luar dirinya (atau objek). "Subjek" adalah seorang pengamat dan "Objek" adalah sesuatu yang diamati. Konsep ini penting khususnya dalam filsafat kontinental; di mana 'Subjek' adalah terma sentral yang diperdebatkan dalam otonomi manusia dalam sifat alamiah diri.[1] Perbedaan antara subjek dan objek dipengaruhi filsafat René Descartes, melalui pembedaan antara aktivitas mental dengan realitas badaniah.[1] Descartes mencetuskan tentang otoritas Subjek sebagai pusat dari ide, gagasan, dan pengetahuan dengan penyataannya yang terkenal cogito ergo sum—saya berpikir karenanya saya ada.[2]
Filsafat |
---|
Cabang |
Tradisi |
Zaman |
Kepustakaan |
Filsuf |
Daftar |
Portal Filsafat |
Subjektivitas dalam filsafat kontinental
suntingPemikiran Marx dan Freud memberikan sebuah titik tolak dalam mempertanyakan gagasan "subjek otonom" dan "kesatuan". Pemikiran ini dilihat sebagai dasar teori liberal atas kontrak sosial pada tradisi filsafat kontinental. Para pemikir ini membuka jalan bagi proses dekonstruksi "Subjek" sebagai konsep inti metafisika. Eksplorasi Freud tentang wilayah tidak-sadar menambahkan sebuah dakwaan tentang gagasan subjektivitas pada Masa Pencerahan. Selain itu, Heidegger menawarkan konsep Dasein dalam menggantikan konsep tradisional tentang subjek pribadi. Konsep fenomenologi Heidegger mencoba melampaui dualitas klasik antara subjek dan objek, karena keduanya dihubungkan dengan hubungan yang tak terpisahkan; di mana tidak ada dunia tanpa subjek, atau subjek tanpa dunia.[3]
Penemuan Subjek akan bahasa menghasilkan berbagai konsekuensi, yaitu konsekuensi masuknya bahasa ke dalam Subjek. Lacan menghubungkan teori bahasanya dengan subjektivitas. Lacan yakin bahwa Subjek manusia tidak mungkin ada tanpa bahasa, tetapi Subjek tidak dapat direduksi menjadi bahasa.[4] Lacan menyatakan bahwa kemampuan berbicaralah yang membedakan Subjek. Aspek inilah yang memisahkan dunia sosial dari dunia alamiah. Tidak ada Subjek yang bebas dari bahasa. Keterhubungan antara Subjek dengan bahasa berarti bahwa Subjek diwakili oleh bahasa, oleh objek-objek khusus yang disebut 'kata-kata' atau penanda-penanda. Bagi Lacan, Subjek menggunakan penanda-penanda dalam berbicara, menulis, bahkan ketika bermimpi. Ketika subjek berbicara, menulis, atau bermimpi, ia mewujudkan diri dengan bahasa.[4]
Catatan
suntingCatatan kaki
sunting- ^ a b Descartes, René. "LIII". The Principles of Philosophy. Diakses tanggal 21 October 2017.
- ^ Yasraf Amir, Piliang. (2012). Semiotika dan Hipersemiotika : Kode, Gaya & Matinya Makna (edisi ke-Edisi 4). Bandung: Pustaka Matahari. ISBN 9786029876215. OCLC 843123925.
- ^ Farina, Gabriella. (2014). "Some reflections on the phenomenological method" (PDF). 7 (2): 50–62.
- ^ a b Kurniasih (2006), "Lacan dan Cermin Hasrat Cala Ibi", dalam Adlin, Alfathri, Menggeledah Hasrat : Sebuah Pendekatan Multi Perspektif, Yogyakarta: Jalasutra, ISBN 979368450X
Pranala luar
suntingSumber pustaka mengenai Subjek (filsafat) |
- Kutipan tentang Subjek (Filsafat) di Wikikutip
- Media tentang Subjek (Filsafat) di Wikimedia Commons
- Karya yang berkaitan dengan Subjek (Filsafat) di Wikisource