Ci Kapundung

sungai di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
(Dialihkan dari Sungai Cikapundung)

Ci Kapundung adalah sungai sepanjang sekitar 28 kilometer di Provinsi Jawa Barat yang membelah Kota Bandung. Sungai ini berhulu di sekitar Gunung Bukit Tunggul atau umumnya dari kawasan Lembang di utara Kota Bandung mengalir menuju selatan bermuara ke Sungai Citarum.[1] Ci Kapundung berasal dari bahasa Sunda yang berarti sungai (ci, cai: air) dan nama sejenis buah-buahan, kapundung atau kepundung (Baccaurea spp.).[2]

Ci Kapundung
PetaKoordinat: 6°59′4″S 107°37′29″E / 6.98444°S 107.62472°E / -6.98444; 107.62472
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiGunung Bukit Tunggul
Muara sungaiSungai Citarum
Panjang28 km
Luas DASDAS: 434,43 km2
Waduk Ci Kapundung pada masa Hindia Belanda

Daerah aliran sungai

sunting

Daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung merupakan sub-DAS dari DAS Citarum seluas sekitar 434,43 km2 meliputi Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung dan Kota Bandung. Sungai ini berhulu di sekitar Gunung Bukit Tunggul dan Gunung Pangparang di Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dan mengalir ke barat. Di wilayah Lembang atau di Curug Omas, sungai ini bertemu dengan Sungai Cigulung yang behulu di Gunung Tangkuban Parahu. Aliran air kemudian berbelok mengalir ke selatan melewati Kota Bandung dan bermuara ke Sungai Citarum. Anak sungainya meliputi:

  • Ci Panjalu
  • Ci Gulung
  • Ci Umbuleuit
  • Ci Paganti
  • Ci Palasari
  • Ci Kapundungkolot

Pemanfaatan

sunting
 
Taman Teras Cikapundung Bandung
 
Permukiman padat di tepian Sungai Cikapundung, Kota Bandung

Pemanfaatan sungai ini utamanya sebagai drainase di Kota Bandung dan objek wisata.[3] Terdapat sejumlah objek wisata di sepanjang aliran sungai ini seperti air terjun Curug Omas, Curug Dago, Kebun Raya, Kebun Binatang, Taman dll. Selain itu juga sebagai penyedia air baku terutama di bagian hulu. Terdapat tiga instalasi penyedia air baku yang menuplai air minum di Kota Bandung hingga 3.700 liter/detik. Sejumlah air terjun yang ada dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air sejak Pemerintah Belanda pada tahun 1923. Ada dua pembangkit yaitu di Bengkok (3 x 1050 KW) dan Dago (1x 700 KW).

Permasalahan

sunting

Sepanjang aliran sungai Cikapundung terutama di bagian hilir meliputi Kota Bandung penuh dengan pemukiman, perdagangan, dan lain-lain yang memanfaatkan fungsi dari sungai tersebut. Terdapat ribuan rumah penduduk di aliran sungai yang membuang limbah mencapai 2,5 juta liter setiap harinya, yang sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga.[4] Banyaknya sampah di sungai ini kerap membuat air meluap ke pemukiman penduduk dan merendam ratusan rumah atau banjir. Dampak dari situasi tersebut sangat serius dan memerlukan tindakan cepat dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Perlu kerjasama antara masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini.

Pranala luar

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Drama and Dilemmas on the Banks of the Cikapundung River". citarum.org. Diakses tanggal 2016-05-17. 
  2. ^ Noormansyah, Irfan. "Batuk Cikapundung ~ ceritamatakata". Diakses tanggal 2016-05-17. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Sabar, Arwin (2006-01-01). "Prospek Kontribusi DAS Cikapundung Memenuhi Laju Permintaan Sumber Air Baku Metropolitan Bandung". Media Komunikasi Teknik Sipil (dalam bahasa Inggris). 14 (2): 169–178. doi:10.12777/mkts.14.2.169-178 (tidak aktif 31 October 2021). ISSN 0854-1809. 
  4. ^ "Indonesia: Clean rivers needed to promote water and food security". World Bank (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2016-05-17.