Asam jawa

jenis tumbuhan
(Dialihkan dari Tamarindus indica)

Asam jawa (Tamarindus indica) adalah sejenis buah yang asam rasanya; sekaligus juga nama pohon penghasilnya yang masih termasuk famili Fabaceae (Leguminosae). Spesies ini adalah satu-satunya anggota genus Tamarindus. Nama lain asam jawa adalah asam (Mly.), asem jawa (Jw.) asem, kamal (Sd.), asam kamal (mhy), accem (Md.), asang jawa, asang jawi (berbagai bahasa di Sulawesi) dan lain-lain.[3] Juga sampalok, kalamagi (Tagalog), magyee (Burma), ma-kham (Thai), khaam (Laos), khoua me (Kamboja), me, trai me (Vietnam), dan tamarind (Ingg.).[4] Buah yang telah tua, sangat masak dan dikeringkan biasa disebut asem kawak.

Asam Jawa
Buah asam jawa di pohonnya
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Subfamili: Detarioideae
Tribus: Amherstieae
Genus: Tamarindus
Spesies:
T. indica
Nama binomial
Tamarindus indica

Asam jawa biasa digunakan sebagai campuran bumbu dalam banyak masakan Indonesia sebagai perasa atau penambah rasa asam dalam makanan, misalnya pada sayur asam[5] atau kadang-kadang pada kuah pempek. Asam juga digunakan untuk campuran jamu tradisional yang dijual oleh penjual jamu keliling (jamu gendong). Asam jawa sebenarnya berasal dari benua Afrika.

Etimologi

sunting

"Asam" adalah nama umum yang dipakai untuk semua bumbu berasa masam pada masakan, termasuk juga asam kandis dan asam gelugur. Nama "asam jawa" dipakai oleh orang Melayu karena dipakai dalam masakan Jawa. Tumbuhan ini sendiri didatangkan oleh orang-orang dari India. Nama Tamarindus dan tamarind diturunkan dari bahasa Arab تمر الهندي tamrul-hindī. Artinya kurang lebih: kurma India.[6][7][8][9] . Asam jawa dikenal dalam istilah lokal yang berbeda-beda, dalam bahasa Sunda disebut kamal, dan dalam bahasa Banda disebut dengan tamalaki.[10]

 
Pohon asam

Pemerian

sunting
 
Buah asam jawa

Pohon asam berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), tinggi sampai 30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna cokelat keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun, melebar dan membulat.[4]

Daun majemuk menyirip genap, panjang 5–13 cm, terletak berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing, merah jambu keputihan. Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang, masing-masing berukuran 0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya miring dan membundar, ujung membundar sampai sedikit berlekuk.[4][11]

Bunga tersusun dalam tandan renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting, sampai 16 cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan daun mahkota 5 buah, berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan urat-urat merah coklat, sampai 1,5 cm.[4]

Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji sampai 10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras berwarna kecokelatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda, menjadi merah kecokelatan sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji cokelat kehitaman, mengilap, dan keras, agak persegi.[4]

Penyebaran dan habitat

sunting
 
Anakan pohon asam

Asam jawa termasuk tumbuhan tropis. Asal-usulnya diperkirakan dari savana Afrika[4] timur di mana jenis liarnya ditemukan, salah satunya di Sudan. Semenjak ribuan tahun, tanaman ini telah menjelajah ke Asia tropis,[4] dan kemudian juga ke Karibia dan Amerika Latin. Di banyak tempat yang bersesuaian, termasuk di Indonesia, tanaman ini sebagian meliar seperti di hutan-hutan luruh daun dan savana.

Pohon asam dapat tumbuh baik hingga ketinggian sekitar 1.000 m (kadang-kadang hingga 1.500 m) dpl, pada tanah berpasir atau tanah liat, khususnya di wilayah yang musim keringnya jelas dan cukup panjang.[4]

Hasil dan kegunaan

sunting
 
Ikan tenggiri masak asam jawa, salah satu masakan khas Jawa yang menggunakan asam jawa sebagai bumbunya

Daging buah asam jawa sangat populer, dan digunakan dalam aneka bahan masakan atau bumbu di berbagai belahan dunia. Buah yang muda sangat masam rasanya, dan biasa digunakan sebagai bumbu sayur asam atau campuran rujak. Air sari asam adalah minuman yang populer dikonsumsi masyarakat, terutama di pulau Jawa. Buah yang telah masak dapat disimpan lama setelah dikupas dan sedikit dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Asam kawak—demikian ia biasa disebut—inilah yang biasa diperdagangkan antar pulau dan antar negara. Selain sebagai bumbu, untuk memberikan rasa asam atau untuk menghilangkan bau amis ikan, asem kawak biasa digunakan sebagai bahan sirup, selai, gula-gula, dan jamu.[4][11] Cara membuatnya adalah menjemur daging buah asam jawa yang sudah dibuang kulitnya yang sudah bulatan-bulatan sekecil telur itik. Lebih jauh lagi, asam kawak ini dapat diolah menjadi madu asam, dengan cara menjemur asam kawak dalam tempat yang tertutup, hingga keluar suatu cairan cokelat kehitaman. Cairan ini—madu asam—digunakan untuk mengobati seriawan.[12]

Thailand juga menghasilkan asam jawa yang manis rasanya.[4] Buah ini populer dan dimakan dalam keadaan segar; karena itu diekspor dalam bentuk polong yang belum dikupas.

Biji asam biasa dimakan setelah direndam dan direbus, atau setelah dipanggang.[11] Selain itu, biji asam juga dijadikan tepung untuk membuat kue atau roti.[4]

Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras, padat, awet dan bertekstur halus, sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan patung.[3][11] Bagi anak-anak di Jawa Tengah, kayu asam merupakan kayu pilihan untuk membuat gasing. Biji asam juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon.

Bahan obat

sunting

Di samping daging buah, banyak bagian pohon asam yang dapat dijadikan bahan obat tradisional. Daun mudanya (Jw. sinom) digunakan dengan kunyit[3] dan bahan ramuan lain untuk membuat jamu jawa tradisional yaitu jamu sinom untuk minuman kesegaran, jamu gepyok diminum untuk melancarkan dan memperbanyak air susu ibu dan juga bisa digunakan sebagai tapal (dioleskan pada atau ditempelkan di permukaan kulit) untuk mengurangi radang dan rasa sakit di persendian, di atas luka atau pada sakit rematik. Daun muda yang direbus untuk mengobati batuk dan demam. Kulit kayunya yang ditumbuk digunakan untuk menyembuhkan luka, borok, bisul dan ruam. Kulit kayu asam juga digunakan sebagai obat kuat.[4] Tepung bijinya untuk mengobati disentri dan diare.[4]

Daun asam jawa bersifat penurun panas, analgesik, dan antiseptik. Kulit kayunya ini bersifat astringen dan tonik. Kemudian, buahnya bersifat pencahar, antipiretik, antiseptik, abortivum, dan meningkatkan nafsu makan. Kandungan polisakarida yang berkhasiat imunomodulator (1) dan L-(-)-di-n-butil malat yang menghambat proliferasi sel embrio babi laut.[12]

Peneduh

sunting

Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh; tanaman asam ini terutama terkenal di sepanjang jalan raya Daendels, dari Anyer hingga Panarukan.

Pelaut-pelaut Bugis pada masa lalu diketahui menanam pohon asam jawa di pantai utara Australia, di Northern Territory di saat mereka beristirahat menunggu datangnya angin untuk kembali ke daerah asal. Pohon-pohon asam jawa ini menjadi petunjuk adanya kontak orang Aborigin setempat dengan orang luar sebelum kedatangan bangsa Eropa.

Manfaat bagi kesehatan

sunting

Asam jawa diyakini mengandung vitamin dan nutrisi, asam jawa oleh karena itu digunakan sebagai obat herbal. Tidak hanya pada buahnya saja, daun dan kulit biji terluar asam jawa juga bisa dimanfaatkan sebagai obat herbal. Berikut ini adalah beberapa manfaat asam jawa untuk kesehatan tubuh:[13]

Mengobati batuk

sunting
 
batuk

Asam jawa dipercaya sangat efektif mengobati sakit batuk. Untuk merasakan manfaatnya, cukup menyiapkan 10 gram daging buah asam jawa. Kemudian diseduh daging asam jawa tersebut dengan segelas air panas lalu diminum bersama gula jawa dan ramuan herbal tersebut diminum satu kali sehari.

Obat bisul

sunting

Daun asam jawa juga bisa menjadi obat herbal bisul. Cara membuat obat herbal ini cukup mudah, yaitu daun asam jawa ditumbuk bersama kunyit secukupnya dan ditumbuk sampai halus lalu tempelkan di bisul. Penggunaan ramuan herbal tersebut secara rutin sampai bisul sembuh.

Mengatasi gangguan pencernaan

sunting

Sakit pencernaan, kulit kayu asam jawa bisa jadi solusinya. Kulit kayu asam jawa cukup diseduh 1-2 gram bubuk kulit kayu manis dengan segelas air panas dan minum obat herbal tersebut secara rutin satu kali sehari.

Mencegah rambut rontok

sunting

Asam jawa dipercaya efektif mencegah dan mengatasi kerontokan pada rambut. Caranya, yaitu campurkan biji asam jawa yang sudah matang dengan sedikit air. Setelah itu dibubuhkan di atas permukaan kulit kepala dan pijat. Kemudian dicuci kulit kepala dengan shampo dan bisa sampai bersih.

Mengobati rematik

sunting

Daun asam jawa bisa mengobati sakit rematik. Cara pembuatannya adalah giling sampai halus daun asam jawa dan kunyit. Kemudian, diseduh bahan tersebut dengan sedikit air panas. Kemudian bubuhkan ramuan herbal tersebut di bagian yang terasa nyeri. Pemberian ramuan herbal tersebut secara rutin sampai rematik sembuh.

Obat sariawan

sunting

Asam jawa memiliki sifat anti bakteri. Ini yang membuat asam jawa dipercaya efektif mengobati sariawan. Caranya adalah campur buah asam jawa dan bubuk kulit asam jawa dengan air lalu aduk sampai rata. Setelah itu digunakan untuk berkumur.

Mengobati sakit panas

sunting

Buah asam jawa dapat digunakan sebagai obat sakit Panas, caranya 2 polong buah asam jawa yang telah masak dan garam secukupnya. Kemudian kedua bahan tersebut diseduh dengan 1 gelas air panas. Saring, kemudian diminum seperti biasa.[14]

Ibu yang sedang hamil sebaiknya tidak mengonsumsi buah asam jawa yang matang karena tidak baik untuk kesehatan.

Kesenian

sunting

Asam jawa sering dijadikan untuk bahan membuat bonsai di Indonesia.[15]

Referensi

sunting
  1. ^ IUCN Detail 62020997
  2. ^ Linne, C. von. 1753. Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, ... 1: 34. Holmiae : Impensis Laurentii Salvii
  3. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 2: 903-7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. (Edisi berbahasa Belanda 1916: 232)
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m Coronel, R.E. 1997. Tamarindus indica L. dalam E.W.M. Verheij dan R.E. Coronel. Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara (PROSEA) 2: 385-388. Gramedia, Jakarta
  5. ^ Anonim. "Asam Jawa, Tumbuhan Multifungsi". satuharapan.com. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  6. ^ Oxford English Dictionary: tamarind
  7. ^ Lexico: tamarind Diarsipkan 2021-10-26 di Wayback Machine.
  8. ^ Etymology OL: tamarind
  9. ^ Merriam-Webster: tamarind
  10. ^ Crawfurd, John (2017). Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi. 1. Diterjemahkan oleh Zara, Muhammad Yuanda. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 312. ISBN 9786022584698. 
  11. ^ a b c d van Steenis, C.G.G.J. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Hal. 227
  12. ^ a b Dalimartha, Setiawan (2006). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 4. hal.9-13. Jakarta:Puspa Swara. ISBN 979-1133-14-X.
  13. ^ Mediatama, Grahanusa (2020-11-23). Sulistiowati, Tri, ed. "Ini manfaat asam jawa untuk kesehatan". Kontan.co.id. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  14. ^ "KHASIAT DAN MANFAAT ASAM JAWA UNTUK KESEHATAN". pemkomedan.go.id. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  15. ^ Maula, Zulfikar Sayf. "Cara Buat Tanaman Hias Bonsai Asam Jawa dari Biji, Pemula Wajib Tahu - Mantra Sukabumi". mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2022-02-07. 

Pranala luar

sunting