Terowongan Ijo

terowongan di Indonesia

Terowongan Ijo (IJ) adalah terowongan kereta api yang berada di sebelah timur Stasiun Ijo sejauh 347 m dan terletak di Bumiagung, Rowokele, Kebumen. Terowongan ini menembus perbukitan kapur Gunung Malang di ujung utara Kawasan Karst Gombong Selatan.

Terowongan Ijo
Terowongan Ijo lama, 2020
Ikhtisar
JalurCilacap–Kroya–Kutoarjo–Purworejo
LokasiBumiagung, Rowokele, Kebumen, Jawa Tengah
Koordinat7°36′52.5″S 109°27′00.4″E / 7.614583°S 109.450111°E / -7.614583; 109.450111
Status
  • Beroperasi (terowongan jalur ganda)
  • Tidak beroperasi (terowongan jalur tunggal)
SistemKereta Api Indonesia
Mulaikm 425+861
Berakhirkm 426+441
Operasi
Mulai dibangun
  • 1885 (lama)
  • 2017 (baru)
Dibuka
  • 1886 (lama)
  • 2020 (baru)
Ditutup2020 (lama)
PemilikDirektorat Jenderal Perkeretaapian
OperatorPT Kereta Api Indonesia
Daerah Operasi V Purwokerto
Lalu lintasKereta api berat
KarakteristikKereta api penumpang dan barang
Teknis
Panjang
  • 580 m (1.900 ft) (lama)
  • 581 m (1.906 ft) (baru)
Jumlah rel
  • Tunggal (lama)
  • Ganda (baru)
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Kelajuan yang diizinkan120 km/jam (terowongan baru)

Terdapat dua terowongan, yaitu terowongan Ijo lama yang berada pada trase jalur tunggal dan terowongan Ijo baru yang berada pada trase jalur ganda. Terowongan Ijo ini yang baru terowongan kereta satu-satunya di indonesia menggunakan teknologi sistem dengan menggunakan sistem slab track alias bantalan beton rel kereta tertanam di cor-an semen beton. Terowongan Ijo dikenal sebagai terowongan dengan lalu lintas yang sangat tinggi dengan padatnya persilangan dan persusulan serta pernah digunakan sebagai lokasi syuting film Kereta Api Terakhir dan Daun di Atas Bantal.[1] Terowongan ini memiliki nomor bangunan hikmat 1649.[1]

Sejarah

sunting

Era jalur tunggal (1887–2020)

sunting
 
Terowongan Ijo lama

Pembangunan rel kereta api lintas selatan Jawa adalah paket pertama pembangunan jalur kereta api yang dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS). Pembangunan jalur ini akan menghubungkan Bogor dengan Yogyakarta. Salah satu paket pembangunan jalur ini adalah jalur kereta api Cilacap–Yogyakarta yang dimulai tahun 1885 dan selesai pada 20 Juli 1887. Mengingat kontur perbukitan kapur di barat Gombong yang menghalangi pembangunan jalur kereta api, maka dibangunlah terowongan yang memiliki panjang 580 meter. Terowongan ini kemudian diberi nama Ijo yang konstruksinya dimulai pada tahun 1885 dan selesai pada tahun 1886 mengikuti angka tahun yang dipampang di atas bibir terowongan.[2][3][4]

Era jalur ganda (2020–sekarang)

sunting

Pembangunan jalur ganda Purwokerto–Kroya–Kutoarjo akan menyambung jalur ganda yang sudah ada sebelumnya, yaitu Cirebon–Purwokerto dan Kutoarjo–Solo Balapan. Pembangunan jalur ganda tersebut memiliki banyak kendala akibat terowongan yang hanya bisa menampung jalur tunggal, sehingga Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) memutuskan untuk membangun terowongan baru. DJKA memutuskan membangun terowongan baru ini dengan menggaet dua kontraktor, Wijaya Karya (Wika) dan Jaya Konstruksi. Pembangunannya dikoordinasi oleh Satuan Kerja Pengembangan Lintas Selatan Jawa seksi 2 (Satker PLS 2) yang dibentuk oleh Balai Teknik Perkeretaapian wilayah Jawa bagian Tengah (sekarang BTP Semarang).[5]

Terowongan Ijo baru ini berada di sebelah utara terowongan lama. Terowongan baru tersebut memiliki panjang 581 m dan diameter 9 m serta mampu menampung dua jalur kereta api sekaligus. Kedua jalur tersebut merupakan slab track, yang mana jalur relnya diikat dengan bantalan beton yang ditanam dalam landasan beton cor tanpa adanya batu balast/kricak sama sekali. Selain itu, dibangun juga Stasiun Ijo baru untuk menggantikan Stasiun Ijo lama. Sejak 21 April 2020, terowongan dan stasiun baru tersebut diaktifkan sebagian dan baru bisa digunakan sepenuhnya sejak 5 Mei 2020 bersamaan dengan diaktifkannya jalur ganda lintas Kroya–Kutoarjo, sedangkan terowongan dan stasiun lama dinonaktifkan dan dijadikan cagar budaya.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Majalah Kereta Api, edisi Maret 2009, 32: 10-11.
  2. ^ Prasetya, S. (2014). "Ijo (IJ): Akses Termudah Nyepot Foto Terowongan". Majalah KA. 96: 19. 
  3. ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997-). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980. 
  4. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  5. ^ "Melihat Proyek Terowongan Jalur Ganda Kereta Lintas Selatan Jawa". Detik. Trans Media. Diakses tanggal 2020-05-31. 
  6. ^ "Terowongan Ijo, Proses Tahap Apa Sajakah yang Sudah Dilaksanakan?". Semarang: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-13. Diakses tanggal 2020-01-26 – via Balai Teknik Perkeretaapian Semarang.