Tokoh sejarah adalah orang yang memiliki peran penting dalam suatu peristiwa di masa lampau, baik itu melalui ide, gagasan, dan tindakan, dalam tingkat lokal maupun nasional, dimana dalam peristiwa yang terjadi memiliki dampak terhadap masyarakat luas, dan perananya berdampak di masanya maupun di masa yang akan datang.[1] Tokoh sejarah memiliki peranan penting, sehingga keberadaan tokoh sejarah bukan suatu legenda melainkan sosok orang yang benar-benar ada di masa lalu. Keberadaan tokoh sejarah berkaitan dengan kelengkapan sumber-sumber yang ada.

Hal yang mendasari dari perbedaan Tokoh Sejarah dengan Tokoh Masyarakat yaitu pada peranan keduanya, jika Tokoh Sejarah memiliki dampak peranan pada masanya maupun pada masa berikutnya, sementara Tokoh Masyarakat dampak dari peranannya di masyarakat hanya ada selama tokoh itu masih berperan atau masih hidup, perananya akan hilang sampai ia tokoh tersebut meninggal dunia.[1]

Cakupan Tokoh Sejarah yaitu biasa dari Elit Politik, Tokoh Pejuang, Tokoh Keadilan, Tokoh Pendidikan, Tokoh Ekonomi, Tokoh Militer, ataupun orang biasa. Yang kesemuanya memiliki peranan tidak hanya secara fisik tetapi juga dalam segala aspek.

Kategori Tokoh Sejarah

sunting

Menurut Salinan Lampiran Permendikbud No 72 Tahun 2016, di sebutkan bahwa seseorang bisa dinyatakan sebagai Tokoh Sejarah jika memiliki kategori yaitu sebagai berikut:

  1. Memiliki peranan penting dalam bentuk ide, gagasan, tindakan, dan karya-karya dalam sebuah peristiwa maupaun beberapa peristiwa penting di masa lampau
  2. Peranan Tokoh berdampak kepada Masyarakat luas baik di lingkup lokal maupaun nasional
  3. Keterangan tentang Tokoh beserta dengan peranannya dapat diketahui dan ditelusuri melalui sumber-sumber tinggalannya.
  4. Gagasan, ide, dan tindakan Tokoh dapat menginspirasi dan memberikan pembelajaran kepada generasi penerus untuk meneruskan perjuangan atau melakukan hal-hal yang positif untuk kemajuan bersama

Metodelogi dalam Penulisan

sunting

Dalam penulisan yang termuat di Tokoh Sejarah, terdapatnya prosedur untuk penulisan dengan menggunakan Metode Penelitian Sejarah. Metode Penelitian Sejarah digunakan untuk menjawab pertanyaan dari enam elemen dasar sejarah yaitu what, where, who, when, why, dan how.[1] Urutan dalam penggunaan metode Penelitian Sejarah yaitu sebelum melakukan langkah-langkah prosedur penelitian sejarah dilakukan pemilihan topik yang akan di bahas, selanjutnya dilakukan empat metode penelitian sejarah antara lain Heuristik (pencarian sumber-sumber sejarah), Kritik (verifikasi sumber-sumber sejarah), Interpretasi yaitu memverifikasi sumber-sumber tadi apakah saling berhubungan dan yang terakhir Historiografi berupa penyajian dari bentuk sebuah kisah sejarah yang ditulis[2]

Dalam penulisan Biografi ada dua macam jenis yaitu Biografi Portrayal (Portrait) dan Scientific (ilmiah), dimana keduanya memiliki masing-masing metodelogi tersendiri. Pada Biografi Scientific, dilakukan dengan menerangkan tokoh menggunakan analisis ilmiah[3] Dalam penulisan Biografi, penulis juga harus menjelaskan hubungan tokoh tersebut dengan kisah sejarah sezamannya. Kisah tersebut memiliki jawaban dari tokoh tersebut mengenai tantangan zamannya. Selain itu penjabaran usaha-usaha dan kegiaran perjuangan yang berhubungan dengan masyarakat atau bangsa perlu dituliskan. Hal ini sebagai landasan narasi dari tokoh sejarah tersebut.[1]

Jenis-jenis Penulisan Tokoh Sejarah

sunting

Biografi

sunting

Dalam kaitanya dengan Tokoh Sejarah, seorang Tokoh Sejarah dapat ditokohkan dengan alat utama berupa Biografi[4] Biografi merupakan catatan tentang hidup seseorang[3][5] Biografi dapat memberikan pemahaman mengenai para pelaku sejarah, zaman dalam latar belakang biografi, serta lingkungan sosial politiknya. Menurut Kuntowijoyo, Biografi harus dibedakan dengan Novel Biografi, karena keduanya memiliki garis pemisah yang berbeda, Biografi adalah Sejarah, dan Novel Biografi adalah Novel sejarah. Sehingga Novel sejarah tidak bisa diganakan dalam sumber sejarah, sebab merupakan hasil sebuah sastra dari karangan atau imajinasi penulis.

Empat hal yang harus ada dalam Biografi yaitu:

  1. Kepribadian Tokohnya
  2. Kekuatan sosial yang mendukung
  3. Melukiskan sezamannya
  4. Keberuntungan dan kesempatan yang datang.[3]

Contoh dari tulisan Biografi yaitu buku karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Sang Pemula. Buku ini menriwayatkan hidup seorang R.M. Tirto Adhi Soerjo.[3] Penulisan Biografi ini ditulis sesuai kaidah Metodologi sejarah dengan menggunakan sumber-sumber sezaman.

Otobiografi

sunting

Otobiografi merupakan biografi yang ditulis diri sendiri. Melalui Otobiografi yang berasal dari tangan pertama tokoh sejarah itu sendiri, akan membuat sejarah menjadi lebih baik. Keunggulan dari adanya Otobiografi yaitu Coherency yang membuat pembaca mengetahui terkait pemahaman diri dari penulis atau Tokoh sejarah tersebut. Selain itu pemahaman dalam sosial budaya pada masa sezamannya. Namun demikian Otobiografi juga bisa disebut sebagai usaha dalam membela diri dari si penulis atau Tokoh Sejarah tersebut.

Contoh Otobiografi yaitu pada buku yang berjudul Nyanyian Sunyi Seorang Bisu, yang menceritakan Pramodya Ananta Toer ketika masih menjadi tahanan politik (tapol) tahun 1965-1979.

Biografi Kolektif

sunting

Biografi Kolektif (Prosopography) merupakan penelitian mengenai sekelompok orang yang mempunyai karakteristik latar belakang yang sama dengan mempelajari kehidupan mereka.[3][6]

Contoh Biografi Kolektif di Indonesia yaitu pada karya James L. Peacock yang berjudul Dahlan and Rasul: Indonesian Muslim Reformers. Berisi mengenai perbandingan antara Muhammadiyah di Yogyakarta dan Muhammadiyah di Minangkabau (Sumatera Barat). Kemudian buku karya Savitri Prastiti Scherer yang berjudul Keselarasan dan Kejanggalan. Berisi mengenai perbedaan pandangan pada tiga tokoh yaitu Tjiptomangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat, dan Soetomo.[3]

Sejarah Kejiwaan

sunting

Sejarah Kejiwaan (Psychohistory) merupakan peleburan dari psikoanalisis dan sejarah. Penggunaan Sejarah kejiwaan belum terlalu berkembang di Indonesia. Secara formal Sejarah Kejiwaan di kenalkan pertama kali pada tahun 1960-an. Sejarah Kejiwaan menurut Kuntowijoyo harus menjelaskan mengenai Pembentukan pribadi tokoh, interaksi dengan lingkungan dan pengembangan jiwanya.

Secara analisis dan kritis dapat diamati lewat beberapa buku-buku yang membahas tokoh sejarah misalnya pada buku Soekarno An Autobiography as Told to Cindy Adams, dapat di buat suatu pertanyaan mengapa Soekarno menjadi seorang revolusioner, jawaban-jawaban itu bisa ditemukan pada buku tersebut. Atau pada tokoh Soeharto, dengan analisis pertanyaan mengapa Seoharto memiliki ambisi dalam kekuasaan, kehormataan dan juga kekayaan. Bisa dicari lewat buku Otobiografinya tulisan dari G. Dwipayana dan ramadhan K. H., yang berjudul Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya. Atau pada buku karya Anhar Gonggong dengan judul Abdul Qahhar Mudzakkar: Dari Pejuang sampai Pemberontakan. Dapat dianalisis dengan pertanyaan mengapa Kahar mempunyai kepribadian yang keras, dan suka memberontak.

Kesemuanya itu dapat dilakukan dengan analisis kejiwaan.[3] Selain tokoh-tokoh di atas, tokoh sejarah lainya seperti R.A Kartini, Rasunah Said, Roehana Koedoes, Daud Beureueh, Kartosuwiryo, Ali Murtopo, Haji Agus Salim, dan semua tokoh sejarah lainnya yang ada.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 72 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penulisan Tokoh Sejarah, hlm 9-11, 16
  2. ^ A, Daliman (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 28–29. 
  3. ^ a b c d e f g Kuntowijoyo (2003). Metodologi Sejarah edisi kedua. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. hlm. 203–217. ISBN 979-9340-47-0. 
  4. ^ Kartodirjo, Sartono (2017). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 86. ISBN 978-602-258-183-3. 
  5. ^ John A., Garraty (1957). The Nature Biography. New York: Alfred A Knopf. hlm. 3. 
  6. ^ Lawrence, Stone (1972). Posopography dalam Felix Gilbert and Stephen Graubard (eds). Historical Studies Today. New York: W. W. Norton & Company. hlm. 107.