Ali Moertopo

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Ali Moertopo, atau sering pula dieja Ali Murtopo (23 September 1924 – 15 Mei 1984), adalah pemikir, tokoh intelijen, dan politikus yang berperan penting terutama pada masa Orde Baru di Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Asisten Pribadi Soeharto, Kepala Operasi Khusus, Menteri Penerangan Indonesia (19781983) serta Deputi Kepala (1969 – 1974) dan Wakil Kepala (1974 – 1978) Badan Koordinasi Intelijen Negara. Orang tuanya berasal dari Kebumen dan Pekalongan yang kemudian sempat berpindah ke Blora, selanjutnya berdagang hingga menetap di sana.

Ali Moertopo
Ali Moertopo di acara penutupan FFI 1982
Menteri Penerangan Indonesia Ke-21
Masa jabatan
29 Maret 1978 – 19 Maret 1983
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Mashuri Saleh
Pengganti
Harmoko
Sebelum
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung
Masa jabatan
1983 – 15 Mei 1984
Menjabat bersama Jailani Naro, Sapardjo, Sunawar Sukowati
Pengganti
Makmun Murod
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1924-09-23)23 September 1924
Cepu, Blora, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal15 Mei 1984(1984-05-15) (umur 59)
Jakarta, Indonesia
Suami/istriWastoeti
AnakHarris Ali Moerfi (l.1959-2010)
Lucky Ali Moerfiqin (l.1963)
Tempat tinggalJalan Raden Saleh, Jakarta Pusat.
AlmamaterPendidikan militer tk. Bintara di Gombong, Kebumen
Tanda tangan
Karier militer
PihakIndonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1945–1978
Pangkat Letnan Jenderal TNI
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan Pribadi

sunting

Ali Moertopo lahir dari pasangan Raden Sutikno Kartoprawiro dan Soekati. Tanggal dan tempat lahir Ali Moertopo sebetulnya bukan 23 September 1924, pada tahun 1964 ketika akan membuat paspor ia memerintahkan anak buahnya Mayor. LB Moerdani untuk membuatkannya. Ali Moertopo tidak tahu persis, LB Moerdani lah kemudian berinisiatif untuk menuliskan tanggal 23 September 1924.[1] Ali Moertopo memiliki julukan akrab sejak kecil yaitu "Mangkyo".

Ali Moertopo sedari muda di kenal sebagai sosok yang gigih, cerdik dan fokus. Hal tersebut membuatnya telat menikah, Ali yang sering mengunjungi kerabatnya di Karanganyar, Kebumen membawanya berkenalan dengan gadis asal Klirong, Kebumen bernama Wastoeti, keduanya menikah pada 25 Mei 1956 dan di karuniai 2 orang anak, yaitu Harris Ali Moerfi (lahir pada 1959 dan meninggal pada 2010), dan Lucky Ali Moerfiqin (lahir pada 1963).[2]

Awal karier

sunting

Ali bergabung dengan BKR setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tahun 1945. Pada dasawarsa 1950-an, Ali Murtopo ditugaskan di Kodam Diponegoro. Pada mulanya, ia adalah bagian dari pasukan Banteng Raider. Pasukan yang berada di bawah komando Ahmad Yani ini, merupakan sebuah pasukan khusus yang berupaya untuk menumpas pemberontakan Darul Islam. Pada tahun 1956, bersama dengan Yoga Soegomo, Ali mendukung Letnan Kolonel Soeharto dalam upayanya untuk menjadi Pangdam Diponegoro. Manuver ini berhasil dan Soeharto sukses mendapatkan jabatan Pangdam Diponegoro dengan pangkat kolonel. Sebagai imbalan atas dukungannya, Ali ditunjuk oleh Soeharto sebagai Asisten Teritorial.

Pada saat itu, Republik Indonesia sedang menghadapi gerakan koreksi daerah melalui PRRI dan banyak pasukan-pasukan ABRI yang dikirim ke Sumatra untuk menanggulangi gerakan ini. Ali dikirim ke Sumatra pada tahun 1959 dan ia menjabat sebagai Kepala Staf Resimen II dengan Yoga Sugama sebagai Komandan Resimennya. Pada tahun yang sama, Soeharto dicopot dari jabatan Pangdam oleh KSAD AH Nasution karena terlibat kasus penyelundupan dan ditugaskan belajar di SSKAD pada tahun 1960. Setelah PRRI dikalahkan, Ali kembali ke Jawa Tengah untuk melanjutkan tugasnya dengan Kodam Diponegoro yang sekarang dipimpin oleh Pranoto Reksosamudro.

Setelah Soeharto menyelesaikan pendidikan di SSKAD, ia ditarik ke Jakarta dan menjabat sebagai Deputi I KSAD (Operasi). Pada saat inilah, Ali bergabung lagi dengan atasannya yang lama itu. Pada waktu yang sama Soeharto juga dipercaya oleh Nasution untuk membentuk CADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat) dan setelah satuan tempur tersebut dibentuk, Soeharto ditunjuk sebagai Panglima CADUAD dengan pangkat Brigadir Jenderal. Sekali lagi, Ali menjadi bawahan Soeharto dengan jabatan sebagai Asisten Kepala Staf CADUAD .

Orde Baru

sunting

Ali berperan besar dalam melakukan modernisasi intelejen Indonesia. Ia terlibat dalam operasi-operasi intelejen dengan nama Operasi Khusus (Opsus) yang terutama ditujukan untuk memberangus lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto.

Pada tahun 1968, Ali menggagas peleburan partai-partai politik, yang saat itu sangat banyak jumlahnya, menjadi beberapa partai saja agar lebih mudah dikendalikan. Hal ini kemudian terwujud pada tahun 1973 sewaktu semua partai melebur menjadi tiga partai: Golkar, PPP (penggabungan partai-partai berbasis Islam), dan PDI (penggabungan partai-partai berbasis nasionalis).

Pada tahun 1971, bersama Soedjono Hoemardani, asisten pribadi Soeharto, ia merintis pendirian CSIS (Centre for Strategic and International Studies) yang merupakan lembaga penelitian kebijakan pemerintahan. Pada tahun 1972, ia menerbitkan tulisan Dasar-dasar Pemikiran tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun yang selanjutnya diterima MPR sebagai strategi pembangunan jangka panjang (PJP).

Penghargaan

sunting

Selama hidupnya, beliau telah menerima berbagai tanda kehormatan baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[3]

   
     
     
     
     
     
     
     
Baris ke-1 Bintang Mahaputera Adipradana (17 Agustus 1982)[4] Bintang Mahaputera Utama
Baris ke-2 Bintang Gerilya Bintang Dharma Bintang Jalasena Utama
Baris ke-3 Bintang Kartika Eka Paksi Pratama Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
Baris ke-4 Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun Satyalancana Kesetiaan 8 Tahun
Baris ke-5 Satyalancana Perang Kemerdekaan I Satyalancana Perang Kemerdekaan II Satyalancana G.O.M VI
Baris ke-6 Satyalancana Sapta Marga Satyalancana Satya Dharma Satyalancana Wira Dharma
Baris ke-7 Satyalancana Penegak Satyalancana Perpera (1977)[5] Order of National Security Merit - 2nd Class (Gukseon Medal) - Korea Selatan
Baris ke-7 Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) - Malaysia Panglima Gemilang Bintang Kenyalang (P.G.B.K.) - Sarawak Order of the Sacred Treasure 1st Class - Jepang (1984)[6]

Rujukan

sunting
  • Floriberta Aning S., 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia (2005)

Pranala luar

sunting
  1. ^ "Cara Ali Membesarkan Benny". Tempo.co. datatempo.co. 2013. Diakses tanggal 2022-09-25. 
  2. ^ "Kisah Cinta dan Perkelahian anak". Tempo.co. datatempo.co. 2013. Diakses tanggal 2022-09-25. 
  3. ^ Lembaga Pemilihan Umum 1983, hlm. 480.
  4. ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 4 Oktober 2021. 
  5. ^ Departemen Dalam Negeri, Indonesia (1976). Mimbar. Indonesia: Departemen Dalam Negeri. hlm. 29. 
  6. ^ Administrator (1984-12-22). "Menerima penghargaan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-05-30. 
Jabatan politik
Didahului oleh:
Mashuri
Menteri Penerangan
1978–1983
Diteruskan oleh:
Harmoko