Wayang gedog
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Wayang Gedhog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat Panji. Dalam literatur Kitab Asalipun Kawruh Ringgit, disebut bahwa Wayang Gedhog menjadi medium utama Para Wali dalam memperkenalkan Islam pada masyarakat. Secara empiris dan ilmiah, Wali Songo menjadi figur-figur yang pertamakali menyusun Wayang Gedog.
Dalam kitab Asalipun Kawruh Ringgit, disebut secara jelas bahwa pada 1485 Saka (1563 M), Sunan Giri menciptakan Wayang Gedhog, dengan bentuk wujud menyerupai Wayang Purwa. Kemudian pada tahun 1486 Saka (1564 M), Sunan Bonang juga menciptakan Wayang Beber Gedhog, untuk memodifikasi wayang Beber Purwa. Tabuhannya rebab, kendhang, trebang, angklung, kenong, serta keprak.
Wayang Gedhog mengalami berbagai perubahan di tiap zaman. Dari zaman Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, Kesultanan Mataram Islam, hingga era Perang Jawa, Wayang Gedhog selalu identik dengan dakwah islam.
Dalam pementasannya, Wayang Gedhog memakai gamelan berlaras pelog dan memakai punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua, Ronggotono dan Ronggotani untuk Klana, dan Sebul-Palet untuk Panji muda.Seringkali dalam wayang gedog muncul figur wayang yang aneh, seperti gunungan sekaten, siter (kecapi), payung yang terkembang, perahu, dan lain-lain.
Di Surakarta, ada beberapa dalang yang bisa mementaskan wayang gedhog, yaitu Ki Subantar (SMKI/ Konservatori), Ki Dr. Bambang Suwarno, S.Kar., M.Hum, (STSI) ditambah dalang generasi muda diantaranya Ki Rudy Wiratama S.I.P., M.A., Ki Suluh Juniarsah, S.Sn M.A. , dan Ki M.Ng Eko Prasetyo S.Sn.,M.Sn. Selain bisa mementaskan wayang gedog mereka juga menjadi penyorek (desainer) wayang gedog.
Wayang Gedhog adalah wayang kulit yang menceritakan kisah sejak Sri Gatayu, Putera Prabu Jayalengkara sampai masa Prabu Kuda Laleyan. Sebutan Wayang Gedog diperkirakan berasal dari pertunjukan Wayang Gedog yang mula mula tanpa iringan kecrek (besi), sehingga bunyi suara keprak "dog" sangat dominan. Beberapa sumber ada yang mengatakan Wayang Gedhog bersumber dari kata kedok atau topeng, versi lain ada yang mengatakan Gedhog mengambil kata suara hentakan kaki kuda.
Cerita dalam Wayang Gedhog
suntingCerita/Lakon Wayang Gedhog bersumber pada cerita Panji yang muncul pada zaman Kediri dan Majapahit. Istilah Panji sebagai gelar ksatria dan raja muncul pada zaman pemerintahan Jayabaya di Kediri pada abad XI. Pada masa itu Jayabaya bergelar Sang Mapanji Jayabaya yang memerintah pada tahun 1135-1157. Selain gelar panji, muncul juga gelar dengan mengambil nama-nama binatang perkasa sebagai penghormatan.
Varian lakon Panji di Indonesia, baik nama pelaku maupun peristiwa, misalnya nama kekasih yang pertama Panji adalah Martalangu dalam Panji Semirang dan Sri dalam Jayakusuma, atau peristiwa kekasis pertama Panji dibunuh oleh ibu Panji dalam Panji Semirang, oleh algojo dalam Ken Tambuhan, dan bunuh diri dalam Angran-Akung, disebabkan peryebaran lakon Panji ke berbagai tempat di luar pulau Jawa, atau balikan di Jawa sendiri, lebih banyak bersifat lisan.
Dalam De Pandji Roman, Rassers menguraikan panjang lebar asal-usul lakon Panji dengan mengaitkan dengan mitos bulan dan matahari. Mitos ini tidak terlalu terkenal, karena fokus spiritual agraris lebih besar pada mitos kesuburan.
Mitos bulan dan matahari itu membayangkan susunan struktur masyarakat zaman purba. Pada masa itu masyarakat Jawa terbagai menjadi dua golongan dan yang diceritakan dalam lakonPanji tidak lain dari pada kehidupan dan prilaku nenek moyang kedua golongan itu.
Sementara, Breg berpendapat lakon Panji terjadi di sekitar tahun 1277, masa Pamelayu sampai kira-kira tahun 1400, yaitu abad ke-13 di Jawa Timur; sedangkan persebaran lakon Panji adalah zaman keemasan Majapahit, sebagai akibat dari politik ekspansi Jawa.
Berdasarkan garis besar lakon seperti sudah dikemukakan di atas, sementara itu, Ras berpendapat lakon Panji adalah suatu lakon perkawinan. Itulah sebabnya mengapa dalam banyak lakonPanji, misalnya Hikayat Cekel Wasningpati, penggambaran Raden Inu dan Candrakirana selalu dipentaskan ketika upacara perkawinan.
Raden Inu dan Candrakirana berlangsung. Dengan menganggap putra Kahuripan sebagai titisan Wisnu, putra Daha sebagai Dwi Sri, lakonini menjadi lambing alegoris penyatuan dan perkawinan Wisnu dengan Dewi Sri.
Ras mencermati lakon Panji berperanan sosial dalam masyarakat etnik di Indonesia. Lakon Panji dipertunjukkan pada upacara perkawinan raja dari abad ke-12 hingga abad ke-14. oleh karena lakon Panji bervariasi, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Dikarenakan Ras yang menjelaskan, putra dan putri Jawa selalu dikirim ke luar negeri untuk menikah dengan keluarga raja yang bersahabat dengan raja-raja di Jawa.
Dalam rombongan seni pertunjukan yang dikirim ke luar negeri (daerah) dapat pastikan ada seorang dalang dan alat perlengkapannya untuk pertunjukan wayang gedhog. Lakon Panji dalam berbagai bentuk disalin ke dalam berbagai bahasa, misalnya bahsa Melayu, atau Bali.
lakon Panji selalu menyebut adanya perkawinan putri negeri Daha, dengan calon suaminya dari Kahuripan. Oleh karena itu, Daha dan kahuripan selalu dipakai sebagai nama tempat yang ada di daerah Kalimantan, Bali, Lombok, atau di Sumatra. Hal ini tentunya ada persebaran lakon Panji di Nusantara. Beberapa judul cerita dalam wayang Gedhog antara lain:
- Cerita Raja Keling membuat sayembara tunggulwulung
- Cerita Candralata (Candrakirana)
- Cerita Ngreni (yaitu wafatnya Dewi Angreni)
- Cerita Panji Gandrung
- Cerita Raja Bali mendirikan sayembara
- Cerita Sinjanglaga menikah
- Cerita Mangunarsa
- Cerita Angroningkung
- Cerita Panji Nuba
- Cerita Jayaasmara di Bali
- Cerita Kanastren
- Cerita Nungsatembini
- Cerita Banyakwulan menikah
- Cerita Kuda Narawangsa
- Cerita Kumudalaras
- Cerita Pudaksategal, Nungsabarong
- Cerita Mayatmiring
- Cerita Panji Mengabdi
- Cerita Jaka Blaru
- Cerita Jaka Sidik
- Cerita Priyambada
- Cerita Merganggong
- Cerita Segaluh
- Cerita Dalang Grenteng
- Cerita Bancak menjadi raja
- Cerita Pulau Kancana
- Cerita Kota Dadapan
- Cerita Kirana sakit
- Cerita Jaka Wilangun
- Cerita Suksmalengkara
- Cerita Parangkancana I
- Cerita Parangkancana II
- Cerita Parangkancana Ngambarkancana
- Cerita Kuda Semilir
- Cerita Jaka Bluwo
- Cerita Panji Kembar
- Cerita Semar mengamen wayang
- Cerita Wasi Jayengresmi
- Cerita Atmasuteja
- Cerita Kilatawarna
- Cerita Sindukayangan
- Cerita Danakusuma
- Cerita Pariatmaja
- Cerita Kota Dadapan
- Cerita Murdeya hilang
- Cerita Panji Lamongan
- Cerita Panji Laras
- Cerita Bayubajra
- Cerita Pardengkara dengan Sudalamong.
- Cerita Panji Among Subrangta
- Cerita Jatipitutur(AP061224)
Tokoh dalam Cerita Wayang Gedhog
suntingNegara Kediri seperti contoh ini:
- Prabu Lembu Amijaya
- Patih Jayabadra
- Tumenggung Harya pati
- Raden Panambang
- Panji Kertasari
- Panji Kuda laleyan
- Panji Kuda Sinumpit
- Raden Sinom Pradapa
- Raden Sangga Pati
- Raden Sangga Wilangga
- Raden Sangga Miguna
- Dewi Kilisuci
- Dewi Liku Raja
- Dewi Sekartaji
- Dewi Sanggalangit
- Dewi tami Hoyi
Beberapa nama peraganya adalah:
- Panji Asmarabangun
- Panji Sinompradapa
- Panji Brajanata
- Panji Kartala
- Panji Handaga
- Panji Kalang
- klanasewandana
- Klana Jayapuspita
- Lembu Amiluhur
- Lembuamijaya
- Sekartaji
- Ragilkuning
- Gunungsari
- Wirun
- Kilisuci
- Resi Gatayu
- Bremanakanda
- Srengginimpuna
- Jayalengkara
- Panji Kudalaleyan
- Sri Makurung
- Kebo Kenanga
- Jaka Sumilir
- jatipitutur
- Pituturjati
- Ujungkelang
- tumenggung Pakencanan
- Kudanawarsa
- Jaksa Negara
- Jaya Kacemba
- Jaya Badra
- Jaya Singa
- Danureja
- Sindureja
- Klana Maesajlamprang
- Klana Setubanda
- Sarag
- Sinjanglaga
- Retna Cindaga
- Surya Wisesa