Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)/Arsip/2018/11
persilangan kuda dan keledai
suntingAda yang tau apa nama persilangan kuda betina dan keledai jantan? Kalau menurut wikipedia sekarang, bagal adalah persilangan kuda betina x keledai jantan, dan nagil adalah persilangan kuda jantan dan keledai betina. Referensinya adalah referensi bahasa Inggris semua jadi tidak jelas dari mana terjemahan itu berasal. Sedangkan menurut KBBI bagal adalah "turunan kuda jantan dengan keledai betina" (kebalikan definisi wikipedia sekarang) sedangkan nagil tidak ditemukan. Jadinya saya bingung, persilangan kuda betina dan keledai jantan itu namanya apa? Sepertinya sifat turunan kuda jantan x keledai betina lumayan berbeda dengan keledai jantan x kuda betina sehingga namanya berbeda. Misal di bhs Inggris ada istilah en:mule dan en:hinny. HaEr48 (bicara) 14 November 2018 04.30 (UTC)
@HaEr48: kalau menurut kamus Indonesia-Inggris klasik (John M. Echols & Hassan Shadily), bagal = mule. Kamus Alan W Stevens juga menyatakan hal yang sama. Kalau soal hinny tidak ada keterangannya. Tapi aneh juga ya, definisi di WPID malah kebalikan yang di EN. Mungkin harus tanya kepada Wie146 yang ahli soal hewan-hewanan. Mimihitam 14 November 2018 08.44 (UTC)
- Kedua-dua kata yang digunakan WBI (bagal dan nagil) etimologinya dari bahasa Arab. Aku cek wikidata, wikidata:Q41692 ("mule" alias kuda betina x keledai jantan) bahasa arabnya adalah بغل (baghal), sedangkan wikidata:Q217584 ("hinny" alias kuda jantan x keledai betina) Arabnya adalah نغل (naghil). Jadi sepertinya Wikidata, Wikipedia saat ini, serta kamus Echols & Shadili dan kamus Stevens semuanya sepakat kalau bagal = mule = kuda betina x keledai jantan. Yang terbalik sendiri hanya KBBI. Untuk saat ini kuasumsikan ada kesalahan di KBBI dan sumber-sumber lainnya yang benar. HaEr48 (bicara) 19 November 2018 06.51 (UTC)
KBBI memang kadang suka salah juga, berarti sudah benar ya, akan saya tambahkan di daftar glosarium di Wikipedia:Panduan dalam menerjemahkan artikel Mimihitam 20 November 2018 08.36 (UTC)
Masjid Al-Aqsha
suntingSelain dari ejaannya yang salah (seharusnya "Al-Aqsa"), mengapa artikel Masjid Al-Aqsha menjadi padanan bagi en:Temple Mount? Penjelasan yang dimuat di artikel Al-Jami' al-Aqsha beserta referensi yang dirujuk menyebutkan bahwa nama Masjid Al-Aqsa digunakan sebelum zaman Utsmaniyah untuk menyebut "... the whole sanctuary". Saya tidak mengerti yang dimaksud sanctuary dalam sumber ini apa karena view Google Books terbatas. Kompleks Temple Mount sendiri kini tidak hanya digunakan sebagai masjid dan penggunaan nama Masjid Al-Aqsa untuk menyebut seluruh kompleks Temple Mount (jika kita asumsikan the whole sanctuary yang disebut dalam sumber memiliki makna itu) sudah tidak digunakan pada zaman Utsmaniyah dan diganti menjadi Al-Haram Asy-Syarif. Apa dasar penggunaan nama Masjid Al-Aqsa? RXerself (bicara) 16 November 2018 11.39 (UTC)
- @RXerself: Mengenai ejaan, di Wikipedia Indonesia menurutku memang standar transliterasi Arab ke Latin kurang jelas. Kita punya Wikipedia:Pedoman alih aksara Arab ke Latin. Di situ menyebutkan beberapa metode, tapi enggak jelas yang mana yang harus diikuti. Kalau menurut "alih aksara kritis" atau "alih aksara diplomatis" ص itu menjadi "sh" (jadi semestinya "Al-Aqsha") tapi kalau menurut kaidah "penyerapan" ص menjadi s (jadi "Al-Aqsa"). Pedoman kita menjelaskan ketiga kaidah tersebut, tapi enggak menjelaskan kapan harus pakai alih aksara dan kapan pakai penyerapan. Jadi kadang ketika nulis dan harus milih, aku bingung juga. Mungkin kita harus perjelas lagi halaman Wikipedia:Pedoman alih aksara Arab ke Latin. Kalau mengenai padanan, aku no comment dulu karena belum mengerti yang mana yang benar. HaEr48 (bicara) 16 November 2018 23.15 (UTC)
- Saya tidak tahu "alih aksara kritis" itu sumbernya dari mana. Tapi yang saya tahu adalah dari pedoman pemerintah ini, ص seharusnya ditulis sebagai ⟨ṣ⟩. Sriyanto (2014) menjelaskan kalau kata dari b. Arab sudah diserap jadi b. Indonesia, dapat ditulis biasa spt salat, musibah tapi jika masih bahasa Arab ditulis berdasarkan Pedoman itu. Tapi ia menyebutkan dua contoh, yang lengkap pakai segala diakritik dan yang tanpa diakritik: assālamu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh (hlm. 15) dan Assalamu ‘alaikum warrahmatullahi wabarakatuh (hlm. 102). Terserah kita mau pakai yang mana, tapi yang jelas bukan ⟨sh⟩. – komentar tanpa tanda tangan oleh RXerself (b • k).
- Kalau ucapan assalamualaikum kan memang huruf س , dan pakai metode apapun semua sepakat kalau س alihaksaranya menjadi "s". Aku juga enggak tau sumber alih aksara kritis itu, tapi memang sering dipakai (misal [1] atau [2]). Setiap metode memang ada keuntungan dan kekurangannya. Kalau pakai ṣ, masalahnya orang jadi susah menulis ini di keyboardnya. Kalau pakai s, kekurangannya ambigu apakah س atau ص, karena س biasanya konsisten pakai 's'. Di Wikipedia juga masih banyak yang pakai sh, misalnya Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan di luar Wikipedia pun sering/biasanya ditulis begitu. Kalau kita mau konsistenkan pakai ṣ, atau s, mungkin perlu dibicarakan dulu apa konsensusnya. HaEr48 (bicara) 17 November 2018 05.20 (UTC)
- Ijin ngetag beberapa orang @Hanamanteo, Rachmat04, AMA Ptk, Nasrie, dan IvanLanin:, minta pendapat. Siapa lagi yang banyak mengedit artikel terkait Arab atau Islam? HaEr48 (bicara) 17 November 2018 05.24 (UTC)
- Yang saya sorot bukan huruf س tapi vokal panjang pada kata salām (di sumber letak vokal panjang ditulis salah, saya salin sic), rahmatullāhi, dan barakātuh yang ditulis dengan dan tanpa diaktritik dalam Sriyanto (2014). Kalau sumbernya tidak diketahui berarti tidak ada dasarnya jadi jangan dipakai. Sumber ini sepertinya salah karena sepengalaman saya baca soal transliterasi (yang seharusnya tersedia di halaman depan Al-Quran di pasaran) saya tidak pernah menemukan yang seperti itu (س ditulis ⟨sh⟩ dsb.) Kalau masalah orang jadi susah nulis di keyboard ya itu konsekuensi jika ingin memuat artikel dengan nama yang pakai diakritik (São Tomé dan Príncipe bukan Sao Tome dan Principe). Kalau ambigu bisa dijelaskan dengan {{lang-ar}} di awal artikel dengan pranala ke konsensus Wikipedia. Terserah kita mau buat standar bagaimana.RXerself (bicara) 17 November 2018 08.27 (UTC)
- Sumber yang ini gak bilang س jadi "sh" kok. س jadi "s" sedangkan ص jadi "sh". Kalau Al-Quran pasaran rasanya juga baik ص menjadi "s" ada, yang jadi "sh" juga ada. Misalnya, terjemahan Quran yang ini memakai "sh" untuk ص (lihat pedoman transliterasi halaman 145), dan nama-nama surat di Quran itupun ditulis seperti "Al-Qashash" (Kalau wikipedia Surah Al-Qasas), dan sebagainya. HaEr48 (bicara) 20 November 2018 00.44 (UTC)
- Di balasan sebelumnya saya salah ketik. Maksud saya ص bukan س. Sumber ini tidak menggunakan panduan transliterasi SKB 1987. RXerself (bicara) 20 November 2018 11.22 (UTC)
- Sumber yang ini gak bilang س jadi "sh" kok. س jadi "s" sedangkan ص jadi "sh". Kalau Al-Quran pasaran rasanya juga baik ص menjadi "s" ada, yang jadi "sh" juga ada. Misalnya, terjemahan Quran yang ini memakai "sh" untuk ص (lihat pedoman transliterasi halaman 145), dan nama-nama surat di Quran itupun ditulis seperti "Al-Qashash" (Kalau wikipedia Surah Al-Qasas), dan sebagainya. HaEr48 (bicara) 20 November 2018 00.44 (UTC)
- Yang saya sorot bukan huruf س tapi vokal panjang pada kata salām (di sumber letak vokal panjang ditulis salah, saya salin sic), rahmatullāhi, dan barakātuh yang ditulis dengan dan tanpa diaktritik dalam Sriyanto (2014). Kalau sumbernya tidak diketahui berarti tidak ada dasarnya jadi jangan dipakai. Sumber ini sepertinya salah karena sepengalaman saya baca soal transliterasi (yang seharusnya tersedia di halaman depan Al-Quran di pasaran) saya tidak pernah menemukan yang seperti itu (س ditulis ⟨sh⟩ dsb.) Kalau masalah orang jadi susah nulis di keyboard ya itu konsekuensi jika ingin memuat artikel dengan nama yang pakai diakritik (São Tomé dan Príncipe bukan Sao Tome dan Principe). Kalau ambigu bisa dijelaskan dengan {{lang-ar}} di awal artikel dengan pranala ke konsensus Wikipedia. Terserah kita mau buat standar bagaimana.RXerself (bicara) 17 November 2018 08.27 (UTC)
- Saya tidak tahu "alih aksara kritis" itu sumbernya dari mana. Tapi yang saya tahu adalah dari pedoman pemerintah ini, ص seharusnya ditulis sebagai ⟨ṣ⟩. Sriyanto (2014) menjelaskan kalau kata dari b. Arab sudah diserap jadi b. Indonesia, dapat ditulis biasa spt salat, musibah tapi jika masih bahasa Arab ditulis berdasarkan Pedoman itu. Tapi ia menyebutkan dua contoh, yang lengkap pakai segala diakritik dan yang tanpa diakritik: assālamu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh (hlm. 15) dan Assalamu ‘alaikum warrahmatullahi wabarakatuh (hlm. 102). Terserah kita mau pakai yang mana, tapi yang jelas bukan ⟨sh⟩. – komentar tanpa tanda tangan oleh RXerself (b • k).
Shrine
suntingAda yang punya ide istilah shrine paling pas diterjemahkan jadi apa? Menurut Glosarium dari Pusat Bahasa, ada dua kemungkinan
- Tempat pemujaan
- Kuil
Kalau kuil rasanya di sini sudah jadi padanan untuk kata temple, jadi mungkin yang paling pas adalah "tempat pemujaan" (dan ini yang saya pakai untuk menerjemahkan kata-kata seperti household shrine --> tempat pemujaan rumahan). Tapi sekarang istilah yang dipakai di WBI adalah tempat ziarah. Kira-kira yang paling pas yang mana ya?
Memanggil mas @Japra Jayapati. Mimihitam 24 November 2018 04.41 (UTC)
- Saya lebih suka menerjemahkan judul artikel shrine dengan istilah umum "tempat suci". Dalam artikel lain, tergantung konteksnya, dapat pula diterjemahkan dengan istilah-istilah khusus seperti tempat keramat, sanggar pemujaan, tempat ziarah, maqam, meja sembahyang, dsb. تابيق ~ Japra (obrol) 24 November 2018 05.57 (UTC)
Saya setuju. Sejauh ini dalam konteks piramida di peradaban Maya dan Aztek, shrine di puncaknya saya terjemahkan jadi "tempat pemujaan". Di artikel Isis juga ada yang saya jadikan "tempat pemujaan rumahan" karena konteksnya adalah worship. Kalau begitu saya pindahkan saja ya judul artikelnya jadi "tempat suci"? Meminta pendapat juga dari yang memberikan padanan "tempat ziarah": @Ign christian. Mimihitam 24 November 2018 11.55 (UTC)
Kata temple juga sebenarnya ada banyak kemungkinan:
- Kuil (padanan umum)
- Candi (khusus buat temple di Indonesia atau temple yang terbuat dari batu)
- Kelenteng (khusus buat temple dari kebudayaan Tionghoa)
Kalo shrine biasanya saya terjemahkan jadi "biara", tapi seringnya dilakukan pada artikel yang berunsur Kristen --Glorious Engine (bicara) 24 November 2018 12.00 (UTC)
- @Glorious Engine kalau "biara" kok kayaknya kurang pas ya, karena setahu saya biara = abbey, maka monk = biarawan, abbot --> kepala biara. Mimihitam 24 November 2018 12.14 (UTC)
Kalo abbey itu bukannya Katolik lebih sering terjemahinnya jadi pertapaan atau keabbasan/keabdisan (abbot=abbas). Pasalnya kalo Katolik juga ada istilah monastery, kadang saya juga terjemahin jadi "biara" tapi untuk alasan teknis, cuman di-neogolisme-kan jadi monasteri, pasalnya Buddha sendiri juga pake istilah tersebut, nggak tau deh padanan Buddha-nya apa. Trus ada juga kata Order, kalo konteks Katolik pake padanan Ordo/Tarekat, kalo konteks Buddha pake padanan Sangha. --Glorious Engine (bicara) 24 November 2018 15.02 (UTC)