MRT Jakarta

sistem angkutan cepat di Indonesia
Revisi sejak 1 November 2020 02.25 oleh Medelam (bicara | kontrib)

MRT Jakarta, singkatan dari Moda Raya Terpadu Jakarta (bahasa Inggris: Jakarta Mass Rapid Transit), adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik di Jakarta. Proses pembangunan telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2014 dan diresmikan pada 24 Maret 2019.[1]

MRT Jakarta
Info
PemilikPemerintah Provinsi DKI Jakarta
WilayahJakarta, Indonesia
JenisAngkutan cepat, Transportasi umum
Jumlah jalurMRT 01-MRT 10 (MRT 03-MRT 10 dalam perencanaan)
Jumlah stasiun13 beroperasi
Penumpang harian91,000
Kantor pusatKompleks Wisma Nusantara, 21st Floor, Jalan M.H. Thamrin No. 59, Jakarta Pusat 10350, Indonesia
Situs webwww.jakartamrt.co.id
Operasi
Dimulai24 Maret 2019
OperatorPT Mass Rapid Transit Jakarta (Perseroda)
Waktu antara5 Menit (Jam Sibuk) 10 Menit (Diluar Jam Sibuk)
Teknis
Panjang sistem110,8 km (rencana)
Lebar sepur1.067 mm (ft 6 in) Lebar sepur Cape
Listrik1.500 V DC (listrik aliran atas)
Peta MRT Jakarta

Berkas:Foto5-bigg.jpg

Lin Utara–Selatan
MRT Jakarta
Depo Ancol Marina
Ancol Marina
Ancol Park
Transjakarta Dermaga Ancol Marina
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Mangga Dua
Transjakarta Mikrotrans
Fase 2B
 
Kota
Transjakarta Mikrotrans Kereta Api Indonesia
Glodok
Transjakarta
Mangga Besar
Transjakarta
Sawah Besar
Transjakarta
Harmoni
Transjakarta
Fase 2A segmen II: dibuka tahun 2029
 
Monas
Transjakarta
Left arrow
 
ke Balaraja
ke CikarangRight arrow
Thamrin
Transjakarta
Fase 2A segmen I: dibuka tahun 2027
Fase 1: dibuka Maret 2019
M13
Bundaran HI
Transjakarta
M12
Dukuh Atas
Transjakarta
KBT Dukuh Atas
M11
Setiabudi
M10
Bendungan Hilir
Transjakarta Mikrotrans
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
M09
Istora
Transjakarta
M08
Senayan
Transjakarta
M07
ASEAN
Transjakarta
M06
Blok M
Transjakarta Mikrotrans Terminal Blok M
M05
Blok A
Transjakarta Mikrotrans
M04
Haji Nawi
Transjakarta Mikrotrans
M03
Cipete Raya
Transjakarta Mikrotrans
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
M02
Fatmawati
Transjakarta
M01
Lebak Bulus
Transjakarta Mikrotrans Terminal Lebak Bulus
Depo Lebak Bulus

Layanan MRT ini diberi nama "Ratangga". Kata ratangga merupakan kata bahasa Jawa Kuno yang berarti "kendaraan beroda" atau "kereta".[2] Operator layanan ini, PT MRT Jakarta, merupakan badan usaha milik daerah yang modalnya dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sejarah

Latar belakang

Jakarta adalah ibu kota Indonesia dengan penduduk sebanyak 10 juta jiwa. Diperkirakan bahwa lebih dari empat juta penduduk di daerah sekitar Jabodetabek menempuh perjalanan ke dan dari kota setiap hari kerja. Masalah transportasi semakin mulai menarik perhatian politik dan telah diprediksikan bahwa tanpa terobosan transportasi utama, kemacetan akan membanjiri kota dan akan menjadi kemacetan lalu lintas yang sangat parah sehingga kendaraan tidak bisa bergerak bahkan pada saat baru keluar dari garasi rumah pada tahun 2020.[3]

Sejak tahun 1980 lebih dari dua puluh lima studi subjek umum dan khusus telah dilakukan terkait dengan kemungkinan sistem Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Salah satu alasan utama yang menunda penanggulangan masalah ini adalah krisis ekonomi dan politik 1997-1999. Sebelum krisis, sebuah Build-Operate-Transfer (BOT) yang dianggap sebagai bagian dari MRT baru melibatan sektor swasta. Setelah krisis, rencana mengandalkan BOT untuk menyediakan pembiayaan terbukti tidak layak dan proyek MRT kembali diusulkan sebagai skema yang didanai pemerintah.

Transportasi umum di Jakarta saat ini hanya melayani 56% perjalanan yang dilakukan oleh komuter sehari-hari.[4] Angka ini perlu ditingkatkan mengingat Jakarta adalah kota dengan tingkat rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor sebesar 9,5% per tahunnya yang jauh melebihi panjang jalan dengan kenaikan hanya sebesar 0,01% antara tahun 2005 dan 2010.[5]

Transportasi umum di Jakarta saat ini terdiri dari berbagai jenis bus, mulai dari bemo yang sangat kecil, mikrolet yang sedikit lebih besar, hingga mikrobus seperti MetroMini dan Kopaja. Selain bus kota ukuran penuh serta sistem angkutan cepat bus Transjakarta. Terdapat juga taksi dengan roda dua (ojek) dan empat serta sistem Kereta Commuter Indonesia.

Pendanaan

Tahap 1 (Lebak Bulus–Bundaran HI) didanai pinjaman lunak dari JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) dengan tenor pinjaman 30 tahun dan masa tenggang 10 tahun dimana pembayaran pertama dilakukan 10 tahun setelah penandatanganan perjanjian pinjaman sampai 30 tahun setelahnya. Tingkat bunga yang dikenakan sebesar 0.25% per tahun. [6]

Tahap 2 (Bundaran HI–Kampung Bandan) didanai dengan skema serupa namun tenor 40 tahun dan juga dengan masa tenggang 10 tahun. Pencairan pertama pinjaman dikenakan bunga 0,1% per tahun[7]. Pendanaan tahap 2 ini memuat sebagian kecil dari kekurangan anggaran tahap 1, yang disebabkan antara lain dengan adanya pemutakhiran peraturan pemerintah mengenai pencegahan dampak gempa bumi.[8]

Pembangunan

Kemajuan tahap pertama didanai melalui pinjaman oleh Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional (Japan Bank for International Cooperation, JBIC), sekarang bergabung ke Japan International Cooperation Agency (JICA). Jumlah pinjaman IP adalah 536 (ditandatangani November 2006) untuk jasa rekayasa. Pinjaman jasa rekayasa adalah pinjaman pra-konstruksi untuk mempersiapkan tahap konstruksi. Terdiri dari:

  • Paket desain dasar, dikelola oleh Ditjenka (Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Departemen Perhubungan)
  • Manajemen dan paket Operasi, dikelola oleh Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jakarta)
  • Bantuan pembangunan dalam tender, dikelola oleh PT MRT Jakarta

Pada tanggal 31 Maret 2009, Perjanjian Kredit 2 (LA2) dengan jumlah 48,150 miliar Yen untuk membangun Sistem MRT Jakarta telah ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia (diwakili oleh Duta Besar Indonesia untuk Jepang) dan JICA di Tokyo, Jepang.[9] Pinjaman ini akan diteruskan dari Pemerintah Nasional untuk Administrasi DKI Jakarta sebagai hibah (perjanjian penerusan hibah).[10] Setelah penandatanganan perjanjian pemberian untuk LA2, Pemprov DKI akan mengusulkan dua perjanjian pinjaman lain untuk LA3 dan LA4 ke pemerintah pusat. Proposal ini akan menjadi kesepakatan pinjaman untuk pemerintah daerah. Jumlah total LA3 dan LA4 ditujukan sebagai pinjaman oleh pemerintah daerah adalah sekitar ¥ 71 Miliar. Jumlah ini didasarkan pada kemajuan, hasil dan serapan LA2. Paket pinjaman total dari JICA untuk pengembangan sistem MRT Jakarta bernilai total ¥ 120 miliar.

Pengerjaan pada desain dasar untuk tahap pertama dari proyek ini dimulai pada akhir 2010. Proses tender berlangsung pada akhir 2012. Proyek ini terdaftar sebagai salah satu proyek prioritas dalam anggaran kota Jakarta untuk 2013.[11] Pada bulan September 2012, DMRC Delhi Metro mengumumkan bahwa mereka telah diberikan pekerjaan 'Manajemen Jasa Konsultasi' dari sistem MRT Jakarta oleh pemerintah Indonesia. Ini akan menjadi proyek pertama DMRC di luar India.[12] DMRC akan bekerja sebagai bagian dari usaha patungan dengan 8 perusahaan internasional lainnya termasuk Padeco dan Konsultan Oriental, PT Ernst and Young Advisory Services, PT Indotek Teknik Jaya, PT Pamintori Cipia, Manajemen Lambaga dan PT Public Private Partnership dari Indonesia dan Seneca Group DMRC telah menyatakan bahwa tanggung jawab utama dalam JV akan menjadi "finalisasi struktur organisasi Metro Jakarta, perekrutan personil, pembangunan sarana pelatihan dan pelatihan. karyawan untuk berbagai kategori diperlukan untuk memulai operasi ". Konstruksi fisik diharapkan dimulai pada tahun 2013[13] dan jalur MRT diharapkan akan beroperasi pada 2017.

Pada tanggal 1 Juni 2013, 3 kontrak sipil pertama untuk bagian bawah tanah sepanjang 9,2 km ditandatangani. 3 kontrak dimenangkan oleh 2 konsorsium yang terpisah dari perusahaan Jepang dan Indonesia.[14] 3 kontrak pekerjaan sipil untuk bagian jalur layang diharapkan akan ditandatangani pada kuartal ke-3 tahun 2013. Pengerjaan dimulai pada bulan Oktober 2013.[15]

Lintas

Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih ±110,8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan–Utara (Koridor Lebak Bulus–Kampung Bandan) sepanjang ±23,8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang ±87 km.[16]

Jalur Utara–Selatan

Jalur Selatan–Utara merupakan jalur yang pertama dibangun. Jalur ini akan menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Pengerjaan jalur ini dibagi menjadi 2 tahap pembangunan.

Tahap I (Lebak Bulus–Bundaran HI)

Tahap I yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan sampai dengan Bundaran HI, Jakarta Pusat sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah). Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 10 Oktober 2013[1] dan rencananya akan dioperasikan secara penuh pada 1 Maret 2019.

Daftar stasiun
Nomor Nama stasiun Singkatan Antarmoda penghubung dan keterangan Lokasi Posisi Stasiun
NS20 Lebak Bulus Grab LBB Transjakarta:   (di halte Lebak Bulus)
Terminal Lebak Bulus
Stasiun akhir serta merupakan lokasi depot dan kantor operasional MRT Jakarta
Jakarta Selatan DKI Jakarta Layang
NS19 Fatmawati FTM
NS18 Cipete Raya CPR
NS17 Haji Nawi HJN
NS16 Blok A BLA Merupakan lokasi TOD terintegrasi dengan pasar Blok A
NS15 Blok M BCA BLM Transjakarta:     (4K)   (10H)   (13A) (di halte Blok M)
Terminal Blok M
Salah satu stasiun yang memiliki tiga jalur rel
NS14 ASEAN SSM Transjakarta:     (10H)   (13A) (di halte Masjid Agung)
NS13 Senayan SNY Transjakarta:       (10H)   (13A) (di halte Bundaran Senayan) Bawah tanah
NS12 Istora Mandiri IST Transjakarta:     (13A) (di halte Polda Metro Jaya) Jakarta Pusat
NS11 Bendungan Hilir BNH
NS10 Setiabudi Astra STB
NS09 Dukuh Atas BNI DKA KA Commuter Jabodetabek: (di stasiun Sudirman)
Railink Bandara Soekarno-Hatta:   di (di stasiun BNI City)
Transjakarta:       (13C) (di halte Tosari)
Stasiun yang terintegrasi dengan kereta bandara, LRT, dan TransJakarta.
NS08 Bundaran Hotel Indonesia BHI Transjakarta:       (di halte Bundaran HI)
Stasiun terminus di seksi 1
Berkas:Lori pengangkut material MRTJ.png
Konstruksi terowongan MRT Jakarta rute Utara–Selatan
 
Penumpang MRT Jakarta menunggu di Stasiun Lebak Bulus

Tahap II (Bundaran HI–Ancol)

Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan–Utara dari Bundaran HI sampai dengan Ancol sepanjang 13.3 km. Tahap II terbagi kedalam dua paket proyek, yaitu IIA Bundaran HI-Jakarta Kota sepanjang 6 km dan IIB Jakarta Kota-Ancol Barat sepanjang 5.8 km. Pembangunan tahap IIA dimulai Maret 2020 dan ditargetkan selesai pada Desember 2024, sedangkan tahap IIB direncakan dibangun pada pertengahan 2022 dan beroperasi pada tahun 2027.[17] Dampak dari Pandemi COVID-19 di Indonesia, pembangunan MRT Jakarta tahap II yang sempat terhenti baru dapat kembali dilanjutkan pada 15 Juni 2020. Untuk tahap IIB saat ini tengah dalam kajian studi kelayakan.[18]

Jalur Barat–Timur

Jalur Barat–Timur saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Jalur ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024–2027.[16]

Armada

MRT Jakarta menggunakan kereta rel listrik produksi Sumitomo Corporation, Jepang, bekerjasama dengan Nippon Sharyo. Kontrak antara PT MRT Jakarta dan Sumitomo Corporation telah ditandatangani pada tanggal 3 Maret 2015.[19] KRL yang akan dioperasikan MRT Jakarta rencananya akan menggunakan sistem pengoperasian kereta api otomatis.[20]

Tiket elektronik dan tarif

Kartu Jelajah

 
Kartu Jelajah
Berkas:Singletrip&Multitrip MRTJ.jpg
Kartu Jelajah Single Trip dan Multi Trip
 
Mesin tiket otomatis

Dalam rangka memenuhi kebutuhan e-ticketing pada 1 Maret 2019 nanti, PT MRT Jakarta telah merilis e-ticketing yang diberi nama "Kartu Jelajah".[21] "Kartu Jelajah" ini dirilis dalam bentuk 2 jenis kartu yaitu kartu untuk perjalanan tunggal (single-trip) dan prabayar untuk perjalanan berkali-kali (multi-trip). Untuk kartu single-trip hanya bisa digunakan untuk sekali perjalanan dan diwajibkan untuk isi ulang (top-up) dengan rentang waktu maksimal 7 hari setelah pembelian. Sementara untuk kartu multi-trip dapat digunakan berkali-kali selama saldo di dalam kartu masih mencukupi. Sampai saat ini PT MRT Jakarta terhitung telah memproduksi 954.000 tiket dengan jenis single-trip dan multi-trip.[22] Untuk implementasi kartu jelajah multi-trip sebagai alat transaksi pembayaran, PT MRT Jakarta masih menunggu perizinan dari pihak Bank Indonesia.[23][24]

Jak Lingko

Untuk mengoptimalkan angkutan antarmoda, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mengintegrasikan MRT dengan moda transportasi lain yang diatur oleh Pemerintah Provinsi melalui kartu Jak Lingko: LRT Jakarta, Transjakarta, serta KRL Commuter Line.[25]

Kartu elektronik perbankan

Cara pertama yang bisa digunakan untuk menaiki MRT adalah dengan menggunakan kartu atau uang elektronik. Ada lima jenis kartu atau uang elektronik yang berasal dari lima bank bisa dipakai untuk MRT. Tiga di antaranya merupakan Himpunan Bank Negara atau Himbara, yang terdiri dari BNI, BRI, dan Mandiri.[26] Daftar kartu elektronik perbankan beredar yang disahkan oleh PT. MRT Jakarta.

Referensi

  1. ^ a b Presiden Jokowi: "MRT Beroperasi Maret 2019"
  2. ^ B., Suparlan, Y. (1991). Kamus Indonesia-Kawi (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Kanisius. ISBN 9794135089. OCLC 26404616. 
  3. ^ [1]
  4. ^ https://sustainabledevelopment.un.org/content/dsd/susdevtopics/sdt_pdfs/meetings2010/egm0310/presentation_Rini.pdf
  5. ^ "United Nations Forum On Climate Change Mitigation, Fuel Economy And Sustainable Development Of Urban Transport" (PDF). Urban Public Transport System in Jakarta. Diakses tanggal 2015-09-20. 
  6. ^ https://industri.kontan.co.id/news/foke-pembangunan-fisik-mrt-harus-kelar-tahun-2016
  7. ^ Simorangkir, Eduardo. "Mengintip Skema Pembayaran Utang Pembangunan MRT Jakarta". detikfinance. Diakses tanggal 2019-03-11. 
  8. ^ Simorangkir, Eduardo. "Mengintip Skema Pembayaran Utang Pembangunan MRT Jakarta". detikfinance. Diakses tanggal 2019-03-11. 
  9. ^ "JICA Signed Japanese ODA Loan Agreements with Indonesia-Support of Efforts to Improve the Investment Climate and Enact Climate Change Adaptation Measures-". Japan International Cooperation Agency. Diakses tanggal 2009-08-17. 
  10. ^ "US$450m from govt for MRT". The Jakarta Post. 20 February 2009. Diakses tanggal 28 February 2009. 
  11. ^ Andreas D. Arditya, 'Jakarta finally goes ahead with MRT plan', The Jakarta Post, 21 December 2012.
  12. ^ Delhi Metro bags contract in Indonesia | Business Standard
  13. ^ Sita W. Dewi, 'MRT board given month to begin', The Jakarta Post, 25 March 2013.
  14. ^ 'Jakarta metro civil works contracts signed', Rail Journal, 13 June 2013.
  15. ^ "Jakarta metro contracts signed". Railway Gazette. 13 June 2013. 
  16. ^ a b Tentang MRT
  17. ^ Ini Tahapan Pembangunan MRT Fase II
  18. ^ Proyek MRT Jakarta Fase II Dilanjutkan 15 Juni Mendatang
  19. ^ Kontrak Rolling Stock Proyek MRT Jakarta Ditandatangani
  20. ^ Kompas.com: Kereta MRT Jakarta Bisa Beroperasi secara Otomatis
  21. ^ "MRT Kenalkan Tiket Perjalanan Bernama 'Kartu Jelajah'". kumparan. Diakses tanggal 2019-03-22. 
  22. ^ Media, Kompas Cyber. "PT MRT Produksi 954.000 Tiket Jenis "Single Trip" dan "Multi Trip"". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-03-22. 
  23. ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2019-02-05). "Mengintip 'Kartu Jelajah', Uang Elektronik untuk Naik MRT Jakarta – VIVA". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-22. 
  24. ^ Media, Kompas Cyber. "Mulai Senin, Naik MRT Pakai Uang Elektronik atau Kartu Harian". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-04-01. 
  25. ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2019-03-24). "Anies Sebut MRT Bagian Jak Lingko, Integrasi Transportasi Jakarta – VIVA". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-27. 
  26. ^ Prastiwi, Devira. "4 Cara Pembayaran Naik MRT Jakarta dari Uang Elektronik hingga QR Code". Liputan6.com. KapanLagi Youniverse. Diakses tanggal 2019-11-23. 

Pranala luar