Wikipedia:Bak pasir

J. Mario Belougi

Dr. (H.C.) Jouries Mario Belougi   Lahir di Manado, Sulawesi Utara, 5 Mei 1975; umur 45 tahun) adalah seorang aktivis Indonesia. Belougi mengawali kariernya dalam kegiatan aktivisme pada usia lima belas tahun dengan menjadi aktivis jalanan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dia berperan penting dalam gerakan pembebasan demokrasi di Indonesia pada era 90-an. Pasca Kerusuhan Mei 1998 Belougi bersktivitas dalam urusan kemanusiaan, dan aktif menyoroti masalah kesenjangan sosial, demokrasi dan politik. Nama Belougi kembali menjadi sorotan publik setelah ia disebut sebagai dalang insiden pengibaran bendera Filipina di Pulau Miangas tahun 2005. Atas peristiwa tersebut Belougi hijrah ke Timor Leste bekerja sebagai penggiat sosial.

J. Mario Belougi
Lahir(1975-05-05)5 Mei 1975
  Manado, Sulawesi Utara
Kebangsaan  Indonesia
PekerjaanAktivis
Partai politik

Masa kecil dan pendidikan

J. Mario Belougi lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 5 Mei 1975. Rumpun keluarganya merupakan bangsa pelaut dari Bugis yang sudah berabad-abad mendiami gugusan pulau-pulau kecil di Filipina bagian selatan dan sudah berasimilasi dengan bangsa Sangir di Kepulauan Nusa Utara. Sebuah sumber menyebut Belougi lahir di atas perahu dalam pelayaran dari Pulau Siau ke Pulau Manado Tua. Dia merupakan cucu dari Abraham Belougi, seorang Pejuang Pembebasan Islam Moro yang gugur dalam Pertempuran Manili 1971 melawan pemerintah Filipina di Cotabato, Mindanao.

Masa kecilnya dilewati dengan segala keterbatasan, Ia menjalani kehidupan awal bersama keluarganya di pinggiran Kota Manado. Pada usia lima tahun, Belougi ikut kerabatnya pindah ke Makassar, Sulawesi Selatan. Di sini awal mula Belougi mengenal kehidupan jalanan dan berafiliasi dengan kelompok-kelompok pergerakan. Ia mengawali kariernya dalam kegiatan aktivisme dengan menjadi aktivis jalan pada usia lima belas tahun, watak dan pribadinya-pun terbentuk dari kehidupan jalanan yang keras.

Belougi nyaris tidak mengenyam pendidikan formal, namun atas dorongan kerabat dan rekan-rekannya akhirnya Ia dapat menyelesaikan pendidikan dasar sampai tingkat menengah. Ia kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (UNHAS) tahun 1994 namun tidak selesai. Pada tahun 1996 Belougi merantau ke Timor Timur dan melanjutkan pendidikan di Universitas Timor Timur namun tidak selesai karena rakyat pro-integrasi harus mengungsi ke Indonesia pasca pelaksanaan jajak pendapat tahun 1999.

Kegiatan aktivisme

Belougi mengawali kariernya dalam kegiatan aktivisme sejak usia lima belas tahun dengan menjadi aktivis jalanan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dari awal Ia menolak perlakuan diskriminatif dan tindak arogansi aparatur negara dalam setiap penertiban anak jalanan dan pedagang kaki lima di Kota Makassar. Ia menggalang kelompok-kelompok pergerakan di akar rumput untuk membuka ruang kebebasan dalam berekspresi dan berpendapat secara demokratis. Pada tahun 1992 Belougi mengawali gerakan anti-diskriminasi dan intimidasi terhadap kebebasan demokrasi di Indonesia.

Dalam sebuah mimbar bebas di Makassar tahun 1993, Belougi menunjukkan sikap kritis dengan melakukan mosi tidak percaya terhadap pemerintah, ia menyebut sumber segala persoalan di Indonesia berakar dari sikap arogansi dan dogmatisme pemerintah yang mengurung kebebasan dan merampas kedaulatan hak-hak dasar rakyat dalam demokrasi, ia menuntut pergantian kepemimpinan nasional untuk menciptakan pemimpin bersih yang dapat memberi ruang kebebasan kepada rakyat dalam berdemokrasi. Pemerintah menyikapi hal tersebut dengan melakukan pengejaran terhadap Belougi karena dinilai melakukan tindakan subversif.

Tekanan pemerintah terhadap Belougi terus berlanjut setelah Ia dituduh sebagai pelaku utama terjadinya Insiden Tadulako di Palu tahun 1994. Ia kemudian melarikan diri ke tempat keluarganya di Nusa Utara dan kemudian hijrah ke Filipina, namun Ia kembali menjadi kontroversi setelah diduga menjadi fasilitator pengiriman pemuda asal Indonesia untuk menjadi bagian dari Kelompok Pemberontak Minoritas Muslim yang tergabung dalam Front Pembebasan Nasional Moro di Mindanao, Filipina Selatan. Ia kemudian dideportasi oleh pemerintah Filipina karena di duga memasuki negara tersebut secara ilegal.

Peran Belougi dalam gerakan pembebasan demokrasi di Indonesia kembali menjadi momok bagi pemerintah setelah Ia disebut sebagai otak pelaku penolakan hasil Pemilu 1997 yang dinilai sarat rekayasa dan membohongi rakyat, hal ini terkait sikap pemerintah Indonesia yang tidak mengakui kepemimpinan Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan mengacaukan kepengurusan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), serta melarang Partai Uni Demokrasi Indonesia yang didirikan oleh tokoh pergerakan Dr. Sri Bintang Pamnungkas untuk ikut dalam Pemilu 1997. Insiden tersebut kembali menjadikan Belougi sebagai buronan pemerintah hingga berakhirnya Kerusuhan Mei 1998.

Pasca Kerusuhan Mei 1998

Di era pemerintahan Presiden B. J. Habibie, Belougi ikut berpartisipasi dalam pengembangan infrastruktur sosial dan pendidikan di daerah tertinggal, ia mengawali kegiatan tersebut di pedalaman Timor Timur akhir 1998, namun tidak dapat berjalan dengan baik akibat gejolak politik terkait adanya isu Jajak Pendapat di kalangan rakyat Timor Tomur. Ia pernah dikabarkan menjadi bagian dari korban Pembantaian di Gereja Katolik Liquica pada April 1999, informasi dari media Australia menyebut peristiwa tersebut menewaskan 200 lebih Umat Katolik, namun kabar tersebut dibantah oleh seorang pendeta dan tokoh-tokoh pro-integrasi dengan Indonesia.

Pada Juli - Agustus 1999, Belougi menggalang dukungan aksi penolakan terhadap instruksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada UNAMET (United Nations Mission in East Timor) pada 11 Juni 1999 untuk melaksanakan Jajak Pendapat di Timor Timur dengan melakukan aksi demonstrasi di sejumlah daerah di Kawasan Timur Indonesia. Belougi menyebut instruksi PBB tersebut adalah bentuk pembodohan yang akan merampas kedaulatan politik dan demokrasi Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan UUD 45. Kegiatan Belougi tersebut diikuti dengan gelombang demonstrasi di hampir seluruh penjuru negeri, namun aksi penolakan tersebut menjadi sia-sia karena UNAMET tetap melaksanakan Jajak Pendapat pada 30 Agustus 1999 dan berakhir dengan lepasnya Timor Timur dari NKRI.

Nama Belougi kembali menjadi sorotan publik setelah Ia disebut sebagai dalang Insiden Pengibaran Bendera Filipina di Pulau Miangas tahun 2005, sebgai bentuk protes kepada pemerintah Indonesia yang mengabaikan hak hidup, politik dan demokrasi rakyat yang tinggal di Pulau Terluar Indonesia. Insiden tersebut mengundang perhatian publik Internasional dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia dengan membangun fasilitas umum seperti Bandar Udara dan Pelabuhan Laut, serta memberi legalitas kewarganegaraan (WNI) kepada rakyat yang tinggal di pulau-pulau terluar untuk dapat menerima bantuan sosial dan ikut berpartisipasi dalam setiap pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia dan pembangunan nasional.

Pada tahun 2012, Belougi membangun kerjasama dengan sejumlah organisasi nirlaba untuk bantuan pengembangan daerah tertinggal. Ia memediasi pertemuan antara sejumlah elemen masyarakat Papua dengan tim pengelola proyek Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B), namun Belougi kembali mengkritisi kegiatan tersebut sebagai hal yang tidak rasional, dan dilakukan atas dasar kegagalan pemerintah merawat nasionalisme di daerah tapal batas tersebut. Belougi banyak menyoroti masalah pelanggaran HAM dan kesenjangan sosial, Ia menyebut pergolakan di Tanah Papua bukan hanya lahir dari diskriminasi rasial tapi juga diskriminasi sosial, dan penolakan rakyat Papua terhadap otonomi khusus lahir dari pergeseran status Papua dari daerah otonomi menjadi wilayah koloni.

Kontroversi

Pada masa kampanye Pilpres 2009, Belougi diadukan ke Polda Sulawesi Selatan oleh warganet terkait kicauannya di media sosial berjudul “Si Kancil Ikut Ramaikan Panggung Sandiwara”. Dalam narasinya Belougi menyebut Si Kancil laksana Malin Kundang yang tidak tahu diri dan tega melawan ibu dan saudaranya. Meskipun tidak menyebut figur secara khusus namun sikap Belougi tersebut dinilai menyudutkan Capres bertubuh mungil dan mendapat reaksi keras dari pendukung Jusuf Kalla.

Kontroversi Belougi tentang Si Kancil kemudian diikuti oleh Ketua DPP Partai Demokrat, Andi Malarangeng yang menyebut “Belum saatnya orang Sulawesi jadi Pemimpin di Indonesia”. Tindakan kedua tokoh mudah asal Indonesia Timur ini dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap sosok Jusuf Kalla yang diagung-agungkan oleh sebagian orang Bugis - Makassar. Dalam kasus ini Belougi menolak untuk meminta maaf.

Kehidupan pribadi

J. Mario Bougi menikah dengan perempuan muslim, dan dikaruniai dua putri; Wanda Belougi dan Melanie Belougi, serta seorang putra bernama Ayyas Belougi. Pernikahan mereka berakhir setelah istrinya meninggal tahun 2017.

Kegemaran dan hobi

Belougi merupakan penggemar pertandingan sepak bola, pemain favoritnya bermain di posisi gelandang seperti Bima Sakti dari Tim Nasional Indonesia, Zinedine Zidane bintang sepak bola Prancis dan Ronaldinho Gaucho dari Tim Samba Brazil.

Selain sebagai penggemar bola, Belougi juga memiliki hobi bermain musik. Ia memiliki grup band non-komersial yang dimainkan bersama teman-temannya. Iwan Fals merupakan musisi favoritnya, selain itu Belougi juga menyukai lagu-lagu daerah Indonesia.

Pendidikan

Lihat pula

Catatan kaki

Pranala luar

Steven Indra Wibowo

Steven Indra Wibowo atau akrab dipanggil Koh Steven (Lahir di Jakarta, 1983; umur 38 tahun) adalah seorang Pengusaha dan Filantropi berkembangsaan Indonesia. Dia merupakan pengusaha berdarah Tionghoa yang menjadi pendiri Yayasan Mualaf Center Indonesia. [1]


Steven Indra Wibowo
Lahir1983
  Jakarta
Kebangsaan  Indonesia
Nama lainKoh Steven
PekerjaanPengusaha, Filantropi
Dikenal atasPendiri Mualaf Center Indonesia
Partai politikIndependen



Angka Latin
1 Satu 2 Dua


===='''''Wikipedia''''' Kategori

  • Tak diketahui

Andre
Lahir1985
  San_Francisco
Nama lainJames Kytt
PekerjaanWartawan

116.206.14.43 18 Mei 2021 11.57 (UTC) Laptop[balas]

Wikipedia (The Free Encyclopedia) adalah [[ensiklopedia]} gratis.

Pepaya adalah buah dari Meksiko, Benar?

Bak pasir

Ini adalah Bak pasir, jadi kita bisa mengetik apapun

Pulau Terbang

-Mohonuntuk mengisi halaman ini!! please...

  1. ^ "5 Fakta Steven Indra Wibowo Mualaf yang Sumbang 13 Milyar Untuk Kemanusiaan". Liputan6.com. Diakses tanggal 2021-05-16.