Abjad Pegon

aksara berbasis Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
Revisi sejak 14 Agustus 2021 16.32 oleh Rohmat Ainur Rizqi (bicara | kontrib) (Contoh kalimat: Perbaikan kesalahan huruf, tata tulis dan pengetikan dalam Aksara Pegon)

Abjad Pegon (Bahasa Jawa/Bahasa Sunda: ابجد ڤيڮون, Abjad Pégon; Bahasa Madura: أبجاد ڤٰيغو, Abjad Pèghu) adalah abjad Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Madura, dan Sunda, Banten. Kata pegon berasal dari kata berbahasa Jawa pégo yang berarti "menyimpang".[1] Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.[1] Berbeda dengan Abjad Jawi(dan juga Abjad Gundhil) Abjad Pegon lebih memperjelas perbedaan fonem dengan bantuan harakat.

Abjad Pegon
ابجد ڤيڮون
Jenis aksara
Abjad
Bahasa
Aksara terkait
Silsilah
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Meski abjad ini benar-benar diturunkan langsung dari Abjad Arab, abjad ini bersama Abjad Jawi (Jawoë di Aceh, Yawi di Pattani) diyakini masih bersaudara dengan Abjad Persia dan Abjad Urdu yang juga diturunkan dari abjad Arab.[2] Abjad tersebut kini dipakai untuk menulis Bahasa Persia dan Bahasa Urdu.

Sejarah

Pegon sendiri digunakan di kalangan umat Muslim, yang hidup dari pendidikan agama di pesantren. Pegon sendiri muncul bersama Islam di Jawa. Pada saat itu, orang-orang Jawa masih menggunakan aksara Kawi dan aksara Jawa untuk menuliskan teks berbahasa Jawa klasik, dan aksara Sunda kuno untuk menuliskan bahasa Sunda klasik. Ketika Islam masuk ke Tanah Jawa, penggunaan abjad Arab sangat diintensifkan, karena dibutuhkan untuk memaknai kitab-kitab Al-Qur'ān, tafsirnya, serta kitab-kitab ḥadiṡ. Untuk berkomunikasi dengan orang Jawa yang menuturkan bahasa Jawa, para 'ulama kemudian mengadaptasi abjad Arab yang digunakan olehnya sebagai bahasa sehari-hari ke dalam bahasa Jawa. Mereka menulisnya agar orang-orang Jawa lebih mudah dalam memahami agama, terlebih metode dakwah keliling saat itu masih lazim untuk menyiarkan Islam. Di era Wali Songo, contoh kitab misalnya Suluk Sunan Bonang, yang diyakini merupakan buah karya Sunan Bonang.[3]

Di wilayah Melayu sendiri, abjad yang masih bersaudara dengan Pegon adalah abjad Jawi, digunakan untuk menulis bahasa Melayu.[4] Dalam perkembangannya, seluruh lembaga pendidikan agama Islam di Jawa maupun Sumatra menggunakan kitab-kitab dengan abjad Arab, baik dalam bahasa Arab sendiri maupun bahasa-bahasa yang dipakai di daerah setempat, utamanya bahasa Melayu, Jawa, sampai Thailand selatan.[3]

Sayangnya, abjad Arab asli ini tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti e atau o, ca, pa, dha, nya, tha, dan nga. Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, abjad ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain dha dan tha.[5] Pada akhirnya, huruf-huruf baru diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ca dan gaf. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya pa dari fa' yang diberi tiga titik, atau ca dari jim diberi tiga titik. Pada masa lalu, Pegon ditulis dengan harakat untuk membedakan e dan o, namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat (beberapa orang menyebut ini Gundhil).[6] Karena abjad ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa, maka orang Arab tidak mampu membaca teks ini sebelum mampu mempelajari bahasa Jawa karena ada huruf-huruf yang dianggap "asing" bagi mereka.

Saat ini huruf Pegon di Jawa dipergunakan oleh kalangan umat Muslim, terutama di pesantren-pesantren. Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis tafsiran atau arti pada Al-Qur'ān, tetapi banyak pula naskah-naskah manuskrip cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon. Misalkan naskah-naskah Serat Yusup.

Daftar aksara

Transkripsi didasarkan pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.[7][8][Verifikasi gagal]

Konsonan

Warna kuning menunjukkan aksara tersebut bukan huruf asli Arab.

Abjad Pegon
ح چ ج ث ت ب ا
ḥāʾ ca jīm ṡaʾ tāʾ bāʾ ʾalif
س ز ر ڎ ذ د خ
sīn zāi rāʾ dha żāl dāl khāʾ
ع ظ ڟ ط ض ص ش
ʿain ẓāʾ tha ṭāʾ ḍād ṣād syīn
ڮ ك ق ڤ ف ڠ غ
gaf kāf qāf pa fāʾ nga ġain
ي ھ و ۑ ن م ل
yāʾ hāʾ wāu nya nūn mīm lām

Harakat

Dalam penulisan Pegon,

  • harakat fatḥah digunakan untuk membedakan fonem i dan é, serta u dan o
  • penanda konsonan mati dilambangkan dengan huruf tanpa harakat
  • vokal pepet ê dilambangkan dengan simbol mad ( ٓ )
  • vokal è dilambangkan dengan simbol alif khanjariah ( ٰ )
كا كي كو كَي كَو كٓ كٰي أك
ka/kå ki ku ko ak
  • huruf vokal diawal dilambangkan dengan huruf alif hamzah ( أ )
أ إ أو إي او آ أي
A/Å I U É O Ê È
  • huruf konsonan rangkap
كرا كري كرو كرَي كرَو كرٓ كرٰي
kra/krå kri kru kré kro krê krè
  • huruf vokal rangkap
كاي كاو كاَي كاَو كآ كاٰي كَيِ كَوِ
kai kau kaé kao kaê kaè kéi koi
  • kaidah menyambung huruf pegon sama dengan menyambung huruf hijaiyah, penulisannya juga dari kanan
  • kata serapan dari bahasa arab tetap ditulis seperti aslinya. Contoh : kata batin harus ditulis باطن bukan باطين

Contoh kalimat

Bahasa Jawa :

كانجٓڠ نبي محمد إكو أوتوسانيڤون ڮوستي الله داتٓڠ سٓدايا مخلوق، ديني اڤا واهَي كاڠ ديڤون چٓريتاءكٓن دَينيڠ كانجٓڠ نبي محمد إكو ۑاتا ۑاتا بنٓر. ماڠكا سٓكابَيهانَي مخلوق واجب مبنٓراكٓن لن ندَيرَيك ماريڠ كانجٓڠ نبي محمد

Latin : "Kanjêng Nabii Muhammad iku utusanipun Gusti Allah datêng sêdåyå makhluk, déné åpå waé kang dipun cerita'akên déning Kanjêng Nabii Muhammad iku nyåtå nyåtå bênêr. Mångkå sêkabèhané makhluk wajib mbênêrakên lan ndèrèk maring Kanjêng Nabii Muhammad."

Bahasa Madura :

Latin :

Bahasa Sunda :

كانجٓڠ نبي محمد ماڠروڤيكٓن أوتوسان ڮوستي الله كا سادايا مخلوق، ناءَون واَي أنو ديچارييَوسكٓن كو كانجٓڠ نبي محمد ۑاَيتا كاۑاتاءن أنو لٓرٓس. جانتٓن سادايا مخلوق واجب مٓنٓركٓن سارٓڠ نوتوركٓن كانجٓڠ نبي محمد

Latin : "Kanjeng Nabii Muhammad mangrupikeun utusan Gusti Allah ka sadaya makhluk, naon waé anu dicarioskeun ku Kanjeng Nabii Muhammad nyaéta kanyataan anu leres. Janten sadaya makhluk wajib menerkeun sareng nuturkeun Kanjeng Nabii Muhammad."

Terjemahan Pegon Indonesia bahasa indonesia :

“Baginda Nabii Muhammad adalah utusan Allah kepada semua makhluk, Apa saja yang diceritakan oleh Baginda Nabii Muhammad adalah kebenaran yang nyata. Maka semua makhluk wajib membenarkan dan mengikuti Baginda Nabii Muhammad.” (Pegon :

بڮيندا نبي محمد اداله اوتوسن الله كڤد سموا مخلوق، اڤ ساج يڠ دچريتاكن بڮيندا نبي محمد اداله كبنرن يڠ ۑات. مک سموا مخلوق واجب ممبنركن دان مڠيكوتي بڮيندا نبي محمد)

•Didalam contoh diatas terdapat 5 kata serapan dari bahasa arab yang harus ditulis sesuai dengan bahasa arab yaitu :

  • Nabii harus ditulis نبي bukan نابي
  • Muhammad harus ditulis محمد bukan موهمماد
  • Allah harus ditulis الله bukan أللاه
  • Makhluk harus ditulis مخلوق bukan ماخلوك
  • Wajib Harus ditulis واجب bukan واجيب

Lihat pula

Referensi

Daftar pustaka

  • Poerwadarminta, W.J.S (1939). Baoesastra Djawa (dalam bahasa Jawa). Batavia: J.B. Wolters. ISBN 0834803496. 
  • Arps, B. (1992). Tembang in Two Traditions (Tesis Doctoral). Leiden: Rijksuniversiteit de Leiden. 
  • Pigeaud, Th. (1970). Literature of Java. III. Leiden: Leiden University Press. hlm. 76–80. 
  • Pudjiastuti, Titik (2000). Sadjarah Banten: suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat (Tesis S3). Universitas Indonesia. 

Bacaan lanjutan

Pedoman

Lainnya

Pranala luar