Alevi

gerakan Islam bercabang dari Syiah

Alevi (dalam bahasa Inggris / ælɛ'vi ː /, juga / æ'lɛvi ː / atau / ə'leɪvi ː /) adalah sebuah komunitas agama Islam, sub-etnis dan budaya, terutama di Turki, berjumlah 20 juta.[1] Alevi diklasifikasikan sebagai cabang dari Islam Syiah, tetapi ada perbedaan yang cukup signifikan dalam kepercayaan, tradisi dan ritual Alevi, bila dibandingkan dengan sekte ortodoks lainnya.[1] Ibadah Alevi berlangsung dalam perkumpulan (cemevi) daripada masjid. Upacara (CEM Ayin-i, atau hanya CEM), fitur musik dan tari (Semah) dimana baik perempuan dan laki-laki berpartisipasi. Di samping bahasa Arab, bahasa asli masing-masing masih berkuasa selama ritual dan berdoa.

Ciri-ciri

Karakteristik Kunci Alevi meliputi:

  • Kemanusiaan
  • Cinta dan hormat kepada semua orang ("Yang penting adalah bukan agama, tetapi menjadi manusia")
  • Toleransi terhadap agama lain dan kelompok etnis ("Jika Anda menyakiti orang lain, doa-doa ritual yang telah Anda lakukan dianggap tidak berharga")
  • Menghormati orang yang bekerja ("Tindakan terbesar dalam beribadah adalah bekerja")
  • Kesetaraan laki-laki dan perempuan, yang berdoa berdampingan. Monogami dipraktikkan.

Para pengikut Alevi berkaitan erat dengan garis keturunan sufi Bektashi, dalam arti bahwa keduanya memuliakan Haji Wali Bektash (Turki: Hacibektaş Veli),[2] seorang kudus dari abad ke-13. Banyak pengikut Alevi merujuk kepada suatu tradisi "Alevi-Bektashi", tetapi identitas ini tidak diadopsi secara universal, dan juga bukan nama gabungan yang digunakan oleh non-Turki Bektashis (misalnya, di Balkan). Selain aspek keagamaan, Pengikut Alevi juga berkaitan erat dengan budaya rakyat Anatolia. Teologi Alevi modern telah sangat dipengaruhi oleh kemanusiaan, secara universal dan kepercayaan Turki kuno, tengriism.

Tahun 1990-an membawa penekanan baru pada pengikut Alevi sebagai identitas budaya. Masyarakat Alevi hari ini umumnya mendukung sekularisme dalam bentuk model Kemalis.

Penamaan

Alevi secara umum dijelaskan merujuk kepada 'Ali bin Abi Thalib, sepupu, dan anak menantu dari Nabi Muhammad. Nama Alevi dalam bahasa Turki diucapkan sebagai 'Alawi' (Arab: علوي) "atau yang berkaitan dengan Ali". Namun, berbicara tentang Alevi di Turki jangan disamakan dengan 'Alawi dari Suriah, di mana hanya memiliki sedikit kesamaan dengan 'pemujaan terhadap Ali'.

Para pengikut Alevi sering kali menyebut diri mereka sebagai "Kızılbaş". Arti kata itu dianggap merendahkan, akhirnya para penganut Alevi berhenti menggunakan nama itu ("Kızılbaş")[3] dan mengubah namanya menjadi Alevi. Belakangan hari beberapa dari pengikut Alevi kembali menggunakan nama "Kızılbaş" lagi.

Sebutan lainnya dari Alevi ada banyak (sering kali untuk pengelompokan), diantaranya Tahtacı "penebang kayu", Abdal "Penyair" dan Çepni.

Sejarah

Upaya untuk mengidentifikasi asal mula dari Alevi cukup kontroversial. Kebanyakan pengikut Alevi mengikuti jejak tradisi mereka terhadap Islam permulaan dan Dua Belas Imam, sebuah kesimpulan yang disetujui beberapa ulama terkemuka, sedangkan ulama yang lainnya menganggap bahwa aliran Alevi merupakan bagian dari sebuah tren "ekstrimis" (ghuluww) dalam Syiah, seperti sekte Alawi / Nusairi di Suriah. Sebagian dari ulama yang lainnya lagi melihat aliran Alevi sebagai substrat pra-Islam yang memperoleh pengaruh dari teologi Syi'ah, dan tidak setuju jika digambarkan sebagai budaya rakyat Turki atau Persia, seperti dalam kasus kelompok-kelompok Ahl-e Haqq dan Yezidis, pada beberapa bagian mendapat pengaruh dari Zoroaster. Sebagian lagi dari ulama berpandangan jika alevi muncul sebagai pengaruh Ortodoks (Bizantium) atau Kristen Armenia atau Gnostisisme. Lebih dari salah satu sudut pandang dari para ulama di atas mungkin benar secara bersamaan.

Selama periode Mongol Ilkhan, suku-suku Turki di Iran utara dan timur Anatolia berubah menjadi Syiah. Yunus Emre dan Wali Haji Bektash, orang suci dari awal periode ini yang kemudian dikaitkan dengan aliran Alevi. Qizilbash muncul dari lingkungan ini sebagai sebuah tarekat sufi militan yang berpusat di Ardabil, di mana seorang pemimpinnya yang bernama Ismail berhasil menaklukkan Persia .

Para Qizilbash Anatolia di daerah perbatasan Ottoman Safawi, menemukan diri mereka di sisi yang "serba salah" pasca Perdamaian 1555 dengan Amasya. Mereka menjadi subjek dari pengadilan Utsmani yang memandang mereka dengan penuh curiga. Dalam periode bermasalah di bawah Suleiman the Magnificent Alevi, banyak dari pengikutnya dianiaya dan dibunuh.

Pengikut Alevi adalah pendukung awal dari Mustafa Kemal Atatürk, di mana pengikut Alevi membantu mengakhiri era diskriminasi Ottoman terhadap mereka, sementara pengikut Alevi Kurdi melihatnya dengan penuh hati-hati. Namun selama tahun 1960-an, aliran Kemalisme mulai kehilangan sebagian daya tariknya, sebagai akibatnya para pengikut Alevi banyak berpaling ke politik sayap kiri.

Referensi

Bacaan lanjutan

  1. "The Alevi of Anatolia," 1995.
  2. bar-Asher, Meier; Aryeh Kofsky (2002). The Nusayrī-‘Alawī Religion: An Enquiry into its Theology and Liturgy. Jerusalem Series on Religion and Culture. 1. Boston: Brill. pp. 1.