Ali bin Husain

cicit Nabi Muhammad dan Imam keempat dari Dua Belas Imam
Revisi sejak 22 Februari 2022 05.19 oleh Irfanmio21 (bicara | kontrib)

Ali bin Husain (bahasa Arab: عَلِيّ ٱبْن ٱلْحُسَيْن زَيْن ٱلْعَابِدِين), juga dikenal sebagai As-Sajjad (bahasa Arab: ٱلسَّجَّاد, "Selalu Bersujud") atau hanya Zainal Abidin (bahasa Arab: زَيْن ٱلْعَابِدِين, "Perhiasan Orang yang Taat Beribadah"), (ca. 4 Januari 659 – kr. 20 Oktober 713) adalah seorang Imam dalam Islam Syiah setelah ayahnya Husain bin Ali, pamannya Hasan bin Ali, dan kakeknya, Ali bin Abi Thalib.

Ali bin Husain
عَلِيّ ٱبْن ٱلْحُسَيْن
Nama Arab Ali bin Husain dan salah satu gelarnya, "Al-Sajjad"
Imam Syiah
Masa jabatan
680 M – 712 M
Informasi pribadi
Lahir
Ali bin Husain bin Ali

ca 4 Januari 659
(5 Syaban 38 H)[1][2] Or (15 Jumadil Awal 36 H)
Meninggalca 20 Oktober 713(713-10-20) (umur 54)
(25 Muharram 95 H)
MakamPemakaman Jannatul Baqi, Madinah, Arab Saudi
24°28′1″N 39°36′50.21″E / 24.46694°N 39.6139472°E / 24.46694; 39.6139472
AgamaIslam
PasanganFatimah binti Hasan
Jaidah al-Sindhi
AnakMuhammad al-Baqir
Zaid bin Ali
Hasan
Husain al-Akbar
Husain al-Asghar
Abdullah al-Bahar
Abdurrahman
Sulaiman
Muhammad al-Asghar
Umar al-Ashraf
Ali
Ummu Kultsum
Khadijah
Fatimah
Aliyyah
Orang tuaHusain bin Ali (ayah)
Shahrbanu (ibu)[6][7][8]

Ali bin Husain selamat dari Pertempuran Karbala pada tahun 680 M, setelah itu ia dan anggota keluarga dan sahabat Husain lainnya yang masih hidup dibawa ke Yazid bin Muawiyyah di Damaskus. Akhirnya, dia diizinkan untuk kembali ke Madinah, di mana dia menjalani kehidupan terpencil dengan beberapa teman akrab. Kehidupan dan pernyataannya sepenuhnya dikhususkan untuk asketisme dan ajaran agama, sebagian besar dalam bentuk doa dan permohonan. Permohonannya yang terkenal dikenal sebagai Shahifah Sajjadiah "Kitab Suci Sajjad".

Nama dan Julukan

Namanya Ali, meskipun dia bukan satu-satunya anak Husain yang bernama Ali. Ada dua orang Ali lainnya yang terbunuh di Karbala. Salah satunya adalah seorang bayi, yang disebut sebagai Ali al-Asghar (Ali Muda) dalam literatur Syiah. Yang lainnya adalah Ali al-Akbar (Penatua Ali). Beberapa sejarawan Syiah berpendapat bahwa Zainal Abidin adalah Ali al-Awsat (Ali Tengah) sementara kakak laki-lakinya terbunuh bersama dengan bayinya. Beberapa sumber lain menganggap Zainal Abidin sebagai anak tertua dari tiga bersaudara.

Beberapa sejarawan Sunni, termasuk Ibnu Sa'ad, Ibnu Qutaibah, al-Baladhuri dan at-Tabari, menyebut Zainal Abidin sebagai Ali al-Asghar. Kadi al-Nu'man menyebut Zainal Abidin Ali al-Akbar, kakak tertua.

Kunya Ali adalah Abu al-Ḥasan, Abu al-Ḥusain, Abū Muḥammad, Abū Bakar, dan Abu Abdallāh. Dia diberi kehormatan Sajjad (orang yang terus-menerus bersujud dalam ibadah), serta Zainal Abidin (Perhiasan Orang yang Taat Beribadah), dan Zaki (yang murni).

Kelahiran dan Kehidupan keluarga

Kelahiran

Ali bin Husain dilahirkan di Madinah pada tahun 38 H/658-659 M menurut mayoritas riwayat yang ada, riwayat lainnya menyatakan ia dilahirkan pada tanggal 15 Jumadil Ula 36 H. Dua tahun tinggal bersama kakeknya, Ali bin Abi Thalib, 12 tahun tinggal bersama pamannya, al-Hasan, 23 tahun tinggal bersama ayahnya, al-Husain. Dia wafat di Madinah pada 95 H/713 M dalam usia 57 tahun, ada pula yang menyatakan wafat pada 25 Muharram 95 H. 34 tahun setelah kewafatan ayahnya. 34 tahun ia menjadi Imam dan dimakamkan di Pekuburan al-Baqi, Madinah sebelah pamannya, al-Hasan.[9]

Ibu

Ada beberapa riwayat yang menyatakan tentang siapa ibu dari Ali Zainal Abidin, antara lain:

  • Riwayat pertama menyatakan bahwa ibunya bernama Syahzanan putri dari Yazdigard bin Syahriyar bin Choesroe. Selain itu disebut juga ia bernama Syahrbanawaih. Khalifah Ali bin Abi Thalib mengangkat Huraits bin Jabir al-Hanafi untuk menangani urusan bagian provinsi-provinsi timur, Huraits memberikan kepada Ali dua putri Yazdigard bin Syahriyar bin Choesroe. Salah satu putri Yazdigard ini yang bernama Syahzanan diberikan Ali kepada putranya yang bernama al-Husain. Syahzanan kemudian memberikan anak lelaki kepada al-Husain. Anak lelaki ini bernama Zainal Abidin. Ali memberikan putri Yazdigard yang satunya lagi kepada Muhammad bin Abu Bakar, yang melahirkan seorang anak lelaki bernama Al-Qasim bin Muhammad.[9]
  • Riwayat lainnya menyatakan bahwa ibunya bernama Syahrbanu, putri Yazdigird, kaisar terakhir Sasaniyah, Persia. Oleh karena itu, Ali Zainal Abidin dijuluki pula Ibn al-Khiyaratyn, yaitu anak dari dua yang terbaik, yaitu Quraisy di antara orang Arab dan Persia di antara orang non-Arab. Menurut riwayat itu ibunya dibawa ke Madinah sebagai tahanan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab yang hendak menjualnya. Namun Ali bin Abi Thalib menyarankan sebaiknya Syahrbanu terlebih dahulu diberi pilihan untuk menjadi istri salah seorang Muslim, dan mas kawinnya diambil dari Baitul Mal. Khalifah Umar menyetujuinya, dan akhirnya Syahrbanu memilih putra Ali bin Abi Thalib yaitu Husain. Konon Syahrbanu wafat tak lama setelah melahirkan anak semata wayangnya ini.[10]

Keturunan

Dia memiliki 15 orang keturunan,

11 anak laki-laki

  1. Muhammad al-Baqir, ibunya adalah Ummu Abdullah binti al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Merupakan Imam selanjutnya menurut Imamiyah.
  2. Abdullah al-Bahir[11]
  3. al-Hasan
  4. al-Husain al-Akbar[11]
  5. Zaid, imam pengganti menurut Zaidiyah.
  6. al-Husain al-Asghar[11]
  7. Abdurrahman
  8. Sulaiman
  9. Muhammad al-Asghar atau Qaim[11]
  10. Umar al-Asyraf[11]
  11. Ali, merupakan anak bungsu

4 anak perempuan

  1. Khadijah, saudara seibu dengan Ali
  2. Fatimah
  3. Aliyah
  4. Ummu Kultsum

Referensi

Sumber

  1. ^ Sharif al-Qarashi 2000, hlm. 14
  2. ^ "Imam Ali Ibn al Husayn (as)". Al-Islam.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 June 2011. Diakses tanggal 4 July 2015. 
  3. ^ Shabbar, S.M.R. (1997). Story of the Holy Ka'aba. Muhammadi Trust of Great Britain. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 October 2013. Diakses tanggal 30 October 2013. 
  4. ^ Sharif al-Qarashi 2000, hlm. 15
  5. ^ Shaykh al-Mufid. "The Infallibles – Taken from Kitab al he was born in Syria". Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2013. Diakses tanggal 12 May 2009. 
  6. ^ a b WOFIS (2001). A Brief History of the Fourteen Infallibles (edisi ke-3rd). Tehran: World Organization for Islamic Services. 
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama khallikan
  8. ^ Tabataba'i, Muhammad Husayn (1979). Shi'ite Islam. State University of New York Press. hlm. 201. 
  9. ^ a b al-MUFID, Syaikh; Sejarah para imam ahlulbait Nabi SAW. Jakarta: Lentera, 2005. ISBN 979-24-3304-X
  10. ^ ABIDIN, Imam Ali ibn al-Husain Zainal; ASH-SHAHIFAH AS-SAJJADIYYAH: kumpulan doa-doa mustajab Imam Ali Zainal Abidin AS cucu Baginda Nabi SAW. Jakarta: Lentera, 2005. ISBN 979-3018-95-X
  11. ^ a b c d e Keturunan Ali Zainal Abidin. Naqobatul Asyraf

Lihat pula

Pranala luar

Ali bin Husain
Cabang kadet Quraisy
Lahir: 4 January 659 Meninggal: 20 October 713
Jabatan Islam Syi'ah
Didahului oleh:
Husain bin Ali
Imam
680-713
Diteruskan oleh:
Muhammad al-Baqir