Hajar Aswad (bahasa Arab: ٱلْحَجَرُ ٱلْأَسْوَد, translit. Batu hitam, har. 'al-Ḥajaru al-Aswad') merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga.[1] Dalam keyakinan muslim disebutkan bahwa yang pertama kali menemukannya adalah Ismail dan yang meletakkannya adalah Ibrahim. Dalam sebuah riwayat, dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh Jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma yang unik dan ini merupakan aroma wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya, dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Ka'bah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Muhammad. Karena dia selalu menciumnya setiap saat tawaf.

Hajar Aswad pada bingkainya di Ka'bah
Pecahan Hajar Aswad sebagaimana yang tampak pada tahun 1850an, ilustrasi bagian depan dan samping
Para Jamaah Haji bertarung untuk dapat mencium Hajar Aswad, jika tidak dapat menciumnya, mereka akan menunjuknya dengan jari telunjuk tangan kanan mereka

Peletakkan Hajar Aswad oleh Muhammad

Disebutkan dalam sebuah cerita, pada saat Muhammad berusia 30 tahun, pada saat itu dirinya belum menerima wahyu kenabian, bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir yang melanda Kota Mekkah pada saat itu. Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad, Suku Quraisy berselisih, siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah, akan tetapi dapat diselesaikan dengan kesepakatan menunjuk seorang pengadil hakim yang memutuskan. Pilihan tersebut, ternyata jatuh pada Muhammad.[butuh rujukan]

Muhammad berkata pada mereka, “Berikan padaku sebuah kain”. Lalu didatangkanlah kain kepadanya, kemudian beliau mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan tangannya. Lalu beliau berkata, ” Hendaklah setiap kabilah memegang sisi-sisi kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!”. Mereka lalu melakukannya dan ketika telah sampai di tempatnya, Muhammad lalu menaruh Hajar Aswad sendiri dengan tangannya.[butuh rujukan]

Pesan keimanan

Keberadaan Hajar Aswad merupakan sebuah bentuk pesan keimanan kepada Allah oleh Nabi Ibrahim. Pesannya bahwa manusia tidak hanya melakukan taklif, tetapi dapat pula menyanggupinya. Pesan ini berkaitan dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk meninggikan bangunan Ka'bah. Nabi Ibrahim menyanggupinya dengan berdiri di atas batu tersebut. Nabi Ibrahim menyelesaikan peninggian bangunan Ka'bah dengan cara memindah-mindahkan batu tersebut untuk dinaikinya.[2]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Sheikh Safi-ur-Rehman al-Mubarkpuri (2002). Ar-Raheeq Al-Makhtum (The Sealed Nectar): Biography of the Prophet. Dar-us-Salam Publications. ISBN 978-1-59144-071-0. 
  2. ^ asy-Sya'rawi, M. Mutawalli (2007). Basyarahil, U., dan Legita, I. R., ed. Anda Bertanya Islam Menjawab. Diterjemahkan oleh al-Mansur, Abu Abdillah. Jakarta: Gema Insani. hlm. 28–29. ISBN 978-602-250-866-3. 

Daftar pustaka

21°25′21.02″N 39°49′34.58″E / 21.4225056°N 39.8262722°E / 21.4225056; 39.8262722

Pranala luar