Sunan Kalijaga

penyebar agama Islam di Indonesia
Revisi sejak 20 Desember 2024 06.27 oleh Henri Aja (bicara | kontrib) (Mengembalikan suntingan oleh 36.79.80.225 (bicara) ke revisi terakhir oleh Henri Aja)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Sunan Kalijaga merupakan Ulama' sekaligus penasehat pemerintahan di era Majapahit pada masa prabu Kertabhumi hingga Demak, Pajang, dan Mataram Awal. Beliau juga termasuk dalam anggota dewan Walisongo.

As-Syekh Raden Sahid
Ilustrasi Sunan Kalijaga
GelarSunan Kalijaga
Nasabbin Raden Ahmad Sahur
NisbahAl - Abdurrahman
Lahir1450 Tuban, Majapahit
Meninggal1592
Kadilangu, Demak, Kesultanan Mataram
Dimakamkan diKadilangu, Demak, Demak
Kebangsaan- Kerajaan Majapahit

- Kesultanan Demak
- Kesultanan Pajang

- Kesultanan Mataram
Jabatan~ Penasihat Majapahit, Demak, Pajang, Mataram
~ Dewan Walisongo
FirkahSunni
Murid dariSunan Bonang, Syekh Siti Jenar, Syekh Sutabaris, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati. Guru-gurunya
Istri
Keturunan
Pernikahan dengan Syarifah Zainab Dewi Sarah :
  • 1. Umar Said
  • 2. Dewi Ruqayyah
  • 3. Dewi Sofiah
Pernikahan dengan Dewi Sarokah :
Orang tuaRaden Ahmad Sahur (ayah)
Dewi Nawang Arum (ibu)

Selain menjadi Ulama' ia juga menjadi seniman, dan arsitek yang ulung. Salah satu media dakwahnya yang dikenal luas hingga sekarang adalah melalui pentas wayang kulit.

Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam.

Riwayat

Menjadi Murid Sunan Bonang

Menurut cerita, Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.

Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.

Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.

Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Penerus Dakwah

Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.

Keluarga

Berdasarkan keterangan dari Gus Fakhrul Wujud Al Qudsi, Sunan Kalijaga diketahui menikah dengan Syarifah Zainab Dewi Sarah binti Syekh Ishaq Tamsyi, dan mempunyai 3 putra :

  1. Sunan Muria,
  2. Dewi Ruqayyah,
  3. Dewi Sofiah

Sunan Kalijaga juga memiliki istri bernama Dewi Sarokah, yang merupakan puteri Sunan Gunung Jati dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :

  1. Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Sultan Trenggono
  2. Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
  3. Sunan Hadi, kelak menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala Perdikan Kadilangu.
  4. Raden Abdurrahman.
  5. Raden Ayu Penengah (Ibu dari Ki Panjawi.

Pemakaman

Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M).

Beliau dimakamkan di Daerah Kadilangu, Kabupaten Demak. Makam ini hingga sekarang, ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia.

Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak.

Warisan Budaya

Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu :

  • Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.
  • Dialah Penggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Ratu").
  • Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
  • Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Pusat Inspirasi

Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya :

Referensi

  • Soekirno, Ade (1994). Sunan Kalijaga: asal-usul mesjid agung demak: cerita rakyat Jawa Tengah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 9795534629.
  • Nasuhi, Hamid (2017). "Shakhṣīyat Sunan Kalijaga fī taqālīd Mataram al-Islāmīyah". Studia Islamika. Vol. 24 no. 1. Republic of Indonesia: Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. ISSN 2355-6145.
  • Chodjim, Achmad (2013). Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. ISBN 9789790242920.
  • Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p. 10. ISBN 0-333-57689-6.
  • Sunyoto, Agus (2014). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. 6th edition. Depok: Pustaka IIMaN. ISBN 978-602-8648-09-7
  • Sufisme Sunan Kalijaga