Daftar sultan Utsmaniyah

artikel daftar Wikimedia

Para sultan Wangsa Utsmaniyah menguasai wilayah kekuasaan transkontinental yang sangat luas mulai dari tahun 1299 hingga 1922. Pada puncak kejayaannya, Kesultanan Utsmaniyah berkuasa mulai dari Hongaria hingga ke bagian utara Somalia di sebelah selatan, dan dari Aljazair di sebelah barat hingga Irak di sebelah timur. Ibukotanya mula-mula adalah Bursa di Anatolia, kemudian dipindahkan ke Edirne pada tahun 1366 dan ke Konstantinopel atau Istanbul pada tahun 1453 setelah kejatuhan Konstantinopel yang merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur.[1] [2] Pada tahun 1617, hukum pergantian keturunan dalam kesultanan ini diubah dari "siapa yang kuat akan menang" menjadi suatu sistem yang didasarkan atas tingkat senioritas agnatik (ekberiyet), yaitu tahta akan diteruskan oleh laki-laki tertua dalam keluarga. Ini menyebabkan sejak abad ke-17 sultan yang meninggal jarang digantikan oleh putranya, tetapi biasanya oleh seorang paman atau saudara laki-laki.[3] Sistem "senioritas agnatik" (agnatic seniority) dipertahankan sampai pembubaran kesultanan, meskipun pada abad ke-19 ada usaha yang gagal untuk mengganti dengan sistem "primogeniture" (keturunan tertua).[4]

Sultan Utsmaniyah
Bekas Kerajaan
Imperial
Lambang Kesultanan
Suleiman I (1520–1566)
Penguasa pertama Osman Gazi
Penguasa terakhir Mehmed VI
Gelar Sapaan:
Hünkarım (Baginda)
Padişah efendim (Tuanku Kaisar)
Sultanım (Sultanku)
Kediaman resmi *Istana Topkapı (1460an–1853)
*Istana Dolmabahçe (1853–1889; 1909-1922)
*Istana Yıldız
(1889–1909)
Pendirian 27 Juli 1299
Pembubaran 1 November 1922

Status

Kesultanan Utsmaniyah adalah monarki mutlak pada hampir sepanjang sejarahnya. Pemimpin Utsmaniyah berada di puncak hierarki dan berperan sebagai pemimpin politik, militer, kehakiman, sosial, dan keagamaan, dan itu tercermin dalam berbagai gelar yang disandangnya. Secara teori, pemimpin Utsmaniyah hanya bertanggung jawab kepada Allah dan syariat-Nya yang mana dia adalah pelaksana dari syariat tersebut.

Meski pemimpin Utsmaniyah secara teori adalah pemimpin absolut, pada kenyataannya, pengaruhnya terbatas pada beberapa hal. Keputusannya sangat dipengaruhi oleh anggota penting dinasti, para pejabat, pihak militer, dan pemuka agama.[5] Mulai akhir abad keenam belas, sebagian besar kewenangan pemimpin Utsmaniyah dalam pemerintahan mulai dialihkan kepada wazir agung (setara perdana menteri). Para wanita dalam harem istana, biasanya ibu suri (valide sultan) atau permaisuri (haseki sultan) juga menjadi salah satu pihak paling berpengaruh dalam memandu kebijakan pemimpin Utsmaniyah. Pada masa yang disebut sebagai Kesultanan Wanita, para wanita harem bahkan memiliki pengaruh sangat besar dalam pemerintahan dan menjadi penguasa dari balik tirai.[6]

Gelar

Para pemimpin Utsmaniyah menyandang berbagai gelar yang tiap-tiap gelar memiliki makna tersendiri. Beberapa gelar tersebut antara lain 'sultan', 'khan', 'padişah', dan 'khalifah'.

Sebagai kepala negara

 
Standard Kesultanan Utsmaniyah

Meskipun daftar Sultan Utsmaniyah selalu dimulai dari Osman I yang merupakan bapak dari Wangsa Utsmaniyah, gelar sultan baru secara resmi digunakan pada masa Murad I, cucu Osman, yang berkuasa 1362 sampai 1389. Dua pemimpin Utsmaniyah sebelumnya, Osman dan Orhan, menggunakan gelar bey, gelar Turki yang dapat disejajarkan dengan adipati.

Di Indonesia dan Barat, pemimpin Utsmaniyah lebih dikenal dengan 'sultan'. Sultan adalah gelar pemimpin Islam yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna "kewenangan" atau "kekuatan". Gelar ini mulai digunakan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah dan perlahan digunakan untuk berbagai pemimpin Muslim berdaulat.Kedudukan gelar sultan lebih tinggi dari 'amir' dan tidak dapat dibandingkan dengan 'malik', gelar bahasa Arab untuk raja. Sejak abad keenam belas, gelar sultan tidak hanya digunakan oleh pemimpin Kesultanan Utsmaniyah, tetapi juga semua anggota Wangsa Utsmaniyah, juga permaisuri dan ibu suri, dengan laki-laki menggunakan gelar sultan di depan namanya, sedangkan wanita di belakang namanya. Misalnya, Şehzade Sultan Mehmed dan Mihrimah Sultan, putra dan putri Sultan Suleiman Al Qanuni. Penggunaan ini menegaskan konsep Utsmani terkait kekuasaan sebagai kewenangan keluarga.[7]

Bersama sultan, para pemimpin Utsmaniyah juga menggunakan gelar khan di belakang namanya (misal, Sultan Suleiman Khan). Khan adalah gelar bagi pemimpin bangsa Turki yang berasal dari Asia Tengah. Salah satu tokoh terkenal yang juga menggunakan gelar ini adalah Jengis Khan. Penggunaan gelar ini menunjukkan keterikatan Utsmaniyah dengan para pendahulu mereka yang berasal dari Asia Tengah.[7]

Gelar yang sering digunakan di kalangan masyarakat Utsmaniyah sendiri untuk merujuk pemimpin mereka adalah padişah (پادشاه, dibaca pa-di-syah)[8] yang berarti 'kaisar'. Hal ini sebagai pernyataan bahwa status Utsmaniyah berada di atas kerajaan sebagaimana status kaisar berada di atas raja. Gelar ini diadopsi dari bahasa Persia dan mulai digunakan pada masa Sultan Mehmed II.

Setelah penaklukan Konstantinopel pada 1453, Sultan Mehmed II juga menyandang gelar Kaysar-i-Rûm atau 'Kaisar Romawi'. Gelar ini menyatakan bahwa para pemimpin Utsmaniyah adalah pewaris dari Kekaisaran Romawi. Sultan Mehmed II juga menyatakan dirinya sebagai pelindung bagi Gereja Ortodoks.

Semua gelar kepala negara ini terus dipegang pemimpin Wangsa Utsmaniyah sampai dibubarkannya Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1922.

Sebagai pemimpin dunia Islam

Pemimpin Utsmaniyah juga menyandang gelar khalifah yang merupakan gelar bagi pemimpin dunia Islam. Gelar ini mulai diklaim oleh Murad I, meski pada saat itu Wangsa Abbasiyah yang berada dalam perlindungan Kesultanan Mamluk Mesir masih menyandang gelar khalifah secara resmi. Setelah penaklukan Kesultanan Mamluk oleh Utsmaniyah pada tahun 1517 di masa Sultan Selim I, Wangsa Abbasiyah menyerahkan gelar khalifah kepada pemimpin Utsmaniyah. Dengan ini, pemimpin Utsmaniyah secara simbolis berperan sebagai pemimpin dunia Islam, meski bukan pemimpin dalam artian kepala negara seluruh dunia Islam karena semua negara Islam memiliki pemimpin berdaulatnya sendiri.

Pada keberjalanannya, gelar khalifah tidak digunakan oleh pemimpin Utsmaniyah hampir selama dua abad sampai Utsmaniyah kalah perang dengan Kekaisaran Rusia yang saat itu dipimpin oleh Maharani Yekaterina II. Dalam Perjanjian Küçük Kaynarca (1774) antara Utsmaniyah dengan Rusia, pemimpin Utsmaniyah kemudian menggunakan statusnya sebagai khalifah (bukan sebagai sultan) untuk menegaskan kepemimpinan relijiusnya atas umat Muslim di Rusia.[9] Ini adalah pertama kalinya di masa Utsmaniyah, gelar khalifah digunakan di luar batas Kesultanan Utsmaniyah dan diakui oleh pihak Eropa.[10] Gelar ini lebih sering digunakan dan lebih nyata pengaruhnya pada masa Sultan Abdul Hamid II yang berusaha menyatukan dunia Islam untuk melawan pengaruh Barat yang semakin menguat. Dengan statusnya sebagai khalifah, Abdul Hamid II meminta pihak Kesultanan Sulu untuk tunduk dengan kekuasaan Amerika demi menghindari konflik yang lebih besar antara Barat dan Islam.[11] Kerjasama yang tercipta antara angkatan bersenjata Amerika dan Kesultanan Sulu tidak lain adalah bujukan Khalifah Utsmaniyah kepada pihak Kesultanan Sulu.[12]

Setelah Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan pada 1922, pemimpin Wangsa Utsmaniyah masih mempertahankan gelar khalifahnya selama dua tahun sampai kemudian lembaga kekhalifahan juga dibubarkan pada 1924. Dengan ini, Wangsa Utsmaniyah adalah keluarga besar terakhir yang menyandang gelar khalifah.

Daftar sultan

Tabel di bawah ini berisi informasi para sultan Utsmaniyah, juga kalifah Utsmaniyah, diurutkan berdasarkan kronologi. Tughra adalah lambang atau tanda kaligrafi yang digunakan oleh para sultan Utsmaniyah yang dituliskan pada semua dokumen resmi dan uang koin, dan lebih melambangkan sang sultan daripada portret sang sultan. Kolom "Catatan" berisi informasi mengenai hal paling menonjol dalam masa pemerintahan tiap sultan.

Pada generasi awal, biasanya ada jarak antara mangkatnya sultan lama dengan pelantikan sultan yang baru. Hal ini karena para pangeran ditugaskan untuk memerintah provinsi di luar ibukota sebagai bekal untuk menjadi sultan, sehingga para pangeran tersebut membutuhkan waktu dari tempat pelatihannya menuju ibukota untuk dilantik menjadi sultan yang baru. Setelah masa kekuasaan Sultan Ahmed I, para pangeran tidak diberi tugas memimpin sebuah daerah yang jauh, tetapi ditempatkan di istana.

# Sultan Potret Berkuasa sejak Berkuasa hingga Tughra Catatan
Emir Gazi
Ertuğrul Bey

أرطغرل غازی
Amîr Ghazi -
Tuan yang Terhormat
(b. 1191 - d. 1281)
1230 1281
[c]
Emir Gazi
Osman Bey

عثمان بن أرطغرل
Amîr Fakhr ud-din
Othman-Al Ghazi - The Esquire
(b. 1258 - d. 1324)
  1281 1299
[c]
Pendirian Kesultanan Utsmaniyah
(27 Juli 129920 Juli 1402)
1 Osman I
GHAZI (Pejuang)
BEY (Tuan Yang Terhormat)
KARA (Tanah atau Hitam) untuk keberaniannya
  1299 1324
[c]
2 Orhan I
GHAZI (Pejuang)
BEY (Tuan Yang Terhormat)
  1324 1362  
3 Murad I
HÜDAVENDİGÂR - Khodāvandgār -

(The God-like One)
(Sultan since 1383)

  1362 15 Juni 1389  
4 Bayezid I
YILDIRIM (Petir)
  15 Juni 1389 20 Juli 1402  
Ottoman Interregnum[d]
(20 Juli 14025 Juli 1413)
İsa Çelebi
Co-Sultan Anatolia
1403 1405
Emir (Amir)
Süleyman Çelebi

Sultan Rumelia Pertama
  20 Juli 1402 17 Februari 1411[18]
Musa Çelebi
Sultan Rumelia Kedua
  18 Februari 1411 5 Juli 1413[20]
Mehmed Çelebi
Sultan Anatolia
  1403 - 1406
(Sultan Teritorial Anatolia Timur)

1406 - 1413
(Sultan Anatolia)
5 Juli 1413
Kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah
(5 Juli 141329 Mei 1453)
5 Mehmed I
ÇELEBİ (Ramah)
KİRİŞÇİ (Pembuat Tali Busur) untuk dukungannya
  5 Juli 1413 26 Mei 1421  
6 Murad II
KOCA (Agung)
  25 Juni 1421 1444  
7 Mehmed II
FATİH (Penakluk)
  1444 1446  
Murad II
KOCA (Agung)
  1446 3 Februari 1451  
  • Masa pemerintahan kedua;
  • Dipaksa kembali bertakhta setelah terjadi pemberontakan Yanisari;[27]
  • Berkuasa sampai wafat.[24]
Perkembangan Kesultanan Utsmaniyah
(29 Mei 145311/12 September 1683)
Mehmed II
FATİH (Penakluk)
  3 Februari 1451 3 Mei 1481  
8 Bayezid II
VELÎ (Orang Suci)
  19 Mei 1481 25 April 1512  
9 Selim I
YAVUZ (Tegas)
(Khalifah Muslim Sejak 1517)
  25 April 1512 21 September 1520  
10 Suleiman I
Muhteşem (Yang Agung)

dan Kanuni (Pemberi Hukum)

  30 September 1520 6 or 7 September 1566  
11 Selim II
SARI (Kuning Kepirang-pirangan)
  29 September 1566 21 Desember 1574  
12 Murad III   22 Desember 1574 16 Januari 1595  
13 Mehmed III
ADLÎ (Adil)
  27 Januari 1595 20 or 21 Desember 1603  
14 Ahmed I
BAKHTÎ (Keberuntungan)
  21 Desember 1603 22 November 1617  
15 Mustafa I
DELİ (Teruji)
  22 November 1617 26 Februari 1618  
16 Osman II
GENÇ (The Young)
  26 Februari 1618 19 Mei 1622  
Mustafa I
DELİ (Teruji)
  20 Mei 1622 10 September 1623  
17 Murad IV
GHAZI (Pejuang)
  10 September 1623 8 or 9 Februari 1640  
18 Ibrahim I
DELİ (Pengatur)
  9 Februari 1640 8 Agustus 1648  
19 Mehmed IV
AVCI (The Hunter)
  8 Agustus 1648 8 November 1687  
Stagnasi Kesultanan Utsmaniyah
(11/12 September 168320 Oktober 1827)
20 Suleiman II   8 November 1687 22 Juni 1691  
21 Ahmed II
KHAN GHAZI (Pangeran Pejuang)
  22 Juni 1691 6 Februari 1695  
22 Mustafa II
GHAZI (Pejuang)
  6 Februari 1695 22 Agustus 1703  
23 Ahmed III   22 Agustus 1703 1 or 2 Oktober 1730  
24 Mahmud I
GHAZI (Pejuang)
KAMBUR (Bungkuk)
  2 Oktober 1730 13 Desember 1754  
25 Osman III
SOFU (Saleh)
  13 Desember 1754 29 or 30 Oktober 1757  
26 Mustafa III
YENİLİKÇİ (Inovatif Pertama)
  30 Oktober 1757 21 Januari 1774  
27 Abd-ul-Hamid I
Hamba Allah
  21 Januari 1774 6 or 7 April 1789  
28 Selim III
BESTEKÂR (Komposer)
  7 April 1789 29 Mei 1807  
29 Mustafa IV   29 Mei 1807 28 Juli 1808  
30 Mahmud II
ISLAHÂTÇI (Reformator)
  28 Juli 1808 1 Juli 1839  
Kemunduran Kesultanan Utsmaniyah
(20 Oktober 182724 Juli 1908)
31 Abd-ul-Mejid I
TANZİMÂTÇI (Reformis Kuat atau Advokat Reorganisasi)
  1 Juli 1839 25 Juni 1861  
32 Abd-ul-Aziz I   25 Juni 1861 30 Mei 1876  
33 Murad V
  30 Mei 1876 31 Agustus 1876  
34 Abd-ul-Hamid II
ULU HAN

(Khan yang Luhur)

  31 Agustus 1876 27 April 1909  
Pembubaran Kesultanan Utsmaniyah[e]
(24 Juli 190830 Oktober 1918)
35 Mehmed V
REŞÂD

(Pengikut Jalan Kebenaran)

  27 April 1909 3 Juli 1918  
Pembagian Kesultanan Utsmaniyah
(30 Oktober 19181 November 1922)
36 Mehmed VI
VÂHİD-ÜD-DÎN

(Pemersatu Agama (Islam) atau Kesatuan Islam)

  4 Juli 1918 1 November 1922  
Kekhalifahan Republik
( 18 November 1922 – 3 Maret 1924 )
Abd-ul-Mejid II
HALİFE

(Khalifah Islam Utsmaniyah Terakhir)

  18 November 1922 3 Maret 1924
[c]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Stavrides 2001, p. 21
  2. ^ Quataert 2005, p. 91
  3. ^ Quataert 2005, p. 92
  4. ^ Karateke 2005, pp. 37–54
  5. ^ Glazer 1996, "Ottoman Institutions"
  6. ^ Peirce, Leslie. "The sultanate of women". Channel 4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-03. Diakses tanggal 2009-04-18. 
  7. ^ a b Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire. New York: Oxford University Press, Inc. ISBN 0-19-507673-7. 
  8. ^ M'Gregor, J. (July 1854). "The Race, Religions, and Government of the Ottoman Empire". The Eclectic Magazine of Foreign Literature, Science, and Art. Vol. 32. New York: Leavitt, Trow, & Co. hlm. 376. OCLC 6298914. Diakses tanggal 2009-04-25. 
  9. ^ Glassé, Cyril, ed. (2003). "Ottomans". The New Encyclopedia of Islam. Walnut Creek, CA: AltaMira Press. hlm. 349–351. ISBN 978-0-7591-0190-6. OCLC 52611080. Diakses tanggal 2009-05-02. 
  10. ^ The Cambridge History of Islam I: The Central Islamic Lands (dalam bahasa Turki). Cambridge University Press. 1970. 
  11. ^ Mustafa Akyol (18 July 2011). Islam without Extremes: A Muslim Case for Liberty. W. W. Norton. hlm. 159–. ISBN 978-0-393-07086-6. 
  12. ^ J. Robert Moskin (19 November 2013). American Statecraft: The Story of the U.S. Foreign Service. St. Martin's Press. hlm. 204–. ISBN 978-1-250-03745-9. 
  13. ^ "Sultan Osman Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  14. ^ "Sultan Osman Gazi". Kementerian Budaya dan Pariwisata Republik Turki. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  15. ^ "Sultan Orhan Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  16. ^ "Sultan Murad Hüdavendigar Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  17. ^ "Sultan Yıldırım Beyezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  18. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul,2009,ISBN 975-6480-17-3 p 314
  19. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul, 2009, ISBN 975-6480-17-3 p 314
  20. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p 58-60.
  21. ^ Prof. Yaşar Yüce-Prof. Ali Sevim: Türkiye tarihi Cilt II, AKDTYKTTK Yayınları, İstanbul, 1991 p 74-75
  22. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p. 58-60.
  23. ^ "Sultan Mehmed Çelebi Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  24. ^ a b "Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  25. ^ a b "Chronology: Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-04-07. 
  26. ^ "Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  27. ^ Kafadar 1996, p. xix
  28. ^ "Chronology: Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2010-07-15. 
  29. ^ "Sultan II. Bayezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  30. ^ "Yavuz Sultan Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  31. ^ "Kanuni Sultan Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  32. ^ "Sultan II. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  33. ^ "Sultan III. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  34. ^ "Sultan III. Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  35. ^ "Sultan I. Ahmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  36. ^ a b "Sultan I. Mustafa". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  37. ^ "Sultan II. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  38. ^ "Sultan IV. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  39. ^ "Sultan İbrahim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  40. ^ "Sultan IV. Mehmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  41. ^ "Sultan II. Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  42. ^ "Sultan II. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  43. ^ "Sultan II. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  44. ^ "Sultan III. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  45. ^ "Sultan I. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  46. ^ "Sultan III. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  47. ^ "Sultan III. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  48. ^ "Sultan I. Abdülhamit Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  49. ^ "Sultan III. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  50. ^ "Sultan IV. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  51. ^ "Sultan II. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  52. ^ "Sultan Abdülmecid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  53. ^ "Sultan Abdülaziz Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  54. ^ "Sultan V. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  55. ^ "Sultan II. Abdülhamid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  56. ^ "Sultan V. Mehmed Reşad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  57. ^ "Sultan VI. Mehmed Vahdettin Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  58. ^ As̜iroğlu 1992, p. 13
  59. ^ As̜iroğlu 1992, p. 17
  60. ^ As̜iroğlu 1992, p. 14

Bacaan lanjutan

Pranala luar