Mado

nama kelompok keluarga luas di Nias
Revisi sejak 18 Juni 2020 01.50 oleh Arsenrex (bicara | kontrib) (Pembentukan: Perbaikan kesalahan ketik)

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Mado adalah sistem klan di Nias yaang bersifat patrilineal, didasarkan pada satu leluhur dan mencakupi beberapa keluarga luas. Mado merupakan sebuah istilah yang dipakai oleh penduduk Nias bagian utara, timur dan barat; sementara di Nias Selatan dan tengah dikenal dengan istilah Gana namun kata ini jarang sekali dipakai karena istilah Mado lebih populer dan banyak dipakai penduduk setiap harinya.

Yasonna Laoly
Yasonna (kiri) adalah seorang politikus berdarah Nias yang menggunakan mado Laoly yang seharusnya ditulis Laoli.

Kelompok kekerabatan orang Nias yang terkecil adalah Sangambatö yaitu keluarga batih (Nuclear family) . Tetapi kelompok yang terpenting bukanlah kelompok ini, melainkan kelompok yang lebih luas lagi yaitu Sangambatö Sebua yang hidup dalam suatu rumah, makan dari suatu dapur dan merupakan kesatuan ekonomi yang mengusahakan ladang atau sawah, sehingga merupakan suatu rumah tangga (Household).[1]

Keluarga luas (Ertended family) di Nias terdiri dari keluarga batih senior ditambah dengan keluarga-keluarga batih putra-putranya, jadi merupakan suatu Patrilineal Ertended Family. Keluarga luas patrilineal ini jika bersama dengan keluarga-keluarga luas patrilineal lainnya yang berasal dari satu leluhur laki-laki merupakan kelompok kerabat besar yang disebut Mado atau Gana. Mado atau gana ini dapat kita samakan dengan marga orang Batak. Istilahnya dalam Antropologi adalah klan besar patrilineal (Patrilineal Marimal Lineage).[2]

Asal Usul

Menurut mitologi Nias yang terdapat dalam Hoho mengenai riwayat asal-usul mado yang dinyanyikan adalah keturunan dari empat orang putra dan seorang cucu Sirao, seorang raja dari langit lapis pertama yang disebut Teteholiana'a yang telah diturunkan (nidada/nifailo) olehnya ke Tanö Niha. Anak-anak dan cucu Sirao inilah yang nantinya menjadi cikal bakal terbentuknya mado-mado terbesar dan desa-desa tertua di Nias. untuk para leluhur Ono Niha, mereka ialah:

  • Hiawalangi Sinada (Hia-Ho)
  • Gözö Helahela Danö (Gözö)
  • Daéli Bagambölölangi/Sangautalina (Daéli)
  • Hulu Börödanö (Hulu).

Pembentukan

Demi mempertahankan kehormatan dan nama, setelah Ayah meninggal dari beberapa anak (bagi bangsawan) akan membagi atau merebut sebagain desa dan penduduk dari klan atau öri warisan dari ayah mereka karena tidak ingin tunduk pada perintah saudara sendiri. Sehingga dalam satu öri atau klan terdapat beberapa desa lagi yang kemudian terjadi pembentukan mado-mado baru sebagai tanda bahwa penduduk itu adalah keturunan dari pemimpin öri tersebut.

Tidak heran jika mado yang awal dan tua pemilik mado lebih sedikit dari mado-mado yang baru. Sebagai contoh keturunan Hia, hanya sedikit yang menggunakan mado Hia, penduduknya lebih memakai nama dari pemimpin öri atau Si'ulu (pemimpin suatu desa) mereka.

Mado juga sangat berperan penting dikalangan masyarakat, konon bagi warga pendatang yang belum punya mado akan dianggap sebagai suatu yang kurang dihargai dan dikucilkan dalam hal adat-istiadat pada suatu desa. Sedangkan sekarang cara-cara seperti itu sudah mulai ditinggalkan masyarakat karena tuntunan agama dan rasa kepedulian terhadap sesama karena penduduk sudah berpendidikan. Untuk mengantisipasi hal tersebut seringlah terjadi adopsi mado dikarenakan faktor berikut:

  • Beliau adalah pendatang, bukan penduduk asli dikampung atau öri tersebut.
  • Beliau merupakan keturunan dari pernikahan silang, misalnya ayahnya si A adalah suku lain yang bukan patrilineal dan ibunya orang Nias. Maka kemungkinan anak akan mengadopsi mado ibunya jika berada ditengah-tengah masyarakat. Inilah yang sering terjadi terhadap orang-orang china tiongkok yang tinggal di Nias dengan mengadopsi mado ibunya sendiri.

Selain kedua hal yang disebut diatas, penyebab pembentukan mado dapat dilakukan secara massal oleh Si'ulu (kepala kampung) ataupun Tuhenöri (kepala öri/negeri) dalam wilayahnya, dimana baik yang sudah punya mado maupun belum punya akan dibuat mengikuti mado dari kepala negeri itu sendiri, misalnya kampung Siwalawa pernah melakukan adopsi mado secara massal menjadi mado Sarumaha. [butuh rujukan]

Mado sering dipakai untuk kebanggaan masing-masing kelompok ke kelompok lain, Misalnya jika pemimpin klan A adalah seorang yang adil, tangguh dan pemberani dalam perang, penduduk yang menggunakan mado dari namanya akan bangga bahkan sampai dibuat Hoho khusus untuk meriwayatkan cerita hidupnya secara turun-temurun.

Aturan-aturan

Mado merupakan semata Nama, yang kemudian menjadi nama belakang setiap pemakainya. Namun nama (mado) ini merujuk kepada sebuah golongan keluarga yang sangat luas dan turun-temurun, jadi nama (mado) ini menjadi sangat sensitif bagi golongan tertentu hingga tak semudah itu orang membuat mado atau mengadopsi sembarangan, sebab ini menjadi ujung tombak baik buruknya golongan keluarga itu walaupun dewasa ini pemuda-pemudi Nias jarang yang mengerti akan hal tersebut. hingga diberlakukan aturan-aturan tertentu disetiap öri di Nias.

Mado-mado di Nias dibuat atau diambil dari nama kakek moyang dari keturunan Sirao. Setelah itu anak dan cucu dari keturunan Sirao ini bisa membuat mado sendiri jika dia adalah Pemimpin dari sebuah klan (Tuhenöri) atau pemimpin sebuah desa (Si'ulu) dengan syarat menyembelih beberapa ekor ternak Babi. Tatkala jika keturunannya menjadi seorang Tuhenöri atau Si'ulu tidak lagi menggunakan mado ayahnya tapi membuat mado sendiri untuk pengenalan penduduknya.

Di perkampungan jika seseorang ingin berpindah atau mengubah mado-nya dan mengambil atau mengadopsi mado orang lain wajib memberitahu dan memberi alasan saat proses orahua (sejenis ruang diskusi) kepada Si'ulu dan menyembelih beberapa ternak Babi sebagai persyaratan utamanya. Biasanya orang mengganti mado-nya akan menjadi asing bagi kelompok mado yang dia miliki sebelumnya.

Kegunaan

Selain pengelompokan dan pengenalan keturunan, mado atau gana berfungsi sebagai tolong-menolong dalam bidang sosial dan ekonomi. Misalnya di Öri Onolalu jika sebuah keluarga dari mado A ingin menikahkan anaknya, maka selain saudara dan Nafulu yang memberi bantuan keuangan dan ternak, klan dari mado si A akan ikut berpartisipasi membantu. Dan ini berlaku seterusnya kepada anggota mado A yang lain secara bergilir. Juga dalam hal-hal lain, misalnya butuh biaya untuk membangun rumah, melanjutkan sekolah tinggi, Möi sökhi (istilah nias selatan) dan Momböi ana'a.

Dan yang terpenting mengurus dalam hal pembatasan jodoh dalam perkawinan. Pada orang Nias berlaku exogami pada mado atau gana, artinya setiap orang dilarang menikah dengan orang yang se-mado atau se-gana-nya karena dianggap sebagai saudara sedarah.[3]

Namun, exogami ini tidak terlalu ketat, karena ternyata dalam praktek ada juga orang yang menikah dengan orang se-mado nya. Hal ini bukan merupakan sumbang asalkan hubungan leluhurnya sudah mencapai sepuluh angkatan ke atas dalam Bahasa Nias “Fulu Nga'ötö Niha” .

Mado Fenomenal

Berikut beberapa mado nias yang paling dikenal orang mungkin karena penggunanya banyak atau pengguna mado tersebut adalah seorang tokoh yang dikenal luas masyarakat.

B
  • Baeha
  • Bu'ulölö
  • Bawaulu
  • Bazikho
D
  • Dachi/Dakhi
  • Daeli
  • Daya
  • Duha
F
  • Fau
  • Famaugu
G
  • Gaho
  • Gea
  • Giawa
  • Gulö
  • Gaurifa
H
  • Halawa
  • Harefa
  • Harita
  • Hondrö
L
  • Lafau
  • Laia
  • Laoli/Laoly
M
  • Maduwu
  • Manaö
  • Mendröfa
N
  • Nazara
  • Ndruru
  • Nehe
S
  • Sarumaha
  • Sihura

W

  • Waruwu
Z
  • Zagötö
  • Zai
  • Zalukhu
  • Zebua
  • Zega

Marga yang asing didengar seperti mado Buaya, Baewa, Harimao, Dawölo, Domo, Farasi, Falakhi, Göri, Haö, Hao, Hoya, Harimao, Halu, Hafö, Laso, Lömbu, Lawölö, Lamölö, Lawelu, Laweni, Löndru Go'o, Lugu, Laya, Meha, Nadoya, Sadawa, Sa'oiagö, Saro, Sisökhi, Silötö, Talunohi, Tazira, dan Zamasi. Mado tersebut bukannya tidak ada, namun karena penggunanya sedikit sehingga sedikit juga orang yang tau keberadaan pengguna mado itu bahkan ada juga orang yang tidak mengetahui itu mado dari nias. [butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ James Dananjaya, Majalah PENINJAU, Ononiha: Penduduk Pulau Nias, Hal. 98-102, bagian III
  2. ^ James Dananjaya, Majalah PENINJAU, Ononiha: Penduduk Pulau Nias, Hal. 98-102, bagian III
  3. ^ James Dananjaya, Majalah PENINJAU, Ononiha: Penduduk Pulau Nias, Hal. 98-102, bagian III