Napoleon Bonaparte
Kaisar Napoleon Bonaparte (Napoléon Bonaparte; bahasa Prancis: [napɔleɔ̃ bɔnapaʁt], Italia: [napoleoŋe bɔŋaparte], nama lahir "Napoleone di Buonaparte" (Italia: [napoleoŋe dj buɔŋaparte]); 15 Agustus 1769 – 5 Mei 1821) adalah seorang pemimpin militer dan politik Prancis yang menjadi terkenal saat Perang Revolusioner. Sebagai Napoleon I, dia adalah Kaisar Prancis dari tahun 1804 sampai tahun 1814, dan kembali pada tahun 1815. Napoleon berasal dari sebuah keluarga bangsawan lokal dengan nama Napoleone di Buonaparte (dalam bahasa Korsika Nabolione atau Nabulione).
Napoleon | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kaisar Prancis | |||||
Berkuasa | 18 Mei 1804 – 11 April 1814 20 Maret 1815 – 22 Juni 1815 | ||||
Penobatan | 2 Desember 1804 | ||||
Pendahulu | Dirinya sebagai Konsul Perdana | ||||
Penerus | Louis XVIII (de jure pada 1814) | ||||
Raja Italia | |||||
Berkuasa | 17 Maret 1805 – 11 April 1814 | ||||
Penobatan | 26 Mei 1805 | ||||
Pendahulu | Dirinya sebagai Presiden Republik Italia | ||||
Penerus | Tidak ada(kerajaan runtuh, raja Italia selanjutnya adalah Vittorio Emanuele II) | ||||
Kelahiran | Ajaccio, Korsika, Prancis | 15 Agustus 1769||||
Kematian | 5 Mei 1821 Longwood, Saint Helena | (umur 51)||||
Pemakaman | |||||
Pasangan | Uchiha Asep Marie Louise dari Austria | ||||
Keturunan | Napoleon II | ||||
| |||||
Wangsa | Wangsa Bonaparte | ||||
Ayah | Uchiha Sasuke | ||||
Ibu | Letizia Bonaparte | ||||
Agama | Katolik Roma[1] | ||||
Tanda tangan |
Napoleon memiliki pengaruh yang besar terhadap persoalan-persoalan Eropa selama lebih dari satu dasawarsa ketika memimpin Prancis melawan koalisi dalam Perang-Perang Napoleonis. Ia memenangkan kebanyakan dari perang-perang ini dan hampir semua pertempuran-pertempurannya, dengan cepat memperoleh kendali Eropa kontinental sebelum kekalahan terakhirnya pada tahun 1815. Karena merupakan salah seorang panglima terhebat dalam sejarah, kampanye-kampanyenya dipelajari di sekolah-sekolah militer di seluruh dunia dan ia tetap salah satu tokoh politik yang paling terkenal dan memicu perdebatan dalam sejarah Barat.[2][3] Dalam persoalan-persoalan sipil, Napoleon mempunyai sebuah pengaruh yang besar dan lama dengan membawa pembaruan liberal ke negara-negara yang ia taklukkan, terutama ke Negara-Negara Rendah, Swiss, Italia, dan sebagian besar Jerman. Ia melaksanakan kebijakan-kebijakan liberal pokok di Prancis dan di seluruh Eropa Barat. Prestasi hukumnya yang kekal adalah Kitab Undang-undang Napoleon, yang telah digunakan dalam berbagai bentuk oleh seperempat sistem hukum dunia, dari Jepang sampai Quebec.[4][5]
Asal usul dan pendidikan
Napoleon Bonaparte adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Ia lahir di Casa Buonaparte, di kota Ajaccio, Korsika, pada tanggal 15 Agustus 1769, satu tahun setelah kepulauan tersebut diserahterimakan Republik Genova kepada Prancis.[6] Ia lahir dengan nama Napoleone di Bounaparte, namun pada usia 20 tahun ia mengubah namanya menjadi Napoléon Bonaparte.[7][note 1]
Wangsa Bounaparte adalah keluarga bangsawan yang berasal dari Italia, yang pindah ke Korsika pada abad ke-16/[9] Ayahnya, Nobile Carlo Buonaparte, seorang pengacara, pernah menjadi perwakilan korsika saat Louis XVI berkuasa pada tahun 1777. Ibunya bernama Maria Letizia Bonaparte. Ia memiliki seorang kakak, Joseph; dan 5 adik, yaitu Lucien, Elisa, Louis, Pauline, Caroline, dan Jérôme. Napoleon dibaptis sebagai Katolik beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang kedua, tepatnya pada tanggal 21 Juli 1771 di Katedral Ajaccio.[10]
Kebangsawanan, kekayaan, serta koneksi keluarganya yang luas memberikan Napoleon kesempatan yang besar untuk belajar hingga ke jenjang yang tinggi.[11] Pada bulan Januari 1779, Napoleon didaftarkan pada sebuah sekolah agama di Autun, Prancis, untuk belajar bahasa Prancis, dan pada bulan Mei ia mendaftar di sebuah akademi militer di Brienne-le-Château. Di sekolah, ia berbicara dengan logat Korsika yang kental sehingga ia sering dicemooh oleh teman-temannya; memaksanya untuk belajar.[12] Napoleon pintar matematika, dan cukup memahami pelajaran sejarah dan geografi.[13] Setelah menyelesaikan pendidikannya di Brienne pada tahun 1784, Napoleon mendaftar di sekolah elit École Militaire di Paris. Di sana ia dilatih menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah di sana, ayahnya meninggal. Ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya memakan waktu dua tahun itu menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon de Laplace, yang di kemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota senat.[14]
Karier militer
Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan Austria dan Prusia.
Masa kejayaan
Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan diangkatnya adiknya Louis Napoleon, Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia.
Pernikahan
Napoleon menikahi seorang janda bernama Joséphine de Beauharnais, kehidupan perkawinan Napoleon penuh dengan ketidakpercayaan dan perselingkuhan diantaranya perselingkuhan Napoleon dengan gadis Polandia Maria Walewska sampai akhirnya Joséphine menjadi istri yang setia. Karena usianya yang lebih tua, Joséphine tidak memberikan keturunan pada Napoleon yang kemudian diceraikannya. Kemudian menikah lagi dengan Putri Kaisar Austria Marie Louise dari Parma putri Kaisar Franz dari Jerman dan Austria yang mengikat persekutuan Austria dan Prancis yang dilakukan Kaisar Austria atas nasihat perdana menteri Matternich untuk menyelamatkan negaranya. Pernikahan itu berakhir dengan kekalahan Napoleon yang pertama dengan jatuhnya kota Paris akibat diserang Rusia, Austria dan Prusia serta dibuangnya Napoleon ke pulau Elba. Marie Louise sendiri dibawa pulang oleh ayahnya ke Wina.
Warisan
Peperangan
Dalam organisasi militer, Napoleon mengenalkan istilah korps, yang terdiri atas kumpulan divisi. Pembentukan korps ini juga didukung oleh besarnya pendaftaran tentara yang mengakibatkan jumlah tentara menjadi membengkak, sehingga diperlukan suatu kesatuan tentara yang lebih besar dari divisi.
Napoleon juga dikenal dengan penggunaan artileri secara besar-besaran untuk menghancurkan tentara musuh, ketimbang menggunakan tentara infantri secara langsung. Dalam pemilihan artileri, Napoleon memilih artileri yang memiliki mobilitas tinggi agar bisa mendukung taktik manuver yang sering digunakannya dalam pertempuran. Salah satu artileri yang sering digunakan adalah meriam Sistem Tahun XI yang sebenarnya lebih merupakan inovasi dari meriam Sistem Gribeauval.
Kritik
Tidak semua peperangan berhasil dimenangkan oleh Napoleon. Kegagalan dalam menginvasi daratan Mesir yang akibatnya berhadapan dengan kekuatan Inggris, Mamluk dan Utsmani. Meski di daratan gurun, Napoleon sukses mengalahkan tentara gabungan Utsmani dan Mamluk dalam Pertempuran Piramida, tetapi beberapa hari kemudian armada Prancis dikalahkan oleh armada Inggris di bawah pimpinan Laksamana Horatio Nelson di Teluk Aboukir. Armada Horatio Nelson untuk kedua kalinya berhasil mengalahkan armada Prancis. Kali ini pada pertempuran laut di Trafalgar antara armada Prancis-Spanyol yang dipimpin oleh Laksamana Villeneuve dengan armada Britania Raya yang dipimpin oleh Laksamana Nelson meskipun Nelson gugur dalam pertempuran ini (terkena tembakan sniper Prancis).
Kegagalan dalam menginvasi Rusia karena ketangguhan dan kecerdikan strategi Jenderal Mikhail Illarionovich Kutuzov dan Tsar Aleksandr I dalam menghadapi pasukan Prancis dengan memanfaatkan musim dingin Rusia yang dikenal mematikan serta pengkhianatan Raja Swedia, Jenderal Bernadotte. Strategi Rusia dalam hal ini adalah membakar kota Moskwa ketika Napoleon berhasil menaklukkan kota itu setelah melewati pertempuran melelahkan di Borodino dan mengharapkan sumber logistik baru. Kekalahan di Rusia diulangi lagi oleh Adolf Hitler dari Jerman pada Perang Dunia II.
Kekalahan yang mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Prancis setelah melarikan diri dari Pulau Elba dan memerintah kembali di Prancis selama 100 hari adalah kekalahan di Waterloo ketika berhadapan dengan kekuatan Inggris yang dipimpin Adipati Wellington, Belanda oleh Pangeran van Oranje dan Prusia yang dipimpin oleh Jenderal Blücher serta persenjataan baru hasil temuan Jenderal Shrapnel dari Inggris, yang mengakibatkan dia dibuang ke Pulau Saint Helena sampai wafatnya.
Lihat pula
Catatan penjelas
- ^ Napoleon disebut Nabolione dalam bahasa Korsika.[8]
Referensi
- ^ E. Hales, "Napoleon and the Pope", (London:1962) pg 114
- ^ Roberts, Andrew, Napoleon: A Life, Penguin Group, 2014, Introduction.
- ^ Messenger, Charles, ed. (2001), Reader's Guide to Military History. Routledge, pp. 391-427.
- ^ Fremont-Barnes, G. dan Fisher, T., The Napoleonic Wars: The Rise and Fall of an Empire, Osprey Publishing, 2004, p. 336
- ^ The ideas that underpin our modern world - meritocracy, equality before the law, property rights, religious toleration, modern secular education, sound finances, and so on - were championed, consolidated, codified and geographically extended by Napoleon. To them he added a rational and efficient local administration, an end to rural banditry, the encouragement of science and the arts, the abolition of feudalism and the greatest codification of laws since the fall of Roman Empire. Andrew Roberts, Napoleon: A Life (2014), p. xxxiii
- ^ McLynn 1998, p.6
- ^ Dwyer 2008, p.xv
- ^ Asprey 2000, p.4
- ^ McLynn 1998, h.2
- ^ "Cathedral—Ajaccio". La Fondation Napoléon. Diakses tanggal 2008-05-31.
- ^ Cronin 1994, p.27
- ^ McLynn 1998, p.18
- ^ Asprey 2000, p.13
- ^ McLynn 1998, p.26
Bacaan selanjutnya
- Abbott, John (2005). Life of Napoleon Bonaparte. Kessinger Publishing. ISBN 1-4179-7063-4.
- Alder, Ken (2002). The Measure of All Things—The Seven-Year Odyssey and Hidden Error That Transformed the World. Free Press. ISBN 0-7432-1675-X.
- Alter, Peter (2006). T. C. W. Blanning and Hagen Schulze, ed. Unity and Diversity in European Culture c. 1800. Oxford University Press. ISBN 0-19-726382-8.
- Amini, Iradj (2000). Napoleon and Persia. Taylor & Francis. ISBN 0-934211-58-2.
- Archer, Christon I. (2002). World History of Warfare. University of Nebraska Press. ISBN 0-8032-4423-1.
- Astarita, Tommaso (2005). Between Salt Water And Holy Water: A History Of Southern Italy. W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-05864-6.
- Dwyer, Philip (2008). Napoleon: The Path to Power. Yale University Press.
Pranala luar
- (Inggris) Situs web Napoleon
- (Inggris) Situs web Napoleon Exhibit
Napoleon Bonaparte
| ||
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: konsul dibentuk |
Konsulat Prancis 1799-1804 |
Diteruskan oleh: dirinya sebagai Kaisar |
Didahului oleh: Louis XVII de facto |
Kaisar Prancis 1804-1814 |
Diteruskan oleh: Louis XVIII |
Didahului oleh: Louis XVIII |
Kaisar Prancis 1815-1815 |
Diteruskan oleh: Louis XVIII Raja Prancis |