Wiranto
Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Wiranto, S.H., S.I.P., M.M. (lahir 4 April 1947 [3]) adalah politikus Indonesia, dan tokoh militer Indonesia. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden sejak 13 Desember 2019. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada reshuffle Kabinet Kerja kedua menggantikan Luhut Binsar Panjaitan hingga 20 Oktober 2019. Wiranto juga pernah menjabat Panglima TNI periode 1998–1999. Setelah menyelesaikan jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat pada periode 2006–2010, dia kembali terpilih untuk masa jabatan yang kedua (2010–2015) dan kembali terpilih lagi pada periode 2015–2020 pada Munas II Hanura yang diadakan pada 13–15 Februari di Solo, Jawa Tengah.[4]
Wiranto | |
---|---|
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia ke-5 | |
Mulai menjabat 13 Desember 2019 | |
Presiden | Joko Widodo |
Pengganti Petahana | |
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia ke-6 | |
Masa jabatan 27 Juli 2016 – 20 Oktober 2019 | |
Presiden | Joko Widodo |
Masa jabatan 29 Oktober 1999 – 15 Februari 2000 | |
Presiden | Abdurahman Wahid |
Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia ke-19 | |
Masa jabatan 14 Maret 1998 – 20 Oktober 1999 | |
Presiden | Soeharto Bacharuddin Jusuf Habibie |
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-12 | |
Masa jabatan 16 Februari 1998 – 26 Oktober 1999 | |
Presiden | Soeharto Bacharuddin Jusuf Habibie Abdurrahman Wahid |
Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-19 | |
Masa jabatan 13 Juni 1997 – 16 Februari 1998 | |
Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia ke-13 | |
Masa jabatan 31 Oktober 2016 – 6 November 2020 | |
Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat ke-1 | |
Masa jabatan 21 Desember 2006 – 21 Desember 2016 | |
Pendahulu Tidak ada, jabatan baru | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 4 April 1947 Yogyakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Golongan Karya (1999–2006) Partai Hati Nurani Rakyat (2006–) |
Suami/istri | Rugaiya Usman (m. sesudah 1975) |
Anak | 1. Amalia Sianti 2. Maya Wiranto 3. Zainal Nur Rizki |
Orang tua | RS Wirowijoto (ayah) Suwarsijah (ibu) |
Tempat tinggal | Jl. Palem Kartika No. 21, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta[1] |
Almamater |
|
Pekerjaan | Tentara Politikus |
Tanda tangan | Berkas:Sign Wiranto.png |
Situs web | www.wiranto.com www.facebook.com/wiranto.official twitter.com/wiranto1947 |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1968–1999 |
Pangkat | Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri |
Sunting kotak info • L • B |
Ayahnya, RS Wirowijoto adalah seorang guru sekolah dasar, dan ibunya bernama Suwarsijah. Pada usia satu bulan, Wiranto dibawa pindah oleh orang tuanya ke Surakarta akibat agresi Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta inilah ia kemudian bersekolah hingga menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA Negeri 4 Surakarta).
Pendidikan
- SMA Negeri 4 Surakarta (1964)
- Akademi Militer Nasional (1968)
- Sekolah Staf dan Komando TNI AD (1984)
- Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi Negara (1995)
- Lemhannas RI (1995)
- Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer (1996)
- STIE IPWIJA, Magister Manajemen (2006)
- Universitas Negeri Jakarta, Doktor bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (2012)
Karier militer
Wiranto pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto tahun 1987–1991. Setelah sebagai ajudan presiden, karier militer Wiranto semakin menanjak ketika ditunjuk sebagai Kepala Staf Kodam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, dan KASAD.
Selepas KASAD, ia ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Panglima ABRI (sekarang Panglima TNI) pada Maret 1998.
Berikut adalah jabatan yang pernah dipegang Wiranto:
- Danton Yonif 712/Wiratama
- Danton Yonif 713/Satyatama
- Danki Yonif 712/Wiratama
- Danki Yonif 713/Satyatama
- Wadan Yonif 712/Wiratama
- Wadan Yonif 713/Satyatama
- Karoteknik Ditbang Pussenif (1983)
- Kadep Milnik Pussenif (1984)
- Kasbrigif-9 Kostrad (1985)
- Waasops Kaskostrad (1987)
- Asops Kasdivif-2 Kostrad (1988)
- Ajudan Presiden Republik Indonesia (1989–1993)
- Kasdam Jayakarta (1993)
- Pangdam Jayakarta (1994)
- Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) (1996)
- Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) (1997)
- Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) RI (1998)
- Panglima Tentara Nasional Indonesia (Panglima TNI) (1999)
Jenjang kepangkatan
Berikut adalah jenjang kepangkatan Wiranto:
- Letda Inf (1968)
- Lettu Inf (1971)
- Kapten Inf (1973)
- Mayor Inf (1979)
- Letkol Inf (1982)
- Kolonel Inf (1989)
- Brigjen TNI (1993)
- Mayjen TNI (1994)
- Letjen TNI (1996)
- Jenderal TNI (10-06-1997)
Karier sipil
Selepas menjadi Panglima TNI, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid. Namun kemudian mengundurkan diri sesuai dengan Surat Resmi yang dikirimkan dan mendapat balasan dari Gusdur. Pada 26 Agustus 2003, ia meluncurkan buku otobiografi dengan judul Bersaksi di Tengah Badai yang berisi tentang fakta yang mendukung bahwa Indonesia dan TNI sebagai "Unity" tidak pernah melakukan perencanaan melakukan pelanggaran HAM.
Setelah memenangi konvensi Partai Golkar atas Ketua Umum Partai Golkar Ir. Akbar Tandjung, ia melaju sebagai kandidat presiden pada 2004. Bersama pasangan kandidat wakil presiden Salahuddin Wahid, langkahnya terganjal pada babak pertama karena menempati urutan ketiga dalam Pilpres 2004.
Saat menjadi Panglima ABRI, Wiranto berada dalam berbagai masa transisi. Salah satu proses yang harus dihadapi antara lain adalah saat Timor Timur ingin melepaskan diri dari Republik Indonesia. Saat itu kebijakan dari Presiden Habibie adalah melaksanakan referendum sesuai dengan permintaan beberapa negara yang diuntungkan dengan pisahnya Timor Timur terlepas. Wiranto yang saat itu menjabat menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Terdapat tuduhan seperti adanya pembakaran rumah penduduk oleh milisi pro dan anti kemerdekaan atas perintah dari Wiranto sebagai Panglima tertinggi saat itu, namun tidak terbukti.
Setelah purna tugas kemiliteran, Wiranto dua kali menjadi menteri pada era Presiden Gus Dur, dan kembali menajadi menteri pada era Presiden Joko Widodo.
Menyongsong Pemilu 2009
Pada 21 Desember 2006, ia mendeklarasikan Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura) dan tampil sebagai ketua umum partai. Deklarasi partai dilakukan di Hotel Kartika Chandra, Jakarta dan dihadiri ribuan orang dari berbagai kalangan. Mantan presiden Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tanjung, mantan wakil presiden Try Sutrisno, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring, mantan KSAD Ryamizard Ryacudu, mantan Menko Ekuin Kwik Kian Gie, dan tokoh senior Partai Golkar Oetojo Oesman menghadiri peresmian partainya.
Deklarasi partai juga dihadiri sejumlah pengurus, yaitu mantan Sekjen Partai Golkar Ary Mardjono, mantan Gubernur Jawa Tengah H. Ismail, mantan menteri pemberdayaan perempuan Tuty Alawiyah AS, Yus Usman Sumanegara, mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, mantan KSAD Jenderal TNI (Purn) Subagyo HS, mantan Wapangab Jenderal TNI (Purn) H. Fachrul Razi, mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Chaerudin Ismail, Marsda TNI (Purn) Budhi Santoso, Suadi Marasabessy, Mayor Jenderal TNI (Purn) Aspar Aswin, Laksda TNI (Purn) Handoko Prasetyo RS, Mayor Jenderal TNI (Purn) Aqlani Maza, Mayor Jenderal (Purn) Djoko Besariman, Mayor Jenderal (Purn) Iskandar Ali, Samuel Koto, dan mantan Menkeu Fuad Bawazier, pendiri Partai Bintang Reformasi Djafar Badjeber, pengacara Elza Syarief dan Gusti Randa.
Pada 17 Januari 2007, ia bertemu dengan Ketua DPR-RI Agung Laksono di Kompleks Parlemen, Senayan (Jakarta). Pertemuan itu menjadi langkah awal dalam menyosong Pemilu Presiden 2009. Ia menyatakan kesiapannya berhadapan kembali dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jika mencalonkan kembali.
Calon presiden dan wakil presiden
Setelah Pemilu Legislatif 2009, tepatnya pada 1 Mei 2009, Wiranto bersama Jusuf Kalla (Capres Partai Golkar), mengumumkan pencalonannya sebagai pasangan capres-cawapres yakni Jusuf Kalla sebagai capres dan Wiranto sebagai cawapres yang diusung Partai Golkar dan Partai Hanura. Pasangan ini juga menjadi pasangan yang pertama mendaftar di KPU. Pasangan JK-Wiranto mendapat nomor urut tiga dan disingkat menjadi JK-WIN.
Pada tahun 2014, Wiranto sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan konglomerat media dan bos dari MNC Group, Hary Tanoesoedibjo. Namun rencana tersebut akhirnya urung dilakukan mengingat minimnya perolehan suara Partai Hanura dalam pemilihan legislatif 2014.
Kasus
Kontroversi dan dugaan pelanggaran HAM
Wiranto diduga terlibat dalam kejahatan perang di Timor Timur (saat ini bernama Republik Demokratik Timor Leste) tahun 1999.[5] Bersama lima perwira militer lainnya yang diduga terlibat, Wiranto didakwa oleh pengadilan (PBB) ikut terlibat dalam tindak kekerasan pada tahun 1999 yang terjadi selama dan setelah berlangsungnya referendum kemerdekaan Timor Leste.
Peradilan Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia menolak untuk menyelidiki perwira dan aparat kepolisian yang dituduh terlibat pelanggaran HAM dalam pembebasan Timor Timur. Penolakan untuk memejahijaukan itu dianggap melecehkan bukti yang telah ada. Wiranto dan lima perwira lainnya tersebut masuk dalam daftar tersangka penjahat perang dan dilarang masuk ke Amerika Serikat.[6]
Jaksa Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menyarankan Timor Leste mengeluarkan surat penangkapan internasional bagi bekas Panglima TNI Jenderal tersebut. Nicholas Koumjian, seorang jaksa PBB dari Pengadilan Khusus Kriminal Serius di Dili mengatakan, Wiranto semestinya bertanggung jawab atas insiden berdarah tahun 1999 itu. Dia juga mengatakan bahwa Wiranto telah gagal melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin kekuatan militer dan polisi di Timor Timur untuk mencegah terjadinya kejahatan melawan kemanusiaan dan gagal menghukum pelaku kejahatan itu.[5]
Penusukan
Pada 10 Oktober 2019 sekitar pukul 11.50 WIB, Wiranto ditusuk dengan senjata tajam oleh seorang pria di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten. Akibatnya, Wiranto mengalami luka tusuk di tubuh bagian depan. Selain Wiranto, penyerangan itu membuat Kapolsek Menes Kompol Dariyanto yang ada di lokasi terluka. Anak buah Wiranto juga terluka akibat serangan itu.[7] Tersangka atas nama Syahril Alamsyah alias Abu Rara, kelahiran Medan, 24 Agustus 1968,[8] dan seorang wanita yang diduga bersama pelaku, atas nama Fitri Andriana, kelahiran Brebes, 5 Mei 1998 ini berhasil diamankan.[9]
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, kedua pelaku penyerangan terhadap Wiranto, diduga terpapar paham radikal Negara Islam Irak dan Syam dan pascainsiden, ia harus dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk pertolongan pertama dan dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.[10]
Penghargaan
Tanda Jasa
- Bintang Mahaputra Adipradana
- Bintang Dharma
- Bintang Yudha Dharma Utama
- Bintang Kartka Eka Paksi Utama
- Bintang Jalasena Utama
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama
- Bintang Bhayangkara Utama
- Bintang Yudha Dharma Pratama
- Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
- Bintang Yudha Dharma Nararya
- Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
- Bintang Veteran Timur Tengah
- Bintang Kehormatan Dari Spanyol
- Bintang Kehormatan Dari Australia
- Bintang Kehormatan Dari Belanda
- Pingat Jasa Gemilang (Singapura)
- Bintang Kehormatan Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang (DPKT) Dari Brunai Darusalam
- Bintang Darjah Panglima Mangku Negara (PMN) dari Pemerintah Malaysia
- SL. Kesetiaan XXIV
- SL. Penegak G-30-S/Pki
- SL. Seroja
- SL. Wira Karya
- SL. Dwidya Sistha
- Maggala/Wirakarya Kencana
Brevet
- Brevet Komando Kopassus
- Brevet Jump Master (Kopassus)
- Wing Penerbad
- Brevet Ranger Airborne
- Wing Penerbang TNI AU
- Brevet Hiu Kencana
Organisasi
- Hanura (Partai Hati Nurani Rakyat), Ketua Umum
- Perhimpunan Kebangsaan, Ketua Dewan Pertimbangan Nasional
- Matla’ul Anwar, Ketua Dewan Amanat
- ICMI, Penasehat
- SOKSI, Penasehat
- PSSI, Ketua Dewan Pembina
- IDe Indonesia, Ketua Dewan Eksekutif
- PPMI, Ketua
- Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat Desa (PRAJA), Pembina
- Paguyuban Warung Tegal, Ketua Dewan Pembina
- Paguyuban Spiritual Indonesia, Pembina
Buku dan Karya
- Bersaksi di Tengah Badai Penerbit: Institute for Democracy of Indonesia, Jakarta. ISBN 979-96845-I-X
- Meluruskan Jalan Demokrasi Penerbit: Institute for Democracy of Indonesia, Jakarta. ISBN 979-97721-3-3
- Meretas Jalan Baru Ekonomi Indonesia Penerbit: Institute for Democracy of Indonesia, Jakarta. ISBN 979-97721-4-1
Referensi
- ^ "Menyambangi Rumah Wiranto di Atas Lahan 1,9 Ha". Kompas.com. 2009-05-20. Diakses tanggal 2021-07-17.
- ^ "Wiranto". LHKPN.
- ^ http://www.hanura.com/content/view/30/28/ Profil Ketua Umum Partai Hanura
- ^ Artikel:"Tanpa Saingan, Wiranto Kembali Jadi Ketua Umum Hanura" di Kompas.com
- ^ a b Yandrie Arvian. "Nababan: Mencuatnya Kasus Wiranto Bukti Ketidakpuasan Internasional". tempo.co. Diakses tanggal 11 Maret 2014.
- ^ Washington Post, Edy Can. "Wiranto dan Lima Perwira Militer Dilarang Masuk Amerika". tempo.co. Diakses tanggal 11 Maret 2014.
- ^ "Kronologi Penusukan Wiranto di Pandeglang". news.detik.com. 10 Oktober 2019.
- ^ JawaPos.com (2019-10-12). "Bertitel SH, Abu Rara Sempat Stres 2 Kali Ditinggal Kabur Istri". JawaPos.com. Diakses tanggal 2019-10-14.
- ^ "Kronologi Penusukan Wiranto". vivanews.com. 10 Oktober 2019.
- ^ "Penusuk Wiranto Diduga Terpapar Paham Radikal ISIS". nasional.tempo.co. 10 Oktober 2019.
- Kompas, 22 Desember 2006
- Wiranto Terpilih Lagi, Hanura Dibenahi; Kompas pada Februari 2010
- Tempo, 22 Desember 2006
- http://news.okezone.com/read/2014/12/03/17/1074104/wiranto
Pranala luar
- (Indonesia) Bio Wiranto di Ensiklopedi Tokoh Indonesia Diarsipkan 2012-04-16 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Profile H. Wiranto. SH di pemiluindonesia.com Diarsipkan 2008-12-01 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Situs resmi Sahabat Muda Jusuf Kalla-Wiranto
- (Indonesia) Situs resmi Jusuf Kalla - Wiranto untuk Presiden dan Wakil Presiden 2009–2014 Diarsipkan 2009-10-08 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Berita tentang calon presiden Wiranto di pemilu 2014 Diarsipkan 2013-07-15 di Wayback Machine.