Kabupaten Lamongan

kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 20 Februari 2022 11.18 oleh RaFaDa20631 (bicara | kontrib) (add)

Lamongan (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦭꦩꦺꦴꦁꦔꦤ꧀ Pegon: لامَوڠان) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan Kabupaten Lamongan terletak 49 km barat Kota Surabaya, Kabupaten Lamongan dilintasi Jalan Nasional Jakarta-Surabaya, dan merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila.

Kabupatén Lamongan
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦭꦩꦺꦴꦁꦔꦤ꧀
 • Pegonلامَوڠان
Alas bakau ritatkala Matahari terbenam ring Lamongan
Alas bakau ritatkala Matahari terbenam ring Lamongan
Lambang resmi Kabupatén Lamongan
Julukan: 
Kota Soto
Motto: 
Mêmayu raharjaning pråjå
(Jawa) Memperindah ketenteraman daerah
Peta
Peta
Kabupatén Lamongan di Jawa
Kabupatén Lamongan
Kabupatén Lamongan
Peta
Kabupatén Lamongan di Indonesia
Kabupatén Lamongan
Kabupatén Lamongan
Kabupatén Lamongan (Indonesia)
Koordinat: 7°07′S 112°25′E / 7.12°S 112.42°E / -7.12; 112.42
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Hari jadi26 Mei 1569 (1569-05-26)
Ibu kotaKota Lamongan
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 27
  • Kelurahan: 12
  • Desa: 462
Pemerintahan
 • BupatiYuhronur Efendi
 • Wakil BupatiAbdul Ro'uf
Luas
 • Total1.812,80 km2 (69,990 sq mi)
Populasi
 • Total1.344.165
 • Kepadatan7,4/km2 (19/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 98,85%
Kristen 0,57%
- Protestan 0,48%
- Katolik 0,09
Hindu 0,27%
Buddha 0,05%
Lainnya 0,26[2]
 • BahasaJawa, Indonesia
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
62200
Kode BPS
3524 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0322
Pelat kendaraanS xxxx I*/J*/K*/L*/M*
Kode Kemendagri35.24 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 958.344.988.000.-
Flora resmiJangkang
Fauna resmiBurung puter
Situs weblamongankab.go.id

Sejarah

Lamongan dimasa lampau merupakan Pintu Gerbang ke Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Panjalu, Kerajaan Jenggala, Kerajaan Singosari atau Kerajaan Mojopahit, berada di Ujung Galuh, Canggu dan kambang Putih ( Tuban). Setelah itu tumbuh pelabuhan Sedayu Lawas dan Gujaratan (Gresik), merupakan daerah amat ramai , sebagai penyambung hubungan dengan Kerajaan luar Jawa bahkan luar Negeri. Zaman Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur, Di Lamongan berkembang Kerajaan kecil Malawapati ( kini dusun Melawan desa Kedung Wangi kecamatan Sambeng ) dipimpin Raja Agung Angling darma dibantu Patih Sakti Batik Maadrim termasuk kawasan Bojonegoro kuno. Saat ini masih tersimpan dengan baik, Sumping dan Baju Anglingdarma didusun tersebut. Di sebelah barat berdiri Kerajaan Rajekwesi di dekat kota Bojonegoro sekarang.

Pada waktu Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk (1350 -1389) kawasan kanan kiri Bengawan Solo menjadi daerah Pardikan. Merupakan daerah penyangga ekonomi Mojopahit dan jalan menuju pelabuhan Kambang Putih. Wilayah ini disebut Daerah Swatantra Pamotan dibawah kendali Bhre Pamotan atau Sri Baduga Bhrameswara paman Raja Hayam Wuruk ( Petilasan desa Pamotan kecamatan Sambeng ), sebelumnya. Di bawah kendali Bhre Wengker ( Ponorogo ). Daerah swatantra Pamotan meliputi 3 kawasan pemerintahan Akuwu , meliputi Daerah Biluluk (Bluluk) Daerah Tenggulunan (Tenggulun Solokuro) , dan daerah Pepadhangan (Padangan Bojonegoro).

Menurut buku Negara Kertagama telah berdiri pusat pengkaderan para cantrik yang mondok di Wonosrama Budha Syiwa bertempat di Balwa (desa Blawi Karangbinangun) , di Pacira ( Sendang Duwur Paciran), di Klupang (Lopang Kembangbahu) dan di Luwansa ( desa Lawak Ngimbang). Desa Babat kecamatan Babat ditengarahi terjadi perang Bubat, sebab saat itu babat salah satu tempat penyeberangan diantar 42 temapt sepanjang aliran bengawan Solo. Berita ini terdapat dalam Prasasti Biluluk yang tersimpan di Musium Gajah Jakarta, berupa lempengan tembaga serta 39 gurit di Lamongan yang tersebar di Pegunungan Kendeng bagian Timur dan beberapa temapt lainnya.

Menjelang keruntuhan Mojopahit tahun 1478M, Lamongan saat itu dibawah kekuasaaan Keerajaan Sengguruh (Singosari) bergantian dengan Kerajaan Kertosono (Nganjuk) dikenal dengan kawasan Gunung Kendeng Wetan diperintah oleh Demung, bertempat disekitar Candi Budha Syiwa di Mantup. Setelah itu diperintah Rakrian Rangga samapi 1542M ( petilasan di Mushalla KH.M.Mastoer Asnawi kranggan kota Lamongan ). Kekuasaan Mojopahit di bawah kendali Ario Jimbun (Ariajaya) anak Prabu Brawijaya V di Galgahwangi yang berganti Demak Bintoro bergelar Sultan Alam Akbar Al Fatah ( Raden Patah ) 1500 sampai 1518, lalu diganti anaknya, Adipati Unus 1518 sampai 1521 M , Sultan Trenggono 1521 sampai 1546 M.

Dalam mengembangkan ambisinya, sultan Trenggono mengutus Sunan Gunung Jati ( Fatahilah ) ke wilayah barat untuk menaklukkan Banten, Jayakarta, danCirebon. Ke timur langsung dpimpin Sultan sendiri menyerbu Lasem, Tuban dan Surabaya sebelum menyerang Kerajaan Blambangan ( Panarukan). Pada saat menaklukkan Surabaya dan sekitarnya, pemerintahan Rakryan Rangga Kali Segunting ( Lamong ), ditaklukkan sendiri oleh Sultan Trenggono 1541 . Namun tahun 1542 terjadi pertempuran hebat antara pasukan Rakkryan Kali Segunting dibantu Kerajaan sengguruh (Singosari) dan Kerajaan Kertosono Nganjuk dibawah pimpinan Ki Ageng Angsa dan Ki Ageng Panuluh, mampu ditaklukkan pasukan Kesultanan Demak dipimpin Raden Abu Amin, Panji Laras, Panji Liris. Pertempuran sengit terjadi didaerah Bandung, Kalibumbung, Tambakboyo dan sekitarnya.

Tahun 1543M, dimulailah Pemerintahan Islam yang direstui Sunan Giri III, oleh Sultan Trenggono ditunjuklah R.Abu Amin untuk memimpin Karanggan Kali Segunting, yang wilayahnya diapit kali Lamong dan kali Solo. Wilayah utara kali Solo menjadi wilayah Tuban, perdikan Drajat, Sidayu, sedang wilayah selatan kali Lamong masih menjadi wilayah Japanan dan Jombang. Tahun 1556 M R.Abu Amin wafat digantikan oleh R.Hadi yang masih paman Sunan Giri III sebagai Rangga Hadi 1556 -1569M Tepat hari Kamis pahing 10 Dzulhijjah 976H atau bertepatan 26 mei 1569M, Rangga Hadi dilantik menjadi Tumenggung Lamong bergelar Tumenggung Surajaya ( Soerodjojo) hingga tahun 1607 dan dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan kecamatan Lamongan dikenal dengan Makam Mbah Lamong. Tanggal tersebut dipakai sebagai Hari Jadi Lamongan.

Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, daerah Lamongan menjadi daerah garis depan melawan tentara pendudukan Belanda, perencanaan serangan 10 Nopember Surabaya juga dilakukan Bung Tomo dengan mengunjungi dulu Kyai Lamongan dengan pekikan khas pembakar semangat Allahu Akbar. Lamongan yang dulunya daerah miskin dan langganan banjir, berangsur-angsur bangkit menjadi daerah makmur dan menjadi rujukan daerah lain dalam pengentasan banjir. Dulu ada pameo “Wong Lamongan nek rendeng gak iso ndodok, nek ketigo gak iso cewok” tapi kini diatasi dengan semboyan dari Sunan Drajat, Derajate para Sunan dan Kyai “Memayu Raharjaning Praja” yang benar benar dilakukan dengan perubahan mendasar, dalam memsejahterahkan rakyatnya masih memegang budaya kebersamaan saling membantu sesuai pesan kanjeng Sunan Drajat “Menehono mangan marang wong kangluwe, menehono paying marang wong kang kudanan , menehono teken marang wong kang wutho, menehono busaono marang wong kang wudho”

Kabupaten Lamongan yang kini dikomandani H.Masfuk sebagai Bupati periode ke 2 dan H.Tsalis Fahmi sebagai wakil Bupati melejit bagaikan Sulapan dengan terobosannya yang menjadi perbincangan Nasional. Yang menonjol selama ini menjadi Ikon Wisata Bahari Lamongan (Lamongan Ocean Tourism Ressort), Lamongan Integrated Sharebased, Proyek Pelabuhan Rakyat, dan Proyek Lapangan Terbang dan Eksplorasi minyak Balong Wangi Sarirejo,memungkinkan datangnya investasi baik dari dalam negeri maupun investor luar negeri. Dengan tangan dinginnya PKL ditata rapi, Kelancara jalan desa dan pengairan ditata sedemikian rupa, termasuk memberikan Bea siswa bagi siswa dan mahasiswa berprestasi yang ekonominya kurang beruntung, dan nantinya jika telah menyelesaikan studynya bisa kembali dan menyumbangkan pikiran dan kemampuannya demi kemajuan Lamongan. Kegiatan HJL kali ini juga dumeriahkan oleh Dewan Kesenian Lamongan (DKL) parade Teater dan Pameran Senirupa kerja sama dengan STKW Surabaya di gedung Handayani tanggal 26 mei dilanjutkan Sarasehan seni rupa oleh Agus Koecing Surabaya, mengusung Peran dan perkembangan seni rupa jawa timur dan Management berkesenian(27 mei 2007).

Pemerintahan

Daftar Bupati


Berikut ini adalah Daftar Bupati Lamongan dari masa ke masa.

No. Foto Nama Bupati Awal Masa Jabatan Akhir Masa Jabatan Wakil Bupati Keterangan
1. Rangga Aboe Amin 1543 1556
2. Rangga Hadi 1556 1569
3. Tumenggung Surajaya 1569 1607
4. R. Pandji Adipati Keling 1607 1640
5. Raden Panji Poespokoesoemo 1640 1682
6. Raden Panji Soerengrono
7. Raden Panji Dewa Kaloran
8. Tumenggung Todjojo 1682 1690
9. Tumenggung Onggobojo 1690 1761
10. Tumenggung Kertoadinegoro
11. Tumenggung Wongsoredjo
12. Tumenggung Tjitrosono
13. Tumenggung Djojodirjo
14. Adipati Sosronegoro 1761 1776 Penjajah Belanda menguasai Lamongan
15. Tumenggung Wongsodinegoro 1776 1824
16. Tumenggung Mangundinegoro
17. Adipati Ardjodinegoro 1824 1856
18. RT Tjokro Poerbonegoro 1856 1863
19. RT Kromo Djojo Adinegoro 1863 1866
20. RT Kromo Djojo Adirono 1866 1885 pada masa pemerintahannya, Lamongan menjadi bagian dari Karesidenan Surabaya
21.   R Adipati Djojo Dirono 1885 1908 masa jabatan pertama
1908 1937 masa jabatan kedua
22. Raden Tumenggung Moerid Tjokronegoro 1937 1942
23. Tjokro Soedirjo 1942 1960
24. R Soekadji
25.   Abdul Hamid Soerjosapoetro
26. Waskito
27.   Soepardan
28.   Ali Afandy
29. Raden Ismail
30. Soeparngadi 1960 1969
31.   Kolonel Chasinoe 1969 1979
32.   Kolonel CPM (Purn.) Sutrisno Sudirjo 1979 1984
33.   Dr. Moch. Syafii As'ari 1984 1989
34.   KH. Moch. Faried, SH. 1989 1999
*   H. Agus Syamsuddin, SH. M.Si. 1999 2000 Pejabat Bupati
35.   H. Masfuk, SH. 2000 2010 [3]
36.   H. Fadeli, SH., MM. 2010 2015
* Ir. Wahid Wahyudi, MT. 2015 2016 Penjabat Bupati
36.   H. Fadeli, SH., MM. 2016 2021
37   Dr. H. Yuhronur Efendi, MBA 2021 sekarang


Dewan Perwakilan

Komposisi anggota DPRD Kabupaten Lamongan selama tiga periode adalah sebagai berikut:

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019 2019–2024[4] 2024–2029[5]
PKB 10   10   12
Gerindra 4   4   6
PDI-P 8   8   7
Golkar 6   6   8
NasDem 0   1   3
PKS 1   0   1
Hanura 1   1   0
PAN 6   7   5
Demokrat 10   9   4
Perindo (baru) 1   1
PPP 4   3   2
Ummat (baru) 1
Jumlah Anggota 50   50   50
Jumlah Partai 9   10   11

Kecamatan

Kabupaten Lamongan terdiri atas 27 kecamatan yang terdiri atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Lamongan.

Transportasi

Angkutan Jalan Raya

Kabupaten Lamongan dilintasi jalur utama pantura yang menghubungkan Jakarta-Surabaya, yakni sepanjang pesisir utara Jawa. Jalan ini sendiri melewati Kecamatan Paciran yang memiliki banyak tempat pariwisata. Kota Lamongan sendiri juga dilintasi jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Babat merupakan persimpangan antara jalur Surabaya-Semarang dengan jalur Jombang-Tuban.

Angkutan Kereta Api

Lamongan juga dilintasi jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa. Stasiun kereta api terbesarnya adalah di Lamongan dan Babat.

Kereta yang dilayani dari stasiun Lamongan dan stasiun Babat Adalah:

Pariwisata

Wisata Alam

Tempat wisata alam di Kabupaten Lamongan, yaitu:

Wisata Sejarah

Tempat wisata sejarah di Kabupaten Lamongan, yaitu:

Wisata Religi

Tempat wisata religi di Kabupaten Lamongan, yaitu:

  1. Makam Syekh Maulana Ishaq (Ayah Sunan Giri)
  2. Makam Sunan Lamongan/Syekh Hisyamudin (Putra Sunan Ampel)
  1. Makam Nyai Andongsari (Ibu Patih Gajah Mada)

Kuliner Khas

Makanan

Kabupaten Lamongan mempunyai bermacam-macam masakan khas, diantaranya:

Kerajinan

Kabupaten Lamongan mempunyai bermacam-macam kerajinan antara lain;

Pendidikan

Perguruan Tinggi

  • Universitas Islam Lamongan (UNISLA)

(STIKES)

  • DLL.

Sekolah Menengah Atas

Referensi

  1. ^ "Kabupaten Lamongan Dalam Angka 2020" (pdf). www.lamongankab.bps.go.id. Diakses tanggal 20 September 2020. 
  2. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Lamongan". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 20 September 2020. 
  3. ^ Fenomenal, Tapi Tak Mau Klaim Kerja Sendiri, diakses 28 Februari 2022.
  4. ^ KPU Lamongan Tetapkan Anggota Dewan Terpilih
  5. ^ Jurnalis (2024-03-05). "50 Caleg yang Lolos Menjadi Anggota DPRD Lamongan". Kabar1Lamongan.com. Diakses tanggal 2024-07-23. 

Pranala luar