Nirwana
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Dalam agama Buddha, Nirwana (bahasa Sanskerta: निर्वाण nirvāṇa; Pali: nibbāna; Hanzi: 涅槃; Pinyin: nièpán) adalah puncak tertinggi pencarian umat Buddha terhadap kebebasan dari saṃsāra, yaitu siklus mati dan kelahiran kembali. Buddha mendeskripsikan Nibbāna sebagai kebahagiaan tertinggi, sebagaimana tercatat pada Māgandiya Sutta, Majjhima Nikāya 75:
Atha kho bhagavā tāyaṁ velāyaṁ imaṁ udānaṁ udānesi: |
Kemudian pada titik ini Sang Bhagavā mengucapkan seruan kegembiraan: |
Hinduisme juga menggunakan istilah 'Nirwana' sebagai sinonim untuk pemikiran tentang Moksa, sebagaimana dibicarakan dalam beberapa tulisan tantra Hindu dan Bhagawad Gita. Sebaliknya, Buddhisme juga menggunakan istilah 'Moksa' (Pali: mokkha) untuk mendeskripsikan Nibbāna. Kendati demikian, konsep Nirwana antara agama Buddha dan Hindu tidak dapat disamaratakan.
Penggunaan istilah 'mokkha' dapat ditemukan pada teks Puppha Pūjā:
Vaṇṇa gandha guṇopetaṃ, |
Berkualitas baik, harum, dan beraneka warna, |
Dalam Tatiyanibbānapaṭisaṁyutta Sutta, Udāna 8.3, Siddartha Gautama—sammāsambuddha masa sekarang—mendeskripsikan Nibbāna sebagai berikut:[1]
... Atthi, bhikkhave, ajātaṁ abhūtaṁ akataṁ asaṅkhataṁ. No cetaṁ, bhikkhave, abhavissa ajātaṁ abhūtaṁ akataṁ asaṅkhataṁ, nayidha jātassa bhūtassa katassa saṅkhatassa nissaraṇaṁ paññāyetha. Yasmā ca kho, bhikkhave, atthi ajātaṁ abhūtaṁ akataṁ asaṅkhataṁ, tasmā jātassa bhūtassa katassa saṅkhatassa nissaraṇaṁ paññāyatī”ti. ... |
... Ada, para bhikkhu, yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak terkondisi. Jika, para bhikkhu, tidak ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak terkondisi, maka kalian tidak mungkin mengetahui jalan membebaskan diri dari yang dilahirkan, yang menjelma, yang diciptakan, dan yang terkondisi. Tetapi, karena ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak terkondisi, maka kalian dapat mengetahui jalan membebaskan diri dari yang dilahirkan, yang menjelma, yang diciptakan, dan yang terkondisi. ... |
Dalam Nirodhanibbānapañha, Milindapañha 3.4.8, Bhante Nāgasena mendeskripsikan Nibbāna sebagai padamnya atau berhentinya nafsu (nirodha). Dukkha-nirodha juga merupakan bagian dari Empat Kebenaran Mulia, yakni Kebenaran Mulia Ketiga.
“Kathaṁ, bhante nāgasena, nirodho nibbānan”ti? |
“Bagaimana, Bhante Nāgasena, berhentinya nafsu itu Nibbāna?” |
Pada Alagaddūpamasutta, Majjhima Nikāya 22, Buddha menjelaskan Buddhisme sebagai sebuah rakit yang, setelah mengantarkan penumpangnya ke pantai seberang (perumpamaan untuk pencapaian Nibbāna), pada akhirnya perlu ditinggalkan.
Kathaṅkārī ca so, bhikkhave, puriso tasmiṁ kulle kiccakārī assa? |
Dengan melakukan apakah maka orang itu melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan rakit itu? |
Pada syair antara Buddha dengan Dhaniya, Sang Buddha juga menyampaikan perumpamaan yang serupa, sebagaimana tercatat pada Dhaniya Sutta, Sutta Nipāta 1.2:
Baddhāsi bhisī susaṅkhatā, |
Rakit terikat dan dibuat dengan baik, |
33 Nama Nibbāna
Pada keseluruhan teks bagian Asaṅkhatasaṁyutta, Saṁyutta Nikāya 43, Buddha menguraikan 33 nama Nibbāna:
- Yang Tak Terkondisi (asaṅkhataṁ)
- Hancurnya Nafsu, Kebencian, Delusi (rāgakkhayo dosakkhayo mohakkhayo)
- Ketidak-Condongan (anata)
- Ketanpa-Nodaan (anāsava)
- Kebenaran (sacca)
- Pantai Seberang (pāra)
- Yang Halus (nipuṇa)
- Yang Sangat Sulit Dilihat (sududdasa)
- Yang Tanpa Penuaan (ajajjara)
- Yang Stabil (dhuva)
- Ketidak-Hancuran (apalokita)
- Ketidak-Berwujudan (anidassana)
- Yang Tanpa Proliferasi (nippapañca)
- Yang Damai (santa)
- Tanpa-Kematian (amata)
- Yang Luhur (paṇīta)
- Yang Menguntungkan (siva)
- Yang Aman (khema)
- Hancurnya Nafsu-Keinginan (taṇhākkhaya)
- Yang Menakjubkan (acchariya)
- Yang Tanpa Penyakit (abbhuta)
- Kondisi Tanpa Penyakit (anītika)
- Nirwana (nibbāna)
- Yang Tidak Dirundung (abyābajjha)
- Kebosanan / Ketanpa-keinginan (virāga)
- Kemurnian (suddhi)
- Kebebasan (mutti)
- Yang Tidak Melekat (anālaya)
- Pulau (dīpa)
- Naungan (leṇa)
- Suaka (tāṇa)
- Perlindungan (saraṇa)
- Tujuan (pāraya)
Jenis Pencapaian Nibbāna
Teradpat dua jenis pencapaian Nibbāna:
- Dicapai ketika masih hidup (saupadisesa nibbāna)
- Dicapai ketika meninggal dunia (anupadisesa nibbāna)
Ketika Pangeran Siddhartha mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi seorang sammasambuddha, maka pada saat itu Dia mengalami saupadisesa nibbāna. Ketika Buddha Gotama meninggal dunia pada usia 80 tahun di Kusinara, maka Dia mencapai anupadisesa nibbāna atau disebut juga Parinibbana.
Lihat pula
- ^ Anggara, Indra. "Ud 8.3: Tatiyanibbānapaṭisaṁyuttasutta". SuttaCentral. Diakses tanggal 2022-09-18.