Bahasa Kampar

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
Revisi sejak 22 November 2023 04.36 oleh Rahmatdenas (bicara | kontrib)

Bahasa Kampar[4] atau bahasa Ocu adalah sebuah ragam bahasa Melayik yang dituturkan oleh penduduk Kampar di Kabupaten Kampar, Riau. Status kebahasaan Kampar masih diperdebatkan, terkadang bahasa ini dianggap sebagai dialek bahasa Melayu atau Minangkabau.[5][6][7] Namun, orang Kampar lebih suka menganggapnya sebagai bagian dari bahasa Melayu Riau dan dalam kesehariannya, penutur bahasa ini menyebutnya dengan Bahasa Ocu.[8][4][9]

Bahasa Kampar
Bahasa Ocu
Dituturkan diIndonesia
WilayahRiau
EtnisKampar
Penutur
    • Kampar
SumberBalai Bahasa Provinsi Riau[1]
Status resmi
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-3
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
Kampar belum diklasifikasikan dalam tingkatan manapun pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [2][3]

Lokasi penuturan
Lokasi kabupaten Kampar di Provinsi Riau, tempat utama bahasa Kampar (Ocu) dituturkan.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Penggolongan bahasa

Identitas bahasa

Status kebahasaan Kampar masih diperdebatkan, terkadang bahasa ini dianggap sebagai dialek dalam bahasa Melayu Riau ataupun bahasa Minangkabau.[10] Bahasa Kampar merupakan ragam bahasa dari rumpun Melayik, namun belum memiliki kode bahasa ataupun klasifikasi internal rumpun Melayik yang diterima secara luas. Wilayah sebar tutur bahasa Kampar yang terletak antara wilayah bahasa Minangkabau (barat) dan bahasa Melayu Riau (timur) menyebabkan bahasa ini memiliki hubungan saling mempengaruhi di antara kedua bahasa tersebut dan merupakan bagian kesinambungan dialek di Sumatra bagian tengah.[11][12] Bagi penutur bahasa ini, bahasa Kampar disebut sebagai bahasa Ocu dan dianggap sebagai bagian dalam bahasa Melayu Riau yang berbeda dengan bahasa Minangkabau.[4][9] Dalam berbagai publikasi, bahasa ini akan dituliskan dengan penamaan lainnya seperti bahasa Melayu Kampar,[13] bahasa Melayu dialek Kampar,[14][15] atau bahasa Melayu Riau dialek Kampar.[16][17][18][19]

Hamidy (2002) menyebutkan bahwa bahasa Melayu Riau terbagi dalam enam dialek. Perbedaan keenam dialek ini ada pada intonasi dan leksikal. Dialek-dialek yang ada dalam bahasa Melayu Riau antara lain:[20][21][22]

Pada tahun 2009, Tim Pemetaan Bahasa dari Balai Bahasa Riau menyebutkan bahwa bahasa Kampar (terbagi menjadi dialek Kampar dan Kampar Timur) merupakan dialek dalam bahasa Melayu Darat bersama dua dialek lainnya, yaitu dialek Kuantan dan Rokan.[23]

Menurut Asmah Haji Omar (2015), bahasa Melayu di Sumatra terbagi dalam empat kluster dialek. Sementara itu bahasa Kampar termasuk dalam kluster dialek Sumatra Tengah bersama dengan Siak dan Minangkabau.[11] Menurutnya pula, di Sumatra dan seluruh Indonesia kata "bahasa" mengacu pada semua jenis kelompok kebahasaan baik itu bahasa, dialek, atau subdialek, seperti pada ungkapan bahasa Kampar, bahasa Jambi, bahasa Minang, dan lain-lain. Oleh karena itu, kesemuanya akan tetap disebut "bahasa" berdasarkan identifikasi suatu lokalitas atau wilayah.[11]

Persamaan dengan bahasa Minangkabau, khususnya dengan dialek Limapuluh Kota, membuat sebagian pakar menggolongkan bahasa Kampar sebagai salah satu dialek dalam bahasa Minangkabau.[10][5][24][25][26] Said, et al. (1986) menyebut bahasa yang dipergunakan penduduk di Kabupaten Kampar bagian barat (yang menjadi Kabupaten Kampar saat ini) adalah bahasa Minangkabau.[5] Lalu Masni, et al. (2021) menyebutkan dalam penelitiannya pada isolek Kuntu Kabupaten Kampar bahwa keberagaman fonem diftong yang ditemukannya menunjukan isolek tersebut termasuk dialek bahasa Minangkabau meski secara pemerintahan administrasi berada di Riau.[26] Sementara Badan Bahasa Kemdikbud RI mengelompokkan dialek Kampar sebagai salah satu dialek dalam bahasa Minangkabau di Riau (bersama dialek Rokan, Basilam, Indragiri, dan Kuantan).[27] Persentase perbedaan dialek Kampar dengan dialek Minangkabau lainnya berkisar 51%—69%.[28] Persentase itu menunjukkan hubungan bahasa Kampar dan bahasa Minangkabau ada pada tingkat beda dialek menurut teori Guiter maupun Lauder.[27]

Fonologi

Vokal dan diftong

Vokal bahasa Kampar[29][26]
Depan Madya Belakang
Tertutup i u
Setengah tertutup e o
Terbuka a

Selain vokal, bahasa Kampar memiliki bunyi diftong. Fonem diftong pada bahasa Kampar dapat berbeda pada tiap subdialek atau isolek. Contohnya isolek Kuntu yang memiliki 10 diftong, yaitu /ia/, /ua/, /iy/, /uy/, /ay/, /aw/, /ie/, /uo/, /uw/, dan /ow/.[26] Sementara isolek-isolek di Bangkinang dan Air Tiris memiliki 7 diftong /ia/, /ua/, /uy/, /oy/, /ay/, /iw/, dan /aw/.[30]

Diftong bahasa Kampar[30][26]
Diftong Tengah Akhir
/ia/ [ambia?] 'ambil' [sambia] 'sambil'
/ua/ [masua?] 'masuk' [kapua] 'kapur'
/uy/ [kabuy?] 'kabut' [potuy] 'petir'
/oy/ [moy?] 'mayit' [boy] 'Boy'
/ay/ [sampayan] 'sampaikan' [coray] 'cerai'
/iw/ [kambiw] 'kelapa'
/aw/ [pagaw] 'pagar'
/iy/ [botiy] 'betis'
/uo/ [iduong] 'hidung' [tujuo] 'tujuh'
/ie/ [sisie?] 'sisik' [kiyambie] 'kelapa'
/uw/ [ikuw] 'ekor'
/ow/ [bonow] 'benar'

Konsonan

Konsonan bahasa Kampar[31][26][19]
Dwi-

bibir

Rongga-

gigi

langit-

langit

lang.

bel.

tekak Celah-

suara

Sengau m m n n ɲ ny ŋ ng
Letup/

Gesek

nirsuara p p t t c k k ʔ '
bersuara b b d d j ɡ g
Geser s s h h
Sisian l l
Getar ʀ gh
Semivokal w w j y
  • /ʀ/ direalisasikan berbeda-beda di berbagai dialek dengan bunyi fonetis [r], [ʀ], dan [ʁ]. Fonem ini biasa dituliskan dengan gh. Contohnya pada kata 'darah' dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi dagha dengan bunyi fonetis [dara],[32] [daʁa],[26] atau [daʀa].[19]

Karya sastra

Karya sastra tradisional berbahasa Kampar memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional rumpun bahasa Melayu lainnya, khususnya dengan sastra tradisional Minangkabau, yaitu berbentuk prosa, cerita rakyat, dan hikayat. Penyampaiannya biasa dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang). Adapula karya sastra yang digunakan untuk prosesi adat Kampar, seperti pepatah-petitih dan persembahan (basiacuong atau basisombau). Pepatah-petitih dan persembahan banyak menggunakan kata-kata kiasan. Agar tidak kehilangan makna, karya sastra jenis ini tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Oleh karenanya sangat sedikit sekali orang yang menguasai karya sastra ini, yang hanya terbatas pada ninik mamak dan pemuka adat.[33]

Basiacuong atau basisombau

Basiacuong atau basisombau adalah tradisi lisan masyarakat Kampar yang berisi pikiran, ide, dan nasihat berupa pepatah-petitih dalam dialog antara dua ninik mamak. Basiacuong berasal dari kata Siacuong yang berarti sanjung menyanjung dari satu pihak ke pihak lainnya yang biasanya diwakili oleh ninik mamak suatu suku yang berdialog atau mereka yang karena kedudukannya diberi kesempatan bicara. Kata basiacuong juga berarti menyengaja suatu perbuatan. Adapun nama lain dari basiacuong adalah sisombau atau basisombau artinya sembah menyembah.[34]

Basiacuong dilakukan dalam berbagai acara adat Kampar, seperti pertunangan, pernikahan, kenduri, khitanan, serta penobatan ninik mamak. Di dalamnya setiap maksud dan tujuan seorang ninik mamak disampaikan dalam wujud kiasan, pepatah, ataupun pantun.

Berikut salah satu contoh dialog dalam basiacuong saat pihak laki-laki datang ke rumah perempuan yang akan dilamar:[34] Pertama kali diawali dari pihak laki-laki:

Iko bosuo bonou bak andai-andai ughang, tuok.
Sekarang benar bersua seperti andai-andainya orang, tuk (datuk).
Copek tikam talampau logo, olun dudok lah maunju, olun togak koluh lah tibo pulo.
Cepat tikam terlampau laga, belum duduk lah mengunjur, belum tegak keluh lah tiba pula.
Condo kan baguluik-guluik nan bak kuciong naiok, dek apo tu kato datuok?
Seperti tergesa-gesa umpama kucing akan naik, mengapa begitu menurut Datuk?
Kojo nan bughuok, elok lah dipalambek-lambek, nan jan disolo dek nan buok.
Kerja yang buruk, eloklah diperlambat-lambat, supaya jangan disulut oleh yang buruk.
Kojo nan elok, elok lah dipacopek-copek, nak lai disolo dek nan elok.
Kerja yang baik, eloklah dipercepat-cepat, supaya dapat disulut oleh yang baik.
Itulah mako dek copek ajo datang ka datuok sabagai andai-andai ughang.
Itulah makanya cepat saja datang ke datuk sebagai andai-andai orang (tempat orang-orang bertanya)
Alah toghang condonyo aghi
Sudah terang candanya hari
Toghang puntuong dengan asok
Terang puntung dengan asap
Olah datang ghuponyo kami
Sudah datang rupanya kami
Datang nak baetong dengan datouk
Datang ingin berhitung dengan datuk
Itulah condo na ditutuik nyato, dimintak abih bokek datuok,
Itulah canda yang ditutup nyata, diminta habis berkat datuk
koknyo dapek izin jo bonau, koknyo tumbuo dikojo nak dikakok haknyo,
Kalaulah iya dapat izin dengan benar, kalaulah tumbuh dikerja hendak dipegang haknya
tibo di etongan nak dimulai, iyo sadetu kato disombahkan ka datuok.
Tibo dihitungan hendak dimulai, iya sampai di situ kata disembahkan ke datuk
Pihak perempuan sebagai pihak yang menanti menyahuti keinginan dari pihak laki-laki yang datang, yaitu:
Sampai tuok?
Sampai, Tuk? (Sudah, Tuk?)
Pulang ka sisamo indak kan bajawek panjang, malahan imbau biaso basahuti,
Pulang ke sesama tidak akan dijawab panjang, malahan himbau biasa disahuti
tumbuoh dikato biaso ula bajawek, iyo dijawab juo kato datuok agak sapatah duo sabagai mauling kato datuok.
Tumbuh dikata biasa berjawab, iya dijawab juga kata datuk agak sepatah dua sebagai pengulang kata datuk.
Copek tikam talampau logo, logonyo datuok olun lai duduok la maunju, olun togak koluo lah tibo pulo.
Cepat tikam terlampau laga, laganya datuk belum lagi duduk sudha mengunjur, belum tegak keluh lah tiba pula.
Condo kan baguluik-guluik datuok datuok nan bak kuciong naiok.
Seperti tergesa-gesa datuk, datuk yang bak kucing naik.
Dek nak mamotong kojo nan bughuok, eloklah dipalambek-lambek, untuong-untuong tibo bayioknyo.
Karena hendak memotong kerja yang buruk, eloklah diperlambat-lambat, untung-untung tiba baiknya
Condo itu pulo nan dituntuik nyato dimintak abih ka sisamo,
Seperti itu pula yang dituntut nyata diminta habis ke sesama
koknyo dapek izin dengan bonau kok nyo tumbuoh dijalan jawuo kan ditawuik nak dighansu,
Kalau iya dapat izin dengan benar kalau iya tumbuh di jalan jauh kan ditaut hendak diangsur
kok nyo tibo dikojo nan kan di kakok tontu nak mamulai,
Kalau iya tiba dikerjakan yang akan dipegang tentu ingin memulai,
dek kato datuok manuju kasisamo soghang tontunyo lomak lawok nak dikunyah-kunyah,
Oleh karena kata datuk menuju ke sesama sendiri tentunya enak lauk hendak dikunyah-kunyah
elok kato nak dibaiyo patidokan, iyo mananti datuok sesaat sakatiko, lai nak dipaiyo-patidokan bagi nan patuik.
Elok kata hendak di-iya tidak-kan, iya menanti datuk sesaat seketika, selagi hendak di-iya tidak-kan bagi yang patuik
Iyo sadetu kato disombahkan ka datuok.
Iya sampai situ kata disembahkan ke datuk.
dan selanjutnya saling bergantian sisombau.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Balai Bahasa Provinsi Riau". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
  2. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  3. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  4. ^ a b c "Malam Puisi, Pj Bupati Kampar Deklarasikan Sehari Berbahasa Ocu". Pemerintah Kabupaten Kampar (dalam bahasa Inggris). 2022-10-07. Diakses tanggal 2023-11-05. 
  5. ^ a b c Chatlinas 1986, hlm. 2.
  6. ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. Bahasa di Provinsi Riau. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [1] Diarsipkan 2018-08-12 di Wayback Machine.
  7. ^ Hamidy, U. U. 2003, Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Riau / U.U. Hamidy Unri Press kerjasama dengan Yayasan Adikarya Ikapi dan The Ford Foundation Pekanbaru, ISBN 979-3297-33-6
  8. ^ "Kampar, antara Melayu dan Minangkabau - WACANA". www.wacana.co (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2018-07-03. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ a b Zikri 2022, hlm. 42.
  10. ^ a b Sari, Yunita. "Kekerabatan Bahasa Ocu dan Minangkabau Suatu Kajian Etnolinguistik". KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional (2019): 552–556 – via Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya, Jakarta. 
  11. ^ a b c Omar, Asmah Haji; Jaafar, Salinah; Mat, Siti Ruhaizah Che (2015). "Contact of Dialect Clusters: The Malay Peninsula and Sumatera". Open Journal of Modern Linguistics. 05 (05): 459–469. doi:10.4236/ojml.2015.55040. ISSN 2164-2818. 
  12. ^ Witrianto dan Arfinal, 2011. Bahasa Ocu: Akulturasi antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kampar. Seminar Internasional Forum Ilmiah VII FPBS UPI “Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” Bandung. 30 November 2011: 1-18.
  13. ^ Thaufik, Gerry; Faizah, Hasnah; Ermanto (2015). "Kategori Fatis dalam Bahasa Melayu Kampar Kiri Kabupaten Kampar". BSP: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran. 3 (1): 45–56. ISSN 2302-7584. 
  14. ^ Morelent, Yetty; Irawan, Bambang (2022-03-22). "The Influence of Euphemism and Dysphemism on Politeness in the Malay Dialect of Kampar". KnE Social Sciences (dalam bahasa Inggris): 234–245. doi:10.18502/kss.v7i6.10626. ISSN 2518-668X. 
  15. ^ Sinaga, Mangatur; Aibonotika, Arza; Permatasari, Silvia (2023). "Evidential Modality in Kampar Malay Dialect". SHS Web of Conferences (dalam bahasa Inggris). 173: 03001. doi:10.1051/shsconf/202317303001. ISSN 2261-2424. 
  16. ^ Rahayu, Sri; Sulaiman, Ermawati (2022-10-28). "Struktur Kalimat Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar". Sajak: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Sastra, Bahasa, dan Pendidikan (dalam bahasa Inggris). 1 (3): 1–8. doi:10.25299/s.v1i3.8978. ISSN 2830-3741. 
  17. ^ Ramdari, Debby Putri (2022) (dalam bahasa en). Struktur Frasa Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar Di Desa Danau Bingkuang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar Provinsi Riau (Tesis). https://repository.uir.ac.id/14183/. Diakses pada 2023-11-05. 
  18. ^ Murni, Delita (2013-07-17). "Kontraksi dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar" (dalam bahasa Inggris). 
  19. ^ a b c Martius, Martius (2012-12). "Studi Gejala Fonemis antara Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar dan Bahasa Indonesia (sebuah Pendekatan Historis)". Sosial Budaya. 9 (2): 244–260. doi:10.24014/sb.v9i2.386. ISSN 1979-2603. 
  20. ^ Hamidy, U. U. 2003, Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Riau / U.U. Hamidy Unri Press kerjasama dengan Yayasan Adikarya Ikapi dan The Ford Foundation Pekanbaru, ISBN 979-3297-33-6
  21. ^ Dahlan S, Syair A, Manan A, et al., 1985. Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[2] Diarsipkan 2021-01-31 di Wayback Machine.
  22. ^ Danardana A S, 2010. Persebaran dan Kekerabatan Bahasa-Bahasa di Prov Riau dan Kep Riau . Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3 [3] Diarsipkan 2021-01-30 di Wayback Machine.
  23. ^ Balai Bahasa Provinsi Riau, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2010). Persebaran dan Kekerabatan Bahasa-Bahasa di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Pekanbaru: Balai Bahasa Provinsi Riau. hlm. 76––77. ISBN 978-979-1104-46-3. 
  24. ^ Noviatri, Reniwati. "The Comparison of Affixes in Minangkabau Language Between the Region of Origin and Migration Region." INCOLWIS 2019: Proceedings of the 2nd International Conference on Local Wisdom, INCOLWIS 2019, August 29-30, 2019, Padang, West Sumatera, Indonesia. European Alliance for Innovation, 2019.
  25. ^ Abidin, Zainal (2012-04-22). "BUNYI /O/ DIALEK KAMPAR BERASAL DARI / / DIALEK RIAU KEPULAUAN: BENARKAH?". Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 1–8. doi:10.31503/madah.v3i1.2. ISSN 2580-9717. 
  26. ^ a b c d e f g Masni, Atri Kehana (2021-12-31). "Sistem Fonem Isolek Kuntu Kabupaten Kampar". MEDAN MAKNA: Jurnal Ilmu Kebahasaan dan Kesastraan. 19 (2): 207–216. doi:10.26499/mm.v19i2.4013. ISSN 2721-2955. 
  27. ^ a b Sugono, Dendy, Sasangka, S.S.T. Wisnu, Rivay, Ovi Soviaty, et al., 2017. Bahasa dan peta bahasa di Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. ISBN 9786024373762 [4] Diarsipkan 2021-01-31 di Wayback Machine.
  28. ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [5] Diarsipkan 2018-08-12 di Wayback Machine.
  29. ^ Chatlinas 1986, hlm. 26.
  30. ^ a b Chatlinas 1986, hlm. 29.
  31. ^ Chatinas 1986, hlm. 22.
  32. ^ Chatinas 1986, hlm. 24.
  33. ^ Edwar Jamaris, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, Yayasan Obor Indonesia, 2001
  34. ^ a b YUNUS, Mohd. Tradisi Basiacuong dalam Masyarakat Adat Limo Koto Kampar. MENARA, 2013, 12.2: 92-114.

Daftar pustaka