Waktu salat

Revisi sejak 22 November 2023 09.56 oleh Penikmatbacaan (bicara | kontrib) (Perbaikan Kesalahan Konten)

Waktu salat merujuk kepada waktu tertentu bagi umat Muslim untuk melakukan ibadah salat. Istilah tersebut dipakai untuk merujuk lima ibadah salat harian termasuk salat Jumat, yang biasanya diadakan di waktu salat Zuhur selain pada hari Jumat dimana salat tersebut diwajibkan dilakukan secara berkelompok. Waktu salat diajarkan oleh Allah kepada Muhammad.

Waktu salat di Masjid Kebudayaan Taipei, Taipei, Taiwan.

Waktu salat dipengaruhi oleh pergerakan matahari dan lokasi suatu tempat dan tidak dipengaruhi oleh zona waktu suatu wilayah. Waktu salat terutama salat fardu bermula sejak azan dikumandangkan di awal waktu salat hingga kumandang azan untuk salat berikutnya.

Tabel awal waktu salat

Berikut merupakan tabel waktu salat wajib berdasarkan pergerakan semu harian matahari di langit.

Tabel penjelasan awal waktu salat berdasarkan Quran, Hadits, serta kesepakatan jumhur ulama[1]
Salat fardu Penjelasan waktu  

Penjelasan mengenai waktu salat digambarkan sesuai dengan letak matahari relatif dari suatu tempat, sehingga setiap wilayah berbeda dapat memiliki waktu salat yang berbeda pula.

Subuh Berawal ketika terbit fajar di ufuk timur dan berakhir ketika matahari terbit
Zuhur Berawal ketika matahari sudah tergelincir sedikit ke barat dari titik zenit atau posisi tertinggi di langit dan berakhir saat memasuki waktu asar
Asar Bermula ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan tinggi benda tersebut dan ketika panjang bayangan suatu benda dua kali tinggi benda tersebut serta berakhir ketika matahari terbenam.[a]
Magrib Berawal sesaat setelah matahari terbenam dan berakhir ketika mega merah hilang di ufuk barat.
Isya Bermula saat mega merah di ufuk barat menghilang dan berakhir ketika terbit fajar.
  1. ^ Menurut Imam Abu Hanifah, "Waktu Salat Asar berawal ketika tinggi bayangan suatu benda dua kali tinggi benda tersebut (serta panjang bayangan tersebut di awal waktu Salat Zuhur)." Sedangkan menurut para imam mazhab lainnya, "Waktu Salat Asar bermula ketika tinggi bayangan suatu benda sama dengan tinggi benda tersebut (serta panjang bayangan tersebut di awal waktu Salat Zuhur)." Waktu Salat Asar berakhir ketika matahari hendak terbenam.

Rumus perhitungan

Untuk menghitung awal waktu salat, diperlukan dua pengukuran astronomis yakni deklinasi matahari yang merupakan sudut antara pancaran sinar matahari dengan bidang bumi di khatulistiwa dan equation of time yang merupakan perbedaan antara jam matahari dengan jam sipil sesuai dengan tiap-tiap zona waktu.[2] Selain itu, diperlukan pula titik koordinat suatu lokasi guna mengakurasikan awal waktu salat untuk suatu lokasi tertentu.[3] Berikut merupakan rumus perhitungannya:

Diketahui bahwa:

  •   merupakan zona waktu.
  •   and   menandakan equation of time (EoT) dan deklinasi matahari pada suatu tanggal tertentu.
  •   merupakan waktu Ihtiyat yang merupakan penambahan waktu sekitar 2 hingga 5 menit guna memperoleh kepastian bahwa waktu salat benar-benar telah dimulai. Berdasarkan ketetapan Kementerian Agama, penambahan waktu Ihtiyat adalah 2 menit untuk setiap awal waktu salat dan pengurangan 2 menit untuk waktu Suruq.[4]

Berikut merupakan rumus perhitungan waktu Zuhur:   Angka 12 sebagai suku pertama pada rumus ini menandakan pukul 12 siang sebagai waktu tengah hari, suku kedua yakni simbol "Δt" menggambarkan EoT, dan suku ketiga yaitu "(Z - λ/15)" merupakan rumus perbedaan antara waktu dari jam matahari lokal suatu lokasi dengan waktu dari zona waktu lokasi tersebut. Guna menjaga kehati-hatian agar seseorang benar-benar melaksanakan salat sesuai pada waktunya, ihtiyat ditambahkan dari hasil penghitungan setiap awal waktu salat.

Untuk waktu salat lainnya, dibutuhkan konversi antara ketinggian matahari dengan waktu tertentu dengan rumus sebagai berikut   Rumus ini dalam satuan jam memberikan perbedaan antara waktu Zuhur dengan waktu ketika matahari berada di suatu ketinggian tertentu. Dengan kedua rumus tersebut, dapat ditentukan rumus untuk menghitung waktu salat fardu lainnya, yakni:

  • Waktu terbit (suruq) dan terbenam matahari (magrib) berada pada ketinggian  . Sebenarnya, dalam perhitungan astronomis, waktu sejati terbit dan terbenamnya matahari berada pada  , tetapi pantulan sinar matahari di atmosfer membuat matahari seolah 50 menit busur lebih tinggi. Dengan demikian,   dan  .
    • Namun, dalam perhitungan waktu magrib, ketinggian suatu wilayah perlu diperhitungkan karena ketinggian suatu titik lokasi mempengaruhi waktu tepat piringan matahari tampak terbenam. Oleh karenanya, perlu ditambahkan hasil dari   pada angka 0,833 dengan simbol "h" menandakan ketinggian suatu lokasi dalam satuan meter.
    • Guna memastikan bahwa waktu magrib benar-benar telah terjadi, hasil dari perhitungan rumus di atas biasanya ditambah 2 hingga 3 menit sebagai landasan waktu ihtiyat.
  • Waktu Salat Subuh dan Isya memiliki rumus perhitungan yang mirip karena berdasar pada posisi matahari di bawah ufuk. Di Indonesia, terdapat dua ketetapan mengenai posisi matahari yang dijadikan patokan sebagai tanda awal memasuki waktu Subuh dan Isya, yaitu ketetapan Kemenag bahwa posisi matahari 20° di bawah ufuk timur merupakan tanda awal waktu Subuh dan posisi matahari 18° di bawah ufuk barat merupakan tanda awal waktu Isya dan ketetapan Tarjih Muhammadiyah bahwa posisi matahari 18° di bawah ufuk timur merupakan tanda awal waktu Subuh dan posisi matahari 18° di bawah ufuk barat merupakan tanda awal waktu Isya. Setiap negara mayoritas Muslim di dunia mempunyai ketetapan tersendiri terkait hal ini, tetapi Liga Dunia Islam menyepakati bahwa posisi matahari 18° di bawah ufuk timur merupakan tanda awal waktu Subuh dan posisi matahari 17° di bawah ufuk barat merupakan tanda awal waktu Isya. Oleh karena perbedaan ini, rumus yang akan dipaparkan adalah rumus yang banyak digunakan di Indonesia. Berikut rumus merupakan perhitungan waktu Subuh dan Isya berdasarkan
    • Ketetapan Kemenag   dan  
    • ketetapan Tarjih Muhammadiyah   dan  .
    • Guna menjaga kehati-hatian agar seseorang benar-benar melaksanakan salat sesuai pada waktunya, waktu ihtiyat selama 2 menit ditambahkan dari hasil penghitungan setiap awal waktu salat.
  • Waktu Salat Asar memiliki perhitungan yang berbeda karena dipengaruhi oleh panjang bayangan benda denga tinggi benda itu sendiri. Oleh karenanya,   menjadi panjang bayangan benda yang diperlukan dengan tinggi benda itu sendiri. Sebelum menghitung awal waktu Asar, perlu diketahui posisi ketinggian matahari yang menjadi penanda awal waktu Asar dengan rumus berikut   Setelah posisi tersebut ditemukan maka rumus berikut digunakan untuk menemukan awal waktu Asar   dengan rasio "n" adalah 1 atau 2 tergantung mazhab yang dijadikan landasan penetapan awal waktu Asar.
    • Guna menjaga kehati-hatian agar seseorang benar-benar melaksanakan salat sesuai pada waktunya, waktu ihtiyat sebanyak 2 menit ditambahkan dari hasil penghitungan setiap awal waktu salat.

Rujukan

  1. ^ "Buku Saku Hisab & Rukyat" (PDF). Kementerian Agama Republik Indonesia. 2013. 
  2. ^ Rahmadani, Dina (Desember 2018). "Telaah Rumus Perhitungan Waktu Salat" (PDF). Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan. eISSN 2598-2559. ISSN 2442-5729. Diakses tanggal 20 Nov 2023. 
  3. ^ Calculating Prayer Times
  4. ^ Fira Yuniar (Agustus 2021). "Analisis Metode Ihtiyat dalam Penentuan Awal Waktu Salat Perspektif Ilmu Falak" (PDF). UIN Alauddin Makassar. Diakses tanggal 1 November 2023. 

Pranala luar