Bengawan Solo

sungai di Indonesia
Revisi sejak 19 September 2024 03.52 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Mengganti kategori Sungai di Ngawi dengan Sungai di Kabupaten Ngawi)

Bengawan Solo (bahasa Jawa: ꦧꦼꦔꦮꦤ꧀ꦱꦭ, translit. Bêngawan Sala) adalah sungai terpanjang di pulau Jawa di Indonesia yang mengalirkan air dari daerah aliran sungai (DAS) seluas ±16,100 km2, mulai dari Pegunungan Sewu di sebelah barat-selatan Surakarta ke laut Jawa di utara Surabaya melalui alur sepanjang ±600 km (370 mil).[4]

Bengawan Solo
ꦧꦼꦔꦮꦤ꧀ꦱꦭ
Bengawan Solo melewati Bojonegoro
Peta
PetaKoordinat: 6°51′1.8″S 112°34′31.1″E / 6.850500°S 112.575306°E / -6.850500; 112.575306
Lokasi
NegaraIndonesia
ProvinsiJawa Tengah
Yogyakarta
Jawa Timur
Ciri-ciri fisik
Hulu sungai 
 - lokasiLereng Barat Gunung Liman
Gunung Lawu
Lereng Tenggara Gunung Merbabu
Lereng Timur Gunung Merapi
Gabungan hulu 
 - lokasiPelem, Kecamatan Ngawi, Ngawi
 - koordinat7°23′17″S 111°27′27″E / 7.387949°S 111.457487°E / -7.387949; 111.457487
Muara sungai 
 - lokasiLaut Jawa
 - koordinat6°52′38″S 112°33′22″E / 6.877111°S 112.556167°E / -6.877111; 112.556167
Panjang600 km (370 mi)[1]
Debit air 
 - rata-rata684 m3/s (24,155 cu ft/s)
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Bengawan Solo (DAS397,33)[2]
Luas DAS16.000 km2 (6.200 sq mi)[1]
Markah tanahFort van den Bosch; Solo Safari Zoo; Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti; Universitas Surakarta
Badan airWaduk Gajah Mungkur
JembatanJembatan Sembayat; Jembatan Karanggeneng; Jembatan Laren; Jembatan Jl.Nasional Tuban-Babat; Oude Indië Spoorbrug bij Kléwér; Jembatan Kanor - Rengel; Jembatan Kaliketek; Jembatan Lengkung Bojonegoro; Jembatan Padangan; Jembatan Kereta api Solo - Cepu;
Pengelola DAS & WSBPDAS Solo[2];
BBWS Bengawan Solo[3]

Terlepas dari pentingnya sebagai jalur air bagi penduduk dan lahan pertanian di bagian timur dan utara pulau Jawa, alur sungai ini juga terkenal di kalangan paleoantropologi. Banyak penemuan sisa-sisa hominid awal (berasal dari 100,00 hingga 1,5 juta tahun yang lalu) telah dilakukan di beberapa situs di lembahnya, terutama di Sangiran, termasuk fosil manusia purba pertama yang ditemukan di luar Eropa, yang disebut dengan tengkorak Manusia Jawa.[5]

Geografi

 
Peta wilayah sungai "Bengawan Solo"

Melewati kota Surakarta (disebut juga kota Solo), anak sungai yang mendasari Bengawan Solo adalah Sungai Dengkeng yang berhulu di Gunung Merapi.[6] Setelah melewati Surakarta, sungai mengalir ke utara mengitari Gunung Lawu, kemudian berbelok ke timur menuju Ngawi.

Setelah Ngawi sungai berbelok ke utara lagi, membentuk batas antara Kabupaten Blora di Jawa Tengah dan Kabupaten Bojonegoro di Jawa Timur. Dari Blora, sungai berbelok ke timur dan melewati Kabupaten Bojonegoro. Dari situ lalu mengarah ke timur melewati Kabupaten Lamongan dan Gresik. Bagian terakhir dari DAS (kira-kira dimulai dari Kabupaten Bojonegoro) sebagian besar berupa tanah datar.[7]

Delta sungai Bengawan Solo terletak di dekat kecamatan Sidayu di Kabupaten Gresik. Delta sungai saat ini dialihkan oleh kanal buatan.[7] Delta sungai yang asli mengalir ke Selat Madura,[7] tetapi pada tahun 1890 dibuat terusan sepanjang 12 km oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengalihkan Bengawan Solo ke Laut Jawa.[7][8] Hal ini dilakukan untuk mencegah sedimentasi lumpur mengisi Selat Madura dan dengan demikian mencegah akses laut ke kota pelabuhan penting Surabaya.[7]

Delta sungai Bengawan Solo memiliki aliran sedimentasi lumpur yang sangat besar yang mengendapkan 17 juta ton lumpur per tahun. Sedimentasi di delta ini membentuk tanjung, yang rata-rata tumbuh memanjang 70 m per tahun.[8] Delta sungai ini dikenal sebagai Tanjung Pangkah, karena berada di kecamatan Ujungpangkah.

Bagian sungai

Bengawan Solo Purba

Aliran Bengawan Solo masa kini terbentuk kira-kira empat juta tahun yang lalu. Sebelumnya terdapat aliran sungai yang mengalir ke selatan, diduga dari hulu yang sama dengan sungai yang sekarang. Karena proses pengangkatan geologis akibat desakan lempeng Indo-Australia yang mendesak daratan Jawa, aliran sungai itu beralih ke utara.[9]

Pantai Sadeng di bagian tenggara Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai muara Bengawan Solo Purba.[10]

Daerah hulu

Daerah ini mayoritas meliputi daerah hulu kali Tenggar, hulu kali Muning, hulu Waduk Gajah Mungkur serta sebagian kabupaten Wonogiri dengan penampang sungai yang berbentuk V. Vegetasi pada daerah ini didominasi oleh tumbuhan akasia. Aktivitas yang banyak dilakukan di daerah ini adalah pertanian, seperti padi dan kacang tanah. Dinding sungai pada daerah ini rata-rata bertebing curam dan tinggi. Karena banyak digunakan untuk pertanian, daerah sekitar sungai pada bagian ini banyak mengalami erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi.

Daerah tengah

 
Bengawan Solo di kawasan Jurug, Surakarta.

Daerah ini mayoritas meliputi daerah hilir Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Surakarta, Sragen, dan sebagian Tempuran (hilir) kali Madiun (Bengawan Madiun). Selain itu daerah ini merupakan daerah yang padat penduduk. Pada umumnya kegiatan ekonomi di daerah bagian sungai ini lebih tinggi daripada bagian hulu dan hilir, dan didominasi oleh kegiatan industri. Akibatnya, banyak limbah yang masuk ke sungai dan mencemari vegetasi di daerah ini. Aktivitas masyarakat yang paling menonjol di daerah ini adalah pertanian, pemanfaatan air sebagai kebutuhan sehari-hari, peternakan dan industri.

Daerah hilir

 
Bendungan Gerak di Bojonegoro

Daerah ini meliputi daerah sebagian Tempuran (hilir) Kali Madiun, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Lamongan, Tuban dan berakhir di kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik.

Delta sungai Bengawan Solo berada di daerah Sidayu wilayah kabupaten Gresik. Pada delta ini sengaja dibuat kanal oleh manusia, tepatnya sejak zaman Hindia Belanda. Delta Bengawan Solo ini menghasilkan sedimentasi sebanyak 17 juta ton lumpur per tahun. Delta Pangkah merupakan hasil modifikasi sungai Bengawan Solo di bagian hilir.

Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk menghindari pendangkalan di Selat Madura. Endapan dibawa oleh aliran Bengawan Solo dari ujung hingga hilir. Delta buatan yang merupakan hasil rekayasa yang berada di sebelah utara Kabupaten Gresik. Delta tersebut bernama delta Pangkah karena berada di wilayah kecamatan Ujungpangkah.

Pengelolaan infrastruktur

Sejumlah infrastruktur sumber daya air yang telah selesai dibangun di Bengawan Solo saat ini dikelola oleh Jasa Tirta I,[11] antara lain Waduk Gajah Mungkur, Bendung Colo, Bendung Jati, Bendung Gerak Bojonegoro, Bendung Gerak Babat, dan Bendung Gerak Sembayat.[12] Sementara infrastruktur yang akan dan sedang dibangun di Bengawan Solo tetap dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui BBWS Bengawan Solo.

Dalam budaya

  • Bengawan Solo, sebuah lagu yang diciptakan oleh Gesang Martohartono pada tahun 1940, menggambarkan sungai Bengawan Solo secara puitis dan terkenal di seluruh Asia, semenjak diperkenalkan oleh para tentara Jepang.[13]
  • Bengawan Solo menjadi judul film yang disutradarai oleh Sofia WD, Bay Isbahi, dan Willy Wilianto pada tahun 1971.
  • Bengawan Solo, sebuah lagu tema yang digunakan dalam film Jepang Stray Dog pada tahun 1949 oleh Akira Kurosawa.[14]
  • Bungawan Soro (ブンガワンソロ) adalah judul film Jepang pada tahun 1951 yang disutradarai oleh Kon Ichikawa.[15]
  • Bengawan Solo, sebuah soundtrack dalam film Jepang pada tahun 1962 yang berjudul An Autumn Afternoon oleh Yasujirō Ozu.[14]
  • Bengawan Solo, sebuah lagu yang dibawakan dalam bahasa Inggris dan digunakan dalam film In the Mood for Love yang disutradarai oleh Wong Kar-wai .[16]
  • Bengawan Solo adalah nama waralaba kue yang populer di Singapura.[17]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Land resources information systems in Asia: proceedings of a regional workshop held in Quezon City, the Philippines, 25–27 January 2000. Food and Agriculture Organization. 2000. hlm. 58. ISBN 9789251045169. 
  2. ^ a b https://hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f2f760d2fff3/keputusan-menteri-kehutanan-nomor-sk511menhutv2011-tahun-2011
  3. ^ https://jdih.pu.go.id/internal/assets/assets/produk/PermenPUPR/2020/06/PermenPUPR16_Tahun_2020.pdf
  4. ^ Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. "Sejarah Bengawan Solo". sda.pu.go.id. Diakses tanggal 2 Desember 2022. 
  5. ^ Evolution The Human Story, Evolution The Human Story (2011). Evolution The Human Story (dalam bahasa Inggris). Dorling Kindersley. ISBN 978-1405361651. 
  6. ^ Santoso, Suwito; Kestity Pringgoharjono (2006). The Centhini story: the Javanese journey of life : based on the original Serat Centhini (dalam bahasa Inggris). Marshall Cavendish. hlm. 148. ISBN 9789812329752. 
  7. ^ a b c d e Whitten, Tony; Roehayat Emon Soeriaatmadja; Suraya A. Afiff (1996). The ecology of Java and Bali (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 129. ISBN 9789625930725. 
  8. ^ a b Journal of Southeast Asian earth sciences, Volumes 2-3 (dalam bahasa Inggris). University of California: Pergamon. 1989. 
  9. ^ "Keindahan Tersembunyi Jejak Purba Bengawan Solo". kompas.com. 12 Oktober 2009. Diakses tanggal 2 Desember 2022. 
  10. ^ Utomo, Yunanto Wiji (9 April 2022). "Mengunjungi Muara Bengawan Solo Purba". yogyes.com. Diakses tanggal 2 Desember 2022. 
  11. ^ "Brantas River Public Corporation" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-01. Diakses tanggal 2009-11-14. 
  12. ^ "Prasarana Sumber Daya Air". Jasa Tirta I. Diakses tanggal 8 Februari 2023. 
  13. ^ Kartomi, Margaret (2009). The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War (dalam bahasa Inggris). Brill. hlm. 395–396. ISBN 9789004190177. 
  14. ^ a b Syamsu, Bondan (28 January 2020). "Bengawan Solo: How an Indonesian folk song became the post-WWII Asian zeitgeist". Broadly Specific (dalam bahasa Inggris). 
  15. ^ Ontario, Cinematheque (2009). Kon Ichikawa (dalam bahasa Inggris). hlm. 42. ISBN 9780968296936. 
  16. ^ Berry, Chris (2019). Chinese Films in Focus II (dalam bahasa Inggris). Bloomsbury Publishing. ISBN 9781838714970. 
  17. ^ John, Alan (30 Juni 2019). "Behind the scenes with Anastasia Liew at Singapore's Bengawan Solo". South China Morning Post (dalam bahasa Inggris). 

Bacaan lebih lanjut

  • Turner, Peter (1997). Java (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-pertama). Melbourne: Lonely Planet. hlm. 286. ISBN 0-86442-314-4. 

Pranala luar