Rangaku

Revisi sejak 1 November 2010 13.52 oleh Luckas-bot (bicara | kontrib) (bot Menambah: ms:Rangaku)

Rangaku (蘭学, arti harfiah: ilmu belanda; ran: Belanda) adalah sebutan untuk ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi dari Eropa yang dikenal Jepang pada zaman Edo. Ilmu-ilmu Barat didapat Jepang melalui kontak dengan orang Belanda di pos perdagangan Belanda di Dejima. Studi ilmu-ilmu dari Barat yang didapat dari orang Belanda memungkinkan Jepang mengejar ketinggalan di bidang teknologi dan kedokteran Barat akibat politik isolasi yang dijalankan Keshogunan Tokugawa dari 1641 hingga 1853.

Lukisan bertemunya orang Jepang, orang Cina, dan orang Barat, karya Shiba Kōkan, akhir abad ke-18.

Melalui rangaku, orang Jepang belajar berbagai aspek revolusi ilmu pengetahuan yang berlangsung di Eropa pada waktu itu. Dengan mempelajari ilmu-ilmu dari Barat, Jepang memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi untuk melakukan modernisasi setelah dibukanya pelabuhan-pelabuhan di Jepang untuk perdagangan dengan kapal-kapal asing pada tahun 1854.

Sejarah

 
Catatan mengenai Negara-negara Asing (増補華夷通商考, Zōho Kaitsū Shōkō) karya Nishikawa Joken, 1708. (Museum Nasional Tokyo)

Setelah Jepang dinyatakan tertutup bagi orang asing, pedagang Belanda adalah satu-satunya bangsa Eropa yang diizinkan berdagang dengan Jepang. Pedagang Belanda ditempatkan di pos perdagangan Dejima, Nagasaki yang merupakan sebuah enklave. Gerak-gerik mereka dibatasi dan diawasi. Orang Belanda tidak diizinkan untuk keluar dari Dejima, kecuali setahun sekali ketika melakukan kunjungan kehormatan ke Edo untuk bertemu shogun. Pedagang Belanda dikenang di Jepang atas jasa-jasanya menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Mereka memperlihatkan kepada orang Jepang, buku-buku yang menjelaskan revolusi industri dan kemajuan ilmu di Barat. Orang Jepang membeli dan menerjemahkan sejumlah besar buku-buku ilmu pengetahuan dari Belanda. Kalangan penguasa pada waktu itu membeli "barang-barang aneh" dari Barat seperti jam dan teropong. Kepada orang Jepang juga diperlihatkan berbagai inovasi Barat seperti peragaan fenomena listrik, dan penerbangan balon udara panas pada awal abad ke-19. Pada abad ke-17 dan ke-18, Belanda dapat disebut sebagai bangsa paling kaya secara ekonomi dan paling maju di bidang teknologi dibandingkan semua bangsa Eropa lainnya, namun bermurah hati melakukan transfer teknologi kepada Jepang.

Ilmu pengetahuan dari Belanda menyebabkan bangkitnya industri penerbitan di Jepang, ribuan judul buku diterbitkan, dicetak, dan disebarluaskan di kalangan rakyat yang ketika itu sekitar 70% hingga 80% sudah melek huruf. Pada masa itu, Jepang sudah memiliki penduduk perkotaan terbesar di dunia, penduduk kota Edo sudah melebihi satu juta orang, diikuti kota-kota besar lainnya seperti Osaka dan Kyoto. Penduduk kota yang melek huruf dijadikan target pemasaran buku-buku oleh penerbit. Di kota-kota besar bahkan terdapat toko-toko untuk umum yang menyediakan barang-barang baru hasil penemuan orang Barat.

Awal rangaku (1640–1720)

 
Lukisan orang Jepang yang menggambarkan orang Belanda sedang mempraktikkan astronomi di Dejima.

Ketika pertama kali diperkenalkan di Jepang, buku-buku dari Belanda sangat diawasi dan dibatasi. Buku-buku dari Barat dilarang keras di Jepang setelah dikeluarkannya perintah pelarangan Kirishitan (agama Kristen) di Jepang pada tahun 1640. Pada awalnya, hanya sekelompok kecil orang Jepang keturunan Belanda dipekerjakan di Nagasaki. Mereka bekerja sebagai penerjemah komunikasi sehari-hari dengan orang Belanda, dan menyampaikan barang-barang penemuan baru dari dunia Barat.

Setiap tahunnya, orang Belanda diminta untuk mengunjungi shogun di Edo. Mereka diminta menyampaikan laporan tentang peristiwa penting yang terjadi di dunia, dan diharapkan untuk memberi hadiah kepada shogun berupa barang-barang hasil teknologi baru. Pada akhirnya, selain membeli kain sutra dan kulit rusa dari Jepang, orang Belanda diizinkan untuk "berdagang secara kecil-kecilan" melalui pabrik-pabrik milik Belanda yang dibangun di Nagasaki. Orang Belanda sangat diuntungkan dari perdagangan barang-barang langka dari Barat yang berpusat di kawasan Nagasaki. Klinik permanen dokter bedah didirikan di pos perdagangan Dejima. Ketika dokter-dokter lokal sudah tidak mampu mengobati penyakity mereka, pejabat tinggi keshogunan mulai berdatangan minta diobati di klinik dokter bedah Dejima. Caspar Schamberger adalah salah seorang dokter bedah di Dejima yang berjasa menarik minat orang Jepang terhadap buku-buku kedokteran, ilmu farmasi, dan metode pengobatan dari Barat.

Pembebasan pengetahuan dari Barat (1720–)

 
Penjelasan tentang sebuah mikroskop, buku tahun 1787 berjudul Berbagai Kisah Orang Belanda (紅毛雑話).

Walaupun buku sudah dilarang keras sejak tahun 1640, pelarangan buku-buku asing dilonggarkan pada tahun 1720 di masa pemerintahan Shogun Tokugawa Yoshimune. Hal tersebut menyebabkan membanjirnya buku-buku asing di Jepang, dan terjemahannya dalam bahasa Jepang. Salah satu contoh adalah buku Berbagai Kisah Orang Belanda (紅毛雑話, arti harfiah: Berbagai Kisah Orang Berambut Merah) terbitan Morishima Chūryō pada tahun 1787. Buku ini mencatat berbagai pengetahuan yang didapat dari orang Belanda. Di dalamnya dibahas tentang berbagai topik, mulai dari mikroskop, balon udara panas hingga keadaan rumah sakit di Barat dan perkembangan mutakhir mengenai kedokteran dan penyakit. Buku tersebut juga membahas teknik-teknik melukis dan metode percetakan intaglio, bagan-bagan pembangkit listrik statis dan kapal berukuran besar, serta data terbaru mengenai geografi dunia.

Dari 1804 hingga 1829, Keshogunan Tokugawa membuka sekolah secara besar-besaran di seluruh penjuru Jepang. Selain itu, sekolah yang dikelola kuil Buddha (terakoya) juga membantu penyebaran ilmu-ilmu baru.

Utusan Belanda dan ilmuwan mulai dibebaskan untuk melakukan kontak-kontak dengan rakyat Jepang. Dokter berkebangsaan Jerman bernama Philipp Franz von Siebold disusupkan ke dalam delegasi Belanda. Ia bertukar pengetahuan dengan sejumlah orang Jepang yang menjadi muridnya. Ilmuwan Jepang diundangnya ke peragaan ilmu-ilmu Barat yang diadakannya. Sebagai imbalan, von Siebold diajari tentang Jepang dan adat istiadat orang Jepang. Pada 1824, von Siebold membuka sekolah kedokteran yang diikuti oleh 50 orang mahasiswa yang semuanya mendapat tugas belajar dari shogun. Bersama murid-muridnya, von Siebold melakukan penelitian flora dan fauna Jepang. Sekolah von Siebold disebut Narutaki-juku (鳴滝塾), dan dijadikan tempat pertemuan 50 mahasiswa rangaku.

Ekspansi dan politisasi (1839–)

 
Jam abadi buatan Jepang (1851), hasil kemajuan rangaku dan teknologi lokal. Pegas cukup diputar sekali untuk menunjukkan waktu hingga setahun (Museum Nasional Tokyo).

Ilmuwan rangaku akhirnya ikut serta dalam debat politik mengenai perlunya Jepang mengisolasi diri dari pengaruh asing. Menurut mereka, meniru budaya barat akan memperkuat dan bukannya merusak Jepang. Sementara itu, cendekiawan rangaku makin serius dalam menyebarkan inovasi teknologi Barat di Jepang. Hal tersebut menyebabkan Keshogunan Tokugawa melakukan penindasan ilmuwan rangaku pada 1839. Mereka dipenjarakan dalam peristiwa yang dikenal sebagai Bansha no goku (蛮者の獄, "penjara bagi penganut ilmu barbar"). Ilmuwan rangaku menentang kebijakan baru keshogunan yang menetapkan hukuman mati bagi orang asing (kecuali orang Belanda) yang berani mendekat ke pantai-pantai Jepang. Setelah dikeluarkannya Perintah Pengusiran Kapal-kapal Asing terjadi Peristiwa Morrison. Kapal dagang Amerika yang tidak bersenjata ditembaki meriam-meriam Jepang. Perintah pengusiran kapal asing dibatalkan keshogunan pada tahun 1842.

Rangaku akhirnya dianggap usang setelah Jepang dinyatakan sebagai negara terbuka dalam periode Bakumatsu (1853–1867). Mahasiswa dikirim belajar ke luar negeri. Sejumlah besar orang asing diundang ke Jepang untuk mengajar dan menjadi penasihat pemerintah (oyatoi gaikokujin).

Jenis rangaku

Ilmu kedokteran

 
Buku anatomi Barat yang pertama diterbitkan di Jepang, (Kaitai Shinsho) terbitan 1774. (Museum Nasional Tokyo).

Sejak sekitar 1720, sejumlah buku-buku kedokteran didapat dari orang Belanda, kemudian ditelaah dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Debat berkepanjangan terjadi antara ahli kedokteran Cina dan ilmuwan yang baru belajar ilmu kedokteran Barat. Mereka mengadakan berbagai eksperimen kedokteran dan diseksi. Keakuratan ilmu-ilmu Barat membuat orang Jepang tercengang, dan terbit buku-buku lokal seperti Anatomi (蔵志, Zōshi) (1759), Teks Baru mengenai Anatomi (解体新書, Kaitai Shinsho) (1774) sebagai buku rujukan baru. Kaitai Shinsho merupakan hasil kompilasi beberapa cendekiawan Jepang di bawah pimpinan Sugita Genpaku yang sebagian besar disadur dari buku berbahasa Belanda, Ontleedkundige Tafelen terbitan 1734. Buku Ontleedkundige Tafelen juga merupakan hasil terjemahan dari Anatomische Tabellen (1732) karya pengarang Jerman bernama Johann Adam Kulmus.

 
Buku kedokteran dari Barat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, terbitan Maret 1808.

Pada 1804, Seishū Hanaoka untuk pertama kalinya melakukan mastektomi terhadap pasien kanker payudara yang dilakukan dengan pembiusan total. Pembedahan dilakukan dengan mengkombinasikan obat tradisional Cina dan teknik bedah Barat.[1] Dokter Hanaoka melakukannya 40 tahun sebelum Long, Wells, dan Morton melakukan pembedahan dengan dietil eter (1846) dan kloroform (1847) sebagai anestesi umum.

Pada 1838, Dr. Ogata Kōan mendirikan sekolah rangaku bernama Tekijuku. Di antara alumni Tekijuku yang sukses menjadi politikus adalah Fukuzawa Yukichi dan Ōtori Keisuke. Keduanya menjadi tokoh modernisasi Jepang. Dr. Ogata menulis Pengantar Patologi (病学通論, Byōgaku Tsūron) yang merupakan buku teks patologi pertama terbitan Jepang.

Fisika

Beberapa dari ilmuwan rangaku generasi pertama berperan dalam memperkenalkan teori-teori fisika asal abad ke-17 di Jepang. Setelah baru saja selesai belajar tata bahasa Belanda, penerjemah bernama Shizuki Tadao menerjemahkan edisi bahasa Belanda, dari Introductio ad Veram Physicam karangan ilmuwan Inggris John Keil. Buku berisi penjelasan teori Newton tersebut diterbitkan tahun 1798 dengan judul Rekishō Shinsho (暦象新書, Buku Baru Alam Semesta). Shizuki menciptakan sendiri sejumlah istilah sains yang beberapa di antaranya masih dipakai hingga kini: jūryoku untuk gravitasi, inryoku untuk gaya tarik menarik, enshinryoku untuk daya sentrifugal, dan jūten (集点) untuk titik pusat gravitasi. Ilmuwan rangaku bernama Hoashi Banri menerbitkan buku panduan fisika tahun 1810, Kyūri-Tsū (窮理通, Jalan Mencari Kebenaran). Buku tersebut ditulisnya dari 13 judul buku-buku berbahasa Belanda, namun pengetahuan bahasa Belanda Hoashi Banri hanya didapat dari sebuah kamus bahasa Belanda-Jepang.

Fenomena listrik

 
Pembangkit elektrostatik produksi pertama Jepang yang disebut elekiter, bukti kemajuan rangaku. (Museum Nasional Tokyo).
 
Toko barang aneh yang menjual dan mendemonstrasikan elekiter. Plang di depan toko bertuliskan, "Barang-barang Aneh dari Negeri Asing".
 
Buku pegangan ilmu listrik yang pertama kali diterbitkan di Jepang. Pengarang: Hashimoto Muneyoshi, terbitan 1811.

Eksperimen listrik sangat populer sekitar tahun 1770. Setelah penemuan stoples Leiden pada 1745 oleh Pieter van Musschenbroek, pembangkit elektrostatik yang serupa didatangkan dari Belanda sekitar tahun 1770 oleh Hiraga Gennai. Elektrostatik dihasilkan pergesekan sebuah tabung gelas dengan batang berlapiskan emas, dan timbul berbagai efek listrik. Stoples serupa ditiru dan diubah oleh orang Jepang, dan disebut elekiter (エレキテル). Seperti halnya di Eropa, alat percobaan seperti ini hanya dipakai sebagai pemuas rasa ingin tahu. Dalam buku Berbagai Kisah Orang Belanda, elekiter dijelaskan sebagai mesin yang bisa membuat kilatan listrik keluar dari tubuh manusia, dan bermanfaat untuk mengobati bagian tubuh yang sakit. Elekiter laku dijual di berbagai toko barang-barang aneh. Mesin-mesin listrik lainnya dibuat berdasarkan prinsip elekiter, di antaranya dibuat oleh penemu Jepang bernama Sakuma Shōzan.

Buku mengenai listrik diterbitkan pertama kali di Jepang adalah Oranda Shisei Erekiteru Kyūri-Gen (阿蘭陀始制エレキテル究理原, Dasar Studi Ilmu Alam Elekiter Penemuan Belanda) karya pengarang Hashimoto Muneyoshi. Buku terbitan tahun 1811 ini menjelaskan sejumlah fenomena listrik, seperti eksperimen dengan pembangkit listrik, konduktivitas melalui tubuh manusia, dan eksperimen Benjamin Franklin pada tahun 1750 mengenai petir.

Kimia

 
Penjelasan tentang baterai Volta dalam buku Prinsip-Prinsip Kimia oleh Udagawa Yōan, tahun 1840. Judul bab: "Dekomposisi Alkali dengan Batang Volta."
 
Percobaan kimia dalam buku Seimi Kaisō karya in Udagawa (1840).

Udagawa Yōan pada 1840 menerbitkan buku Prinsip-Prinsip Kimia (舎密開宗, Seimi Kaisō) yang diambilnya dari berbagai buku-buku ilmiah berbahasa Belanda. Buku tersebut berisi sejumlah besar ilmu pengetahuan dari Barat. Sebagian besar dari isi yang diterjemahkannya dari bahasa Belanda, kemungkinan memakai buku Elements of Experimental Chemistry karya William Henry sebagai buku sumber. Secara mendetail, Udagawa menjelaskan prinsip baterai ciptaan Volta pada tahun 1800. Udagawa sudah membuat baterai sendiri sejak 1831 dan dipakainya dalam berbagai percobaan, termasuk untuk keperluan pengobatan karena orang pada zaman itu percaya listrik dapat mengobati penyakit.

Dalam buku karangannya, Udagawa adalah ilmuwan pertama di Jepang yang menulis secara mendetail tentang penemuan dan teori Lavoisier. Ia melakukan sejumlah percobaan ilmiah dan menciptakan sejumlah istilah sains yang baru; beberapa di antaranya masih dipakai hingga kini, misalnya: sanka (酸化) untuk oksidasi, kan-gen (還元) untuk redoks, hōwa (還元) untuk saturasi, dan genso (元素) untuk unsur.

Ilmu optik

Teleskop

 
Wanita di Edo sedang memakai teropong (teleskop). Lukisan awal abad ke-19.

Teleskop pertama yang dimiliki orang Jepang adalah teleskop yang diberikan John Saris sebagai hadiah untuk Tokugawa Ieyasu pada tahun 1614. Ketika itu, Saris datang ke Jepang ditemani William Adams dalam misi untuk membuka perdagangan antara Inggris dan Jepang. Pada waktu itu teleskop adalah barang penemuan baru. Teleskop adalah hasil ciptaan Hans Lippershey, enam tahun sebelumnya pada 1608. Teleskop pembias populer di kalangan atas pada zaman Edo untuk sekadar melihat-lihat atau meneropong bintang.

Setelah tahun 1640, orang Belanda terus mengajari orang Jepang tentang perkembangan teknologi teleskop. Pada 1831, Kunitomo Ikkansai (mantan pandai besi pembuat senjata) menghabiskan beberapa bulan di Edo untuk mempelajari barang-barang baru dari Belanda. Ciptaan Kunitomo dari hasil belajar di Edo adalah teleskop reflektor yang termasuk jenis gregorius. Teleskop buatan Kunitomo memiliki pembesaran maksimal 60 kali, dan memungkinkan dirinya mempelajari bintik matahari dan topografi Bulan. Empat dari teleskop buatan Kunitomo masih tersisa hingga sekarang.

Mikroskop

 
Mekanisme magic lantern, dari Tengu-tsū, 1779.

Di Eropa, mikroskop sudah dikenal sejak abad ke-17, namun tidak diketahui kapan saat mikroskop pertama kali tiba di Jepang. Penjelasan lengkap tentang mikroskop dimuat dalam buku Nagasaki Yawasō (長崎夜話草, Buku Cerita Malam Nagasaki) dan buku Berbagai Kisah Orang Belanda terbitan 1787. Walaupun mikroskop digunakan orang Eropa untuk mengamati organisme ukuran mikro, orang Jepang senang menggunakannya untuk mengamati serangga berukuran kecil, dan hasilnya berupa buku-buku berisi pemerian tentang serangga secara mendetail.

Lentera ajaib

Bentuk awal proyektor slide yang disebut lentera ajaib (magic lanterns) pertama kali dijelaskan oleh Athanasius Kircher pada 1671. Setelah tiba di Jepang, alat ini menjadi tontonan yang populer pada abad ke-18. Mekanisme lentera ajaib disebut Teropong Gambar Bayangan (影絵眼鏡, Kagee Gankyō) yang dijelaskan dengan memakai gambar teknik dalam buku berjudul Tengu-tsū (天狗通) pada tahun 1779.

Teknik mesin

Otomat

 
Otomat penyaji teh (karakuri) dan mekanisme di bagian dalam (abad ke-19).

Karakuri adalah sebutan untuk boneka mekanik Jepang asal abad ke-18 dan abad ke-19. Istilah karakuri berarti alat dan berarti alat mekanik atau alat untuk menipu orang. Otomat produk Barat ditiru dan diadaptasi orang Jepang yang mengenal teori mekanisme dari Descartes serta cerita tentang Friedrich II dari Prusia yang senang bermain otomat dan miniatur permainan perang.

Orang Jepang membuat banyak sekali boneka karakuri yang sebagian besar dibuat sebagai mainan, mulai dari karakuri yang bisa menyajikan teh hingga karakuri yang bisa memanah. Karakuri digerakkan oleh tenaga pegas seperti mesin jam.

Jam

 
Jam (wadokei) dari abad ke-18.

Misionaris Yesuit atau pedagang Belanda memperkenalkan jam mekanis kepada orang Jepang pada abad ke-16. Jam-jam tersebut termasuk jam model lentera yang dibuat dari kuningan atau besi. Mesin jam memakai teknologi escapement tipe verge escapement yang terbilang primitif. Model jam pada waktu itu ditiru dalam bentuk wadokei produksi Jepang.

Sebelum Jepang menjalankan politik isolasi pada tahun 1641, jam-jam Eropa yang diproduksi pada masa itu belum memakai pendulum atau pegas imbang. Oleh karena itu, teknologi pendulum dan pegas imbang belum dikenal oleh perajin jam di Jepang ketika dimulainya politik isolasi tahun 1641. Setelah mengadakan kontak dengan orang Belanda di Dejima, perajin jam di Jepang membuat mekanisme jam yang ditiru mereka dari jam yang dibawa orang Belanda. Keahlian membuat jam yang dimiliki orang Jepang memungkinkan perajin jam di Jepang membuat jam abadi pada tahun 1850. Perancang jam tersebut bernama Hisashige Tanaka, pendiri perusahaan yang sekarang dikenal sebagai Toshiba.

Pompa

 
Bagan pompa vakum oleh Udagawa, 1834.
 
Bagan "lampu abadi" (mujin-hi) yang memakai pompa.
 
Senapan angin yang dibuat Kunitomo, sekitar 1820–1830.

Mekanisme pompa udara menjadi populer di Eropa dari sekitar 1660 setelah Robert Boyle mengumumkan hasil percobaannya. Di Jepang, penjelasan pertama tentang pompa vakum dimuat dalam buku Observasi Atmosfer (気海観瀾, Kikai Kanran) karya Aoji Rinsō tahun 1825. Udagawa Shinsai menulis tentang pompa bertekanan dalam Appendiks Pemikiran Terkenal dan Teknik Pengobatan Barat Jauh (遠西医方名物考補遺, Ensei Ihō Meibutsu Kō Hoi) terbitan 1834. Dalam buku-buku tersebut dijelaskan tentang pentingnya udara untuk bernafas makhluk hidup dan pembakaran, contoh diberikan dengan meletakkan sebuah lampu atau sebuah pompa kecil di ruang hampa. Mereka juga berusaha menghitung tekanan dan kerapatan udara.

Diketahuinya prinsip pompa memungkinkan Kunitomo Ikkansai memproduksi sendiri senapan angin. Kunitomo pernah diminta memeriksa dan memperbaiki mekanisme beberapa pucuk senapan angin hadiah untuk shogun di Edo. Kunitomo menciptakan lampu minyak yang idenya diambil dari mekanisme senapan angin. Lampu yang diberinya nama mujin hi (無尽灯) tersebut, minyaknya mengalir terus karena dipompa.[2] Kunitomo juga menciptakan sejumlah alat-alat pertanian, misalnya pompa besar berpenggerak sapi yang dipakai dalam sistem irigasi.

Pengetahuan dirgantara

 
Bagan balon udara panas dalam buku Berbagai Kisah Orang Belanda (1787)
 
Peragaan balon udara panas yang pertama di Jepang (Umegasaki, 1805) oleh Johann Caspar Horner.

Penerbangan balon udara panas pertama oleh Montgolfier bersaudara pada tahun 1873 dilaporkan kurang dari empat tahun kemudian oleh orang Belanda di Dejima, dan dimuat dalam buku Berbagai Kisah Orang Belanda terbitan tahun 1787.

Sekitar 20 tahun kemudian, ilmuwan Swiss bernama Johann Caspar Horner dan Georg Heinrich von Langsdorff dari Prussia yang bergabung dalam misi Kruzenshtern yang juga mengajak Duta Besar Rusia untuk Jepang Nikolai Rezanov membuat balon udara panas dari washi. Mereka mengadakan peragaan terbang dengan balon udara panas di depan sekitar 30 delegasi Jepang.[3] Balon udara panas hanya dikenal orang Jepang sebagai benda aneh hingga dijadikan obyek eksperimen militer pada awal zaman Meiji.

Mesin uap

 
Gambar dari buku Mesin Janggal dari Barat Jauh, selesai ditulis tahun 1845, diterbitkan tahun 1854.
 
Penjelasan tentang kapal uap dalam Mesin Janggal dari Barat Jauh.

Pengetahuan tentang mesin uap dikenal secara luas di Jepang mulai paruh pertama abad ke-19. Hisashige Tanaka dicatat sebagai orang Jepang yang pertama membuat mesin uap pada tahun 1853. Tanaka diundang dalam peragaan mesin uap oleh utusan Rusia Yevfimy Putyatin yang tiba di Nagasaki pada 12 Agustus 1853.

Ilmuwan rangaku Kawamoto Kōmin menulis buku Mesin Janggal dari Barat Jauh (遠西奇器述, Ensei Kiki-Jutsu) pada tahun 1845. Buku tersebut baru diterbitkan pada tahun 1854 setelah Jepang semakin membutuhkan ilmu-ilmu Barat akibat kedatangan Komodor Perry yang memaksa dibukanya pelabuhan-pelabuhan di Jepang. Di dalamnya, Kawamoto menjelaskan tentang mesin uap dan kapal uap. Penerbitan buku ini kemungkinan ditunda karena Keshogunan Tokugawa melarang orang Jepang membuat kapal-kapal besar.

Geografi

 
Bola dunia buatan Jepang dari abad ke-18
 
Survei topografi dengan metode Eropa, lukisan tahun 1848 dari Peta Survei Regional (地方測量之図, Jikata Sokuryō no Zu).

Ilmu geografi modern disampaikan kepada orang Jepang pada abad ke-17 melalui karya misionaris Yesuit Matteo Ricci. Pengetahuan tentang peta dunia diperbarui secara teratur dari informasi yang disampaikan orang Belanda. Peta dunia yang dimiliki orang Jepang waktu itu tidak jauh berbeda dengan peta dunia yang dimiliki negara-negara Barat. Bola dunia produksi Jepang yang pertama dibuat oleh Shibukawa Shunkai pada tahun 1690.

Dari abad ke-18 hingga abad ke-19, Jepang giat melakukan survei kartografi di seluruh daerah dengan menggunakan teknik dan peralatan dari Barat. Peta-peta yang dihasilkan dari zaman itu ternyata tidak berbeda jauh dari peta produk teknologi modern.

Biologi

 
Gambar biologi ikan oleh Itō Keisuke
 
Gambar serangga dalam Berbagai Kisah Orang Belanda, 1787.
 
Siamang pertama yang tiba di Jepang, digambar oleh Mori Sosen

Penggambaran flora dan fauna mengalami kemajuan setelah dikenalnya rangaku, terutama dipengaruhi karya encyclopédistes dan von Siebold. Itō Keisuke menulis sejumlah besar buku yang berisi gambar-gambar spesies hewan di Kepulauan Jepang. Entomologi juga menjadi bidang ilmu yang populer, peneliti serangga Jepang melihat serangga kecil dengan bantuan mikroskop. Berbagai spesies tanaman diintroduksi di Jepang oleh orang Belanda, seperti kubis dan tomat.

Buku panduan budi daya ulat sutra dan teknik pembuatan sutra yang berjudul Catatan Rahasia Peternakan Ulat (養蚕秘録, Yōsan Hiroku) dibawa oleh von Siebold ke Eropa. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis dan bahasa Italia, dan ikut menyumbang kemajuan industri sutra di Eropa.

Terbitan era rangaku

  • Karakuri: Karakuri Instructional Pattern Notes (機訓蒙鑑草, Karakuri Kinmō Kagami-Gusa), 1730.
  • Matematika: Western-Style Calculation Text (西洋算書, Seiyō Sansho).
  • Optik: Telescope Production (遠鏡製造, Enkyō Seizō).
  • Pembuatan gelas: Glass Production (硝子製造, Garasu Seizō).
  • Militer: Tactics of the Three Combat Arms (三兵答古知幾, Sanpei Takuchiiki) oleh Takano Chōei mengenai strategi Tentara Prussia, 1850.
  • Deskripsi metode amalgam untuk melapis emas dalam Sōken Kishō (装劍奇賞) oleh Inaba Shin'emon, 1781.

Teknologi pasca-rangaku

 
Shohei Maru (1854) dibangun berdasarkan cetak biru dari Belanda.

Ketika menandatangani Persetujuan Kanagawa pada tahun 1854, Komodor Perry juga memberi hadiah sejumlah besar benda-benda teknologi tinggi kepada wakil Jepang. Di antara hadiah dari Komodor Perry terdapat mesin telegrafi berukuran kecil, dan sebuah lokomotif uap lengkap dengan relnya. Hadiah-hadiah ini segera dipelajari oleh orang Jepang.

Setelah Jepang membuka pelabuhan untuk kapal-kapal asing, Keshogunan Tokugawa merasakan hal tersebut sebagai faktor destabilitasi. Keshogunan lalu memerintahkan pemerintah beberapa domain untuk membuat kapal perang berdasarkan desain Barat. Kapal-kapal yang didesain dan dibangun pada waktu itu berdasarkan buku-buku Belanda dan cetak biru orang Belanda, di antaranya: Hōō-Maru, Shouhei-Maru, dan Asahi-Maru. Beberapa di antaranya selesai dibagun setahun atau dua tahun setelah kedatangan Perry.

Hisashige Tanaka membuat mesin uap pertama Jepang berdasarkan cetak biru Belanda dan pengamatan terhadap kapal uap Rusia yang merapat di Nagasaki tahun 1853. Domain Satsuma menjadi mampu membuat kapal bertenaga uap pertama Jepang, Unkō-Maru pada tahun 1855, hanya dua tahun setelah orang Jepang melihat kapal sejenis dalam armada Komodor Perry pada tahun 1853.

Pada 1858, perwira Belanda Kattendijke berkomentar:

Ada beberapa ketidaksempurnaan dalam detail, tapi saya angkat topi untuk orang jenius yang dapat membuat kapal-kapal seperti ini tanpa pernah melihat benda yang sebenarnya, tapi hanya mengandalkan gambar sederhana.[4]

Tahap terakhir belajar dari Belanda

 
Pusat Latihan Kelautan Jepang di Nagasaki yang bersebelahan dengan Dejima.

Setelah kedatangan Komodor Perry, orang Belanda untuk beberapa waktu tetap berperan penting dalam transfer teknologi ke Jepang. Keshogunan Tokugawa sangat bergantung kepada Belanda mengenai metode pelayaran modern dari Barat. Pusat Latihan Kelautan Nagasaki didirikan pada 1855 di pelabuhan yang bersebelahan dengan pintu masuk pos perdagangan Belanda di Dejima, dengan maksud menyerap sebanyak-banyaknya ilmu kelautan dari Belanda. Dari 1855 hingga 1859, pendidikan kelautan Jepang dipimpin oleh perwira-perwira Belanda sebelum akhirnya akademi dipindahkan ke Tsukiji di Tokyo, dan peran perwira Belanda digantikan oleh perwira Inggris.

Berkas:Kankomaru.jpg
Kapal perang bertenaga uap pertama Jepang, Kankō Maru (1855).

Pusat Latihan Kelautan Nagasaki juga dilengkapi dengan kapal uap pertama di Jepang, Kankō Maru yang merupakan hadiah dari Pemerintah Belanda. Kapal perang Kankō Maru merupakan kontribusi terakhir Belanda untuk modernisasi Jepang sebelum Jepang membuka diri terhadap berbagai pengaruh asing. Laksamana Enomoto Takeaki adalah alumni Pusat Latihan Kelautan Nagasaki yang ditugaskan belajar di Belanda selama 5 tahun (1862–1867). Bersama sejumlah perwira lainnya, Enomoto belajar mengenai peperangan laut di Belanda sebelum diangkat sebagai panglima angkatan laut keshogunan.

Pengaruh rangaku di bidang politik

Sejumlah cendekiawan rangaku berperan penting dalam modernisasi Jepang. Fukuzawa Yukichi, Ōtori Keisuke, Yoshida Shōin, Katsu Kaishu, dan Sakamoto Ryōma adalah tokoh-tokoh Jepang yang mengumpulkan ilmu dari Belanda selama Jepang menjalankan politik isolasi, dan segera mempelajari bahasa Inggris setelah Jepang menjadi negara terbuka.

Para cendekiawan rangaku umumnya pro negara-negara Barat dan sejalan dengan kebijakan Keshogunan Tokugawa. Walaupun demikian, beberapa di antaranya, Sakuma Shōzan dan Sakamoto Ryōma menentang kebijakan keshogunan yang lunak terhadap negara asing, dan keduanya tewas dibunuh.

Cendekiawan era rangaku

 
Hiraga Gennai (1729–1779).
 
Udagawa Yōan (1798–1846).
 
Sakuma Shozan (1811–1864).
 
Takeda Ayasaburō (1827–1880).

Galeri

Catatan kaki

  1. ^ "Penggunaan anestesi umum mungkin mulai dilakukan sejak awal abad ke-19 di Jepang. Pada 13 Oktober 1804, dokter Jepang bernama Seishu Hanaoka (1760–1835) membedah tumor payudara setelah pasien dibius total. Pasiennya adalah seorang wanita bernama Kan Aiya, 60 tahun." Sumber
  2. ^ Seeing and Enjoying Technology of Edo, p. 25.
  3. ^ Ivan Federovich Kruzenshtern. "Voyage round the world in the years 1803, 1804, 1805 and 1806, on orders of his Imperial Majesty Alexander the First, on the vessels Nadezhda and Neva”.
  4. ^ Kattendijke, 1858, dikutip dalam Seeing and Enjoying Technology of Edo, p. 37.

Referensi

  • (Jepang) Seeing and Enjoying Technology of Edo (見て楽しむ江戸のテクノロジー), 2006, ISBN 4-410-13886-3
  • (Jepang) The Thought-Space of Edo (江戸の思想空間) Timon Screech, 1998, ISBN 4-7917-5690-8

Pranala luar