Bali
Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.
Bali | |
---|---|
Motto: "Bali Dwipa Jaya" (Bahasa Kawi: "Pulau Bali Jaya") | |
Negara | Indonesia |
Tanggal | 14 Agustus 1959 (hari jadi) |
Ibu kota | Denpasar (dahulu Singaraja) |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Komjen Pol (Purn) I Made Mangku Pastika (2008-2013) |
Luas | |
• Total | 5.634 km2 (2,175 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 3.891.428 |
• Kepadatan | 690/km2 (1,800/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Hindu (92,3%), Islam (5,7%), Lainnya (2%) |
• Bahasa | Bahasa Bali, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sasak, Bahasa Madura dan lain-lain |
Kode Kemendagri | 51 |
Kode BPS | 51 |
DAU | Rp. 560.673.539.000,- |
Lagu daerah | Bali Jagaddhita |
Situs web | www.baliprov.go.id |
Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.
Geografi
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.
Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, [[Danau Tamblingan|Tamblingan, dan Batur. Alam Bali yang indah menjadikan pulau Bali laku dijual sebagai daerah wisata.
Ibu kota Bali adalah Kota Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni dan peristirahatan terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan, spa dll.
Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan.
Batas wilayah
Utara | Laut Bali |
Timur | Provinsi Nusa Tenggara Barat |
Selatan | Samudera Indonesia |
Barat | Provinsi Jawa Timur |
Sejarah
Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.[1] Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau.[2] Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta dari India pada 100 SM. [butuh rujukan]
Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.
Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah.
Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang.
Pada 20 November 1945, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.
Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.
Letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia.
Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[3]
Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.
Demografi
Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa lebih, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam, Protestan dan Katolik. Agama Islam adalah agama minoritas terbesar di Bali dengan penganut antara 5-7,2%.
Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan, yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali ialah sistem Subak. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata.
Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Di beberapa tempat di Bali, ditemukan sejumlah pemakai bahasa Jawa.
Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. Bahasa Jepang juga menjadi prioritas pendidikan di Bali.
Transportasi
Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang ada dipulau ini tergolong sangat baik dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, jaringan jalan tersedia dengan baik khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan yakni Legian, Kuta, Sanur,Nusa Dua, Ubud, dll. Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi dan angkutan pariwisata. Moda transportasi masal saat ini disiapkan agar Bali mampu memberi kenyamanan lebih terhadap para wisatawan.
Sampai sekarang, transportasi di Bali umumnya dibangun di Bali bagian selatan sekitar Denpasar,Kuta,Nusa Dua dan Sanur sedangkan wilayah utara kurang memiliki akomodasi yang baik.
Jenis kendaraan umum di Bali antara lain:
- Dokar, kendaraan dengan menggunakan kuda sebagai penarik dikenal sebagai delman di tempat lain
- Ojek, taksi sepeda motor
- Bemo, melayani dalam dan antarkota
- Taksi
- Komotra, bus yang melayani perjalanan ke kawasan pantai Kuta dan sekitarnya
- Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.
Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di kabupaten Singaraja dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit saja. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padangbai menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu sekitar empat sampai lima jam lamanya.
Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota besar di Indonesia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Timor Leste, RRC serta Jepang. Landas pacu dan pesawat terbang yang datang dan pergi bisa terlihat dengan jelas dari pantai dan menjadi semacam hiburan tambahan bagi para wisatawan yang menikmati pantai Bali.
Pemerintahan
Daftar kabupaten dan kota di Bali
No. | Kabupaten/kota | Ibu kota | Bupati/wali kota | Luas wilayah (km2)[4] | Jumlah penduduk (Juni 2022)[4] | Kecamatan | Kelurahan/desa | Lambang | Peta lokasi |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Kabupaten Badung | Mangupura | I Nyoman Giri Prasta | 398,75 | 517.969 | 6 | 16/46 | ||
2 | Kabupaten Bangli | Bangli | Sang Nyoman Sedana Arta | 526,76 | 255.413 | 4 | 4/68 | ||
3 | Kabupaten Buleleng | Singaraja | I Ketut Lihadnyana (Pj.) | 1.322,75 | 827.642 | 9 | 19/129 | ||
4 | Kabupaten Gianyar | Gianyar | I Dewa Tagel Wirasa (Pj.) | 364,36 | 501.870 | 7 | 6/64 | ||
5 | Kabupaten Jembrana | Negara | I Nengah Tamba | 849,13 | 325.879 | 5 | 10/41 | ||
6 | Kabupaten Karangasem | Amlapura | I Gede Dana | 839,32 | 522.729 | 8 | 3/75 | ||
7 | Kabupaten Klungkung | Semarapura | I Nyoman Jendrika (Pj.) | 313,96 | 217.469 | 4 | 6/53 | ||
8 | Kabupaten Tabanan | Tabanan | I Komang Gede Sanjaya | 849,31 | 465.086 | 10 | -/133 | ||
9 | Kota Denpasar | - | I Gusti Ngurah Jaya Negara | 125,87 | 653.136 | 4 | 16/27 |
Daftar gubernur
# | Potret | Gubernur (lahir–wafat) |
Masa Jabatan | Partai | Wakil Gubernur | Periode | Keterangan | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Residen Bali | |||||||||
1 | Anak Agung Bagus Sutedja (1923–1966) |
1950 | 1958 | Non Partai | — | 1 | [ket. 1] | ||
2 | I Gusti Bagus Oka (1910–1992) |
1958 | 14 Agustus 1959 | Non Partai | — | ||||
Gubernur Bali | |||||||||
(1) | Anak Agung Bagus Sutedja* | 14 Agustus 1959 | 1965 | Non Partai | Drs. Dewa Made Wedagama
(1929-1984)** |
2 (1959) |
*sebagai gubernur setelah pembentukan provinsi baru
**peran wakil gubernur diisi oleh sekretaris daerah hingga akhir 1965 | ||
3 | I Gusti Putu Martha (1913–1992) |
1965 | 1967 | Non Partai | I Gusti Ngurah Pindha
(1924-1991)* |
3 (1965) |
*menjabat sebagai wakil gubernur Bali pertama tahun 1966-1971 | ||
4 | Soekarmen (1925–1988) |
1967 | 27 Agustus 1978 | ABRI–Angkatan Darat | I Gusti Ngurah Pindha
(1924-1991)* |
4 (1967) |
*sampai 1971 | ||
5 | Ida Bagus Mantra (1928–1995) |
27 Agustus 1978 | 27 Agustus 1983 | Non Partai | — | 5 (1978) |
[5] | ||
27 Agustus 1983 | 27 Agustus 1988 | 6 (1983) |
|||||||
6 | Ida Bagus Oka (1936–2010) |
27 Agustus 1988 | 27 Agustus 1993 | Non Partai | — | 7 (1988) |
|||
27 Agustus 1993 | 23 Mei 1998 | Ahim Abdurahim | 8 (1993) |
Diangkat menjadi Menteri Negara Urusan Kependudukan. | |||||
7 | Dewa Made Beratha (l.1941) |
27 Agustus 1998 | 28 Agustus 2003 | Non Partai | I Gusti Bagus Alit Putra | 9 (1998) |
|||
28 Agustus 2003 | 28 Agustus 2008 | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan | I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan | 10 (2003) |
[6] | ||||
8 | I Made Mangku Pastika (l.1951) |
28 Agustus 2008 | 29 Agustus 2013 | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan | Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga | 11 (2008) |
[7] | ||
29 Agustus 2013 | 29 Agustus 2018 | Partai Demokrat | I Ketut Sudikerta | 12 (2013) |
[8][9] | ||||
9 | I Wayan Koster (l.1962) |
5 September 2018 | 5 September 2023 | Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan | Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati | 13 (2018) |
Pelaksana tugas Gubernur
Berikut daftar Pelaksana Tugas Gubernur yang menggantikan Gubernur petahana yang sedang cuti kampanye atau dalam masa transisi
Potret | Pelaksana tugas Gubernur | Mulai jabatan | Akhir jabatan | Masa | Ket. | Gubernur Definitif | |
Ahim Abdurahim (Pelaksana Tugas) |
23 Mei 1998 | 27 Agustus 1998 | — | [ket. 2][10] | Transisi | ||
Hamdani (Penjabat) |
29 Agustus 2018 | 5 September 2018 | — | [ket. 3] [11] |
Transisi | ||
Sang Made Mahendra Jaya (Penjabat) |
5 September 2023 | Petahana | — | Transisi |
- Catatan
Perwakilan
Empat anggota DPD (2004-2009) dari Provinsi Bali adalah I Wayan Sudirta, S.H., Nyoman Rudana, Drs. Ida Bagus Gede Agastia dan Dra. Ida Ayu Agung Mas.
Berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2009, Bali mengirimkan sembilan anggota DPR ke Senayan dengan komposisi empat wakil dari PDI-P, masing-masing dua dari Partai Golkar dan Partai Demokrat serta satu orang dari Partai Gerindra.
Pada tingkat provinsi, DPRD Bali dengan 55 kursi tersedia dikuasai oleh PDI-P dengan 24 kursi, menurun dari periode sebelumnya (2004-2009), disusul Partai Golkar dengan dua belas kursi.[12]
Kursi | % | |
---|---|---|
PDI-P | 24 | |
Partai Golkar | 12 | |
Partai Demokrat | 10 | |
Partai Gerindra | 2 | |
PNBK | 2 | |
PKPB | 1 | |
PKPI | 1 | |
Partai Hanura | 1 | |
Pakar Pangan | 1 | |
PNI Marhaenisme | 1 | |
Total | 55 | 100,0 |
Empat orang anggota adalah perempuan.
Budaya
Musik
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta musik Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.
Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali, misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an. Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau saling memengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok.
Tari
Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.[13]
Pakar seni tari Bali I Made Bandem[14] pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged serta berbagai koreografi tari modern lainnya.
Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak dan Tari Pendet. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sang Hyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Tarian wali
Tarian bebali
Tarian balih-balihan
Pakaian daerah
Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
Pria
Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:
- Udeng (ikat kepala)
- Kain kampuh
- Umpal (selendang pengikat)
- Kain wastra (kemben)
- Sabuk
- Keris
- Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.
Wanita
Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:
- Gelung (sanggul)
- Sesenteng (kemben songket)
- Kain wastra
- Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
- Selendang songket bahu ke bawah
- Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
- Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.
Makanan
Makanan utama
Jajanan
Senjata
Rumah Adat
Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China)
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.
Pahlawan Nasional
Dalam budaya populer
- Road to Bali, film komedi Hollywood tahun 1952 yang dibintangi oleh Bing Crosby dan Bob Hope
Catatan kaki
- ^ Taylor (2003), hlm. 5, 7; Hinzler (1995)
- ^ Taylor (2003), hlm. 12; Lonely Planet (1999), hlm. 15.
- ^ 'Bali', in Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), pp. 241-248
- ^ a b "ArcGIS Web Application". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2022-12-17.
- ^ Mimbar Departemen Dalam Negeri Diarsipkan 2023-03-19 di Wayback Machine. Mimbar Departemen Dalam Negeri, Diakses tanggal 15 Juni 2020
- ^ PIN (6 Agustus 2003). "Dewa Beratha Terpilih Lagi sebagai Gubernur Bali". Liputan6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 4 November 2017.
- ^ "Made Mangku Pastika Dilantik Hari Ini". Kompas. 28 Agustus 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-29. Diakses tanggal 29 Agustus 2018.
- ^ "Pastika Dilantik Jadi Gubernur Bali untuk Kedua Kalinya". detikNews. 29 Agustus 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-29. Diakses tanggal 29 Agustus 2018.
- ^ Baraas, Ahmad (29 Agustus 2013). Ucu, Karta Raharja, ed. "Pastika-Sudikerta Dilantik Jadi Gubernur-Wagub Bali". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-29. Diakses tanggal 29 Agustus 2018.
- ^ Directory of Government of the Republic of Indonesia. Mitra Info. 1998. hlm. 181. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 2021-02-21.
- ^ Agustina, Dewi (29 Agustus 2018). "Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Hamdani Jadi Penjabat Gubernur Bali". Tribun News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-29. Diakses tanggal 29 Agustus 2018.
- ^ DPRD Bali Didominasi Legislator Baru. VivaNews Edisi 18-05-2009.
- ^ Pengkatagorian oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (LISTIBIYA) Bali, tahun 1971. Artikel oleh Tisna, I Gusti Raka Panji, Sekilas Tentang Dinamika Seni Pertunjukan Tradisional Bali dalam Konteks Pariwisata Budaya, dalam situs Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Copyright © 2006.
- ^ Bandem, I Made, Frederik Eugene deBoer. Balinese Dance in Transition Kaja and Kelod. 2nd ed. Oxford University Press, USA. 1995. ISBN-13: 978-967-65-3071-4
Referensi
- Miguel Covarrubias, Island of Bali, 1946. ISBN 962-593-060-4
- Foley, Kathy; Sedana, I Nyoman (Autumn 2005), "Mask Dance from the Perspective of a Master Artist: I Ketut Kodi on "Topeng"", Asian Theatre Journal, University of Hawai'i Press, 22 (2): 199–213.
- Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6.
- Gold, Lisa (2005). Music in Bali: Experiencing Music, Expressing Culture. New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-514149-0.
- Greenway, Paul (1999). Bali and Lombok. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 0-86442-606-2.
- Herbst, Edward (1997). Voices in Bali: Energes and Perceptions in Vocal Music and Dance Theater. Hanover: University Press of New England. ISBN 0-8195-6316-1.
- Hinzler, Heidi (1995) Artifacts and Early Foreign Influences. From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 24–25. ISBN 962-593-028-0.
- Ricklefs, M. C. (1993). A History of Modern Indonesia Since C. 1300, Second Edition. MacMillan. ISBN 978-0333576892.
- Sanger, Annette (1988), "Blessing or Blight? The Effects of Touristic Dance-Drama on village Life in Singapadu, Bali", Come Mek Me Hol' Yu Han': The Impact of Tourism on Traditional Music, Berlin: Jamaica Memory Bank: 89–104.
- Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5.
- Vickers, Adrian (1995), From Oey, Eric (Editor) (1995). Bali. Singapore: Periplus Editions. hlm. 26–35. ISBN 962-593-028-0.
- Pringle, Robert (2004). Bali: Indonesia's Hindu Realm; A short history of. Short History of Asia Series. Allen & Unwin. ISBN 1-86508-863-3.
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Bali
- (Indonesia) Profil Demografi Bali
- (Indonesia) Profil Ekonomi Bali
- (Indonesia) Profil Wisata Bali
- (Indonesia) Ekonomi Regional Bali
- (Indonesia) Statistik Regional Bali