Komando Armada II

kapal

Komando Armada II (atau disingkat Koarmada II) adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut yang lahir pada 5 Desember 1945. Komando ini bermarkas besar di Surabaya, Jawa Timur dan membawahi wilayah laut indonesia bagian tengah.

Komando Armada II
Lambang Koarmada II
Aktif5 Desember 1945
NegaraIndonesia
CabangTNI Angkatan Laut
Tipe unitArmada Republik Indonesia
Bagian dariTentara Nasional Indonesia
MarkasSurabaya, Jawa Timur
MotoGhora Wira Madya Jala
Situs webkoarmada2.tnial.mil.id
Tokoh
PanglimaLaksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto
Kepala StafLaksamana Pertama TNI Dafit Santoso
InspektoratLaksamana Pertama TNI Arief Muchtarom
Kepala Kelompok Staf AhliLaksamana Pertama TNI A. Hari Supriyanto
Berkas:Monjaya.jpg
Patung Jalesveva Jayamahe yang berarti "Di laut kita jaya" yang berada di Markas Komando Armada II, Surabaya

Sejarah

Sejarah Angkatan Laut dimulai dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945. BKR kemudian berkembang menjadi beberapa divisi, dimana BKR Laut, salah satu divisi awalnya, meliputi wilayah bahari / laut. Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut) pada tanggal 10 September 1945 oleh administrasi kabinet awal Soekarno menjadi tonggak penting bagi kehadiran Angkatan Laut di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Terbentuknya BKR Laut ini dipelopori tokoh-tokoh bahariawan veteran yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine selama masa penjajahan Belanda dan veteran Kaigun selama masa pendudukan Jepang. Faktor lain yang mendorong terbentuknya badan ini adalah adanya potensi yang memungkinkan untuk menjalankan fungsi Angkatan Laut seperti kapal-kapal dan pangkalan, meskipun pada saat itu Angkatan Bersenjata Indonesia belum terbentuk. Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya.[1]

Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal – kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Sementara itu, sejarah Armada Republik Indonesia (Armada RI) tidak terlepas dari sejarah kemerdekaan Republik Indonesia yang diikuti dengan kelahiran TNI AL yang diawali dengan pembentuka tersebut di atas. Sejak masa TKR Laut ini struktur organisasi mulai disusun sesuai kebutuhan matra laut, yakni dengan membentuk beberapa satuan seperti Pangkalan, Corps Armada, Corps Mariniers, Polisi Tentara Laut, dan Kesehatan. Pada tanggal 25 Januari 1946 TKR Laut berubah menjadi Tentara Republik Indonesia Laut (TRI Laut). Demikian pada pada tanggal 19 Juli 1946 TRI Laut kemudian diubah menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang disyahkan bertepatan dengan pelaksanaan Konferensi ALRI di Lawang, Malang.

Kemudian setelah kualitas unsur armada semakin canggih dan modern serta dan kuantitasnya semakin besar, akhirnya terbentuklah sebuah Komando Armada. Berdasarkan SK KSAL No. A. 4/2/10 tanggal 14 September 1959 ditetapkan berdirinya organisasi Komando Armada ALRI, yang diresmikan pembentukannya pada tanggal 5 Desember 1959 oleh KSAL Komodor Laut R.E. Martadinata. Pada tanggal ini selanjutnya tiap tahun diperingati sebagai “Hari Armada”. Sejalan dengan semakin komplexnya permasalahan yang terjadi di laut, pemimpin memandang perlu untuk membagi dua Armada. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Panglima ABRI Nomor: Kep.171/II/1985 tanggal 30 Maret 1985, Armada RI resmi di bagi menjadi dua kawasan wilayah kerja, yaitu Komando Armada RI Kawasan Timur dan Komando Armada RI Kawasan Barat. Pembagian wilayah kerja tersebut, juga secara bertahap melaksanakan Dispersi kekuatan Alut Sista yang semula seluruhnya berada di Armada Timur, sebagian di Dispersi ke Armada Barat, guna menyikapi perkembangan zaman dan tuntutan tugas semua wilayah kerja.


Beranda Tentang Kami Sejarah Sejarah KOARMADA I Armada RI sebagai kekuatan tempur Angkatan Laut, pada hakekatnya lahir dan tumbuh bersama kelahiran TNI. Armada RI tidak pernah absen dalam usaha menegakkan dan mempertahankan kedaulatan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam masa penugasan mempertahankan kemerdekaan Armada RI telah berhasil melaksanakan berbagai operasi laut, antara lain penerobosan blokade laut Belanda, ekspedisi lintas laut dalam rangka pengiriman pejuang kemerdekaan dan mengobarkan semangat perjuangan diberbagai daerah di luar pulau jawa.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) No. A.4/2/10 tanggal 14 September 1959 ditetapkan organisasi Komando Armada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Pada tanggal 5 Desember 1959 Kepala Staf ALRI Komodor Laut R.E. Martadinata meresmikan pembentukan Organisasi Komando Armada Republik Indonesia. Pembentukan Armada tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting dalam memacu terwujudnya sebuah Angkatan Laut RI yang kuat modern. Melihat masa peresmian pada tahun 1959, sebagai momentum modernisasi kekuatan Angkatan Laut yang sudah dicapai dan kekuatan Angkatan Laut telah memenuhi semua unsur kekuatan sebagai Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) terdiri dari Kapal atas air, Kapal bawah air, Pesawat udara, Pasukan pendarat serta didukung Pangkalan. Pada masa itu, Armada RI mempunyai peran yang sangat besar dalam pelaksanaan Operasi Trikora dan Dwikora.

Surat keputusan Men/Pangal No.5401.7 tanggal 18 Februari 1963 tentang Organisasi Departemen Angkatan Laut, menyebutkan bahwa dalam rangka konsolidasi dan penyempurnaan organisasi Angkatan Laut sangat diperlukan penyesuaian dari Organisasi Angkatan Laut. Organisasi Komando Armada yang berdasarkan Skep Men/Pangla No.5401.35 tanggal 6 Agustus 1963 dirasakan perlu direorganisasi guna penyesuaian dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan administratif maupun operasional. Untuk pelaksanaan reorganisasi Komando Armada tersebut dikeluarkan petunjuk Men/Pangal melalui telegram No. 170256z/ Juli 1963 tetang pelaksanaan reorganisasi Komando Armada.

Sebagai kelanjutan dari telegram tersebut dikeluarkan Surat Keputusan Men/Pangal NO.5401.48 tanggal 1 Desember 1963 tentang Organisasi Armada yang disebut Komando Armada (Koarma). Komando Armada (Koarma) adalah suatu Komando Utama (Kotama) fungsional dan administratif yang berkedudukan langsung dibawah Deputy I Men/Pangal. Tugas pokok Koarma adalah menyelenggarakan Komando administratif dan mengkoordinasi Komando Jenis (Konjen) dalam rangka menyiapkan kesiapan tempur satuan jenis masing-masing dan menyelenggarakan Komando Operasional terhadap komando Armada Siaga (Koarsa) dalam rangka mempertinggi dan memelihara kesiagaan operasional tempur dari kesatuan Koarsa.

Pada tanggal 5 Desember 1966 Koarma, namanya berubah menjadi Komando Armada Samudera (Koarsam) dan Komando Armada Nusantara (Koartar). Koarsam merupakan Kekuatan Strategis ALRI dalam menunjang tugas-tugas pertahanan, sedangkan Koartar merupakan kekuatan kewilayahan yang bertugas untuk mengatasi masalah keamanan di dalam Negeri. Kemudian berdasarkan Instruksi KSAL Nomor 5401.15 Tahun 1970 tanggal 11 Maret 1970 diadakan likuidasi Koarsam dan Koartar yang kemudian dilebur menjadi Komando Armada Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Armada RI membentuk Eskader Barat (Eskabar) dan Eskader Timur (Eskatim).

Pada tahun 1979 Kedua Eskader tersebut dilebur menjadi Eskader Nusantara. Terbatasnya pengadaan suku cadang kapal dan pertimbangan efisiensi komando, kedua komando armada itu kemudian disatukan kembali dalam wadah Armada Republik Indonesia. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Kep/09/P/III/1984 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur TNI AL maka di jajaran Armada RI dibagi dalam dua komando armada, yakni Komando Armada Barat (Koarmabar) dan Koamando Armada Timur (Koarmatim). Hal itu merupakan suatu tindak lanjut dari mulai diberlakukannya UU No 20 tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pertahanan Negara, tugas fungsional antara Dephankam dan Mabes ABRI dipisahkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor : SKEP/171/III/1985 tanggal 30 Maret 1985, Armada RI dibagi manjadi dua kawasan wilayah kerja yaitu Armada RI Kawasan Barat dan Armada RI Kawasan Timur. Selanjutnya berdasarkan surat keputusan kasal No.Skep/4033/XI/1987 tanggal 17 November 1987, bahwa hari lahirnya Armada RI ditetapkan pada tanggal 5 Desember, dan selanjutnya disebut sebagai Hari Armada RI.

Pada tanggal 11 Mei 2018 Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meresmikan empat kesatuan baru, di antaranya Divisi Infanteri 3/Kostrad, Komando Armada (Koarmada) III TNI AL, Pasmar 3 Korps Marinir TNI AL dan Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) III. Dan pergantian nama satuan Komando Armada RI Wilayah Barat Menjadi Komando Armada I, Komando Armada RI Wilayah Timur Menjadi Komando Armada II. Penambahan dan perubahan nama kesatuan itu merupakan bagian dari rencana TNI yang telah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomer 10 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden Nomer 62 Tahun 2016 serta Program 100 hari kerja Panglima TNI.

Panglima


Saat bernama Armada ALRI:



Saat bernama Komando Armada RI Kawasan Timur:



Saat bernama Komando Armada II:


Pangkalan

Koarmada II membawahi lima Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) yang meliputi:

Satuan

Satuan Operasi

Satuan Pelaksana

Armada

Beberapa kapal yang tergabung ke dalam armada tengah adalah:

  1. KRI Raden Eddy Marthadinata - 331
  2. KRI I Gusti Ngurah Rai - 332
  3. KRI Ahmad Yani - 351
  4. KRI Yos Sudarso - 353
  5. KRI Oswald Siahaan - 354
  6. KRI Abdul Halim Perdanakusumah - 355
  7. KRI Karel Sasuit Tubun - 356
  8. KRI Fatahillah - 361
  9. KRI Malahayati - 362
  10. KRI Nala - 363
  11. KRI Diponegoro - 365
  12. KRI Sultan Hasanuddin - 366
  13. KRI Sultan Iskandar Muda - 367
  14. KRI Frans Kaisiepo - 368
  15. KRI Untung Suropati - 372
  16. KRI Sultan Nuku - 373
  17. KRI Lambung Mangkurat - 374
  18. KRI Hasan Basri - 382
  19. KRI Cakra - 401 (kapal selam)
  20. KRI Nanggala - 402 (kapal selam)
  21. KRI Nagapasa - 403 (kapal selam)
  22. KRI Ardadedali - 404 (kapal selam)
  23. KRI Teluk Mandar - 514
  24. KRI Teluk Sampit - 515
  25. KRI Teluk Banten - 516
  26. KRI Teluk Ende - 517
  27. KRI Teluk Cenderawasih - 533
  28. KRI Teluk Berau - 534 (Tenggelam sebagai sasaran tembak AJ/XXXI[2][3])
  29. KRI Teluk Jakarta - 541
  30. KRI Teluk Sangkulirang - 542
  31. KRI Multatuli MA-561
  32. KRI Makassar - 590
  33. KRI Surabaya - 591
  34. KRI Mandau - 621
  35. KRI Badik - 623
  36. KRI Keris - 624
  37. KRI Sampari - 628
  38. KRI Tombak - 629
  39. KRI Hiu (634)
  40. KRI Terapang - 648
  41. KRI Singa - 651
  42. KRI Ajak-653
  43. KRI Pulau Rengat - 711
  44. KRI Pulau Rupat - 712
  45. KRI Pulau Raas - 722
  46. KRI Pulau Rimau - 724 (Satuan Kapal Ranjau)
  47. KRI Pandrong - 801
  48. KRI Sura - 802
  49. KRI Layang - 805
  50. KRI Kakap - 811
  51. KRI Kerapu - 812
  52. KRI Tongkol - 813
  53. KRI Badau-841
  54. KRI Salawaku-842
  55. KRI Gulamah-869
  56. KRI Arun - 903
  57. KRI Tarakan - 905
  58. KRI Sungai Gerong - 906
  59. KRI Soputan - 923
  60. KRI Karang Pilang - 981
  61. KRI Karang Tekok - 982 (Dihapus dari Dinas Aktif TNI AL 16/4/21)
  62. KRI dr. Suharso - 990
  63. KRI Dewaruci
  64. KRI Bima Suci
  65. KRI Arung Samudera
  66. Kal Bawean

Lihat pula

Referensi

Pranala luar