Hajj: Journey to the Heart of Islam

pameran besar pertama di dunia yang menyajikan kisah haji
Revisi sejak 10 Juli 2024 12.13 oleh Ariandi Lie (bicara | kontrib) (Menambahkan {{pp-protected}}(Tw))

Hajj: Journey to the Heart of Islam adalah sebuah pameran yang diadakan di British Museum di London sejak 26 Januari hingga 15 April 2012. Pameran ini merupakan pameran besar pertama di dunia yang menyajikan kisah perjalanan ibadah haji ke Makkah, salah satu dari lima rukun Islam, dengan menggunakan berbagai materi visual dan tulisan. Artefak seperti tekstil, naskah, dokumen sejarah, foto dan karya seni dari berbagai negara dan periode waktu dipamerkan untuk menggambarkan tema perjalanan ke Makkah, adat istiadat haji, serta Ka'bah. Lebih dari 200 benda yang dipamerkan diambil dari 40 koleksi publik dan koleksi pribadi di 14 negara. Yayasan keluarga David Khalili sebagai kontributor terbesar pameran ini meminjamkan banyak benda yang nantinya menjadi bagian dari Koleksi Haji dan Seni Ziarah Khalili.

Hajj: Journey to the Heart of Islam
Sertifikat Haji yang menampilkan Ka'bah di dalam Masjidil Haram
Tanggal26 Januari – 15 April 2012 (2012-04-15)[1]
TempatBritish Museum
JenisPameran seni
TemaHaji

Pangeran Charles membuka pameran ini secara resmi dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Pangeran Abdulaziz bin Abdullah selaku penjaga Dua Kota Suci pada saat itu. Pameran ini diterima dengan baik oleh para pengunjung Muslim dan non-Muslim, mendapat ulasan positif dari media, serta menarik hampir 120.000 pengunjung dewasa. Keberhasilannya mengilhami lembaga-lembaga lain seperti Museum Seni Islam di Doha, Institut Dunia Arab di Paris, Museum Nasional Etnologi di Leiden dan Tropenmuseum di Amsterdam untuk membuat pameran mereka sendiri tentang haji, dengan menggabungkan karya-karya dari Koleksi Khalili.

Katalog pameran yang berisikan esai-esai tentang diterbitkan oleh British Museum pada tahun 2012, dengan Venetia Porter sebagai penyuntingnya. Sebuah panduan singkat bergambar tentang haji juga turut diterbitkan oleh museum tersebut. Tidak hanya itu, sebuah konferensi akademis yang terkait dengan pameran ini pun menghasilkan sebuah buku lain dengan topik serupa.

Latar belakang: haji

 
Panorama Makkah pada sekitar tahun 1845

Dalam agama Islam, haji (bahasa Arab: حَجّ, translit. hajj) adalah ziarah tahunan ke kota suci Makkah di Arab Saudi,[2] kota paling suci bagi umat Islam. Haji bersifat wajib, sehingga harus dilakukan setidaknya sekali seumur hidup oleh semua Muslim dewasa yang mampu secara fisik dan finansial untuk melakukan perjalanan, serta mampu menafkahi keluarga selama mereka pergi.[3][4] Sekitar tiga juta jemaah haji melakukan perjalanan tersebut setiap tahunnya.[5]

Ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam, di samping syahadat, salat, zakat dan puasa. Ibadah ini merupakan simbol persatuan umat Islam dan ketundukan mereka kepada Allah.[4][6] Kata "haji" atau hajj dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar atau nominal dari kata kerja hajja, yang dapat memiliki makna "berniat", "berangkat", "berziarah" atau "berkunjung (ke tempat suci)". Dalam konteks agama Islam, yang dimaksud "haji" secara khusus bermakna perjalanan ke wilayah Makkah dengan tujuan untuk melaksanakan ritual ibadah pada rentang waktu tertentu setiap tahunnya.[7] Di tengah masjid Masjidil Haram di Makkah terdapat Ka'bah, sebuah bangunan berbentuk kubus berwarna hitam yang dianggap sebagai Rumah Allah dalam Islam.[8][3] Ibadah haji melibatkan beberapa ritual, termasuk tawaf (berjalan tujuh kali mengelilingi Ka'bah dengan arah berlawanan dengan jarum jam), wukuf (berdiam diri di Arafah di tempat Nabi Muhammad menyampaikan khotbah terakhirnya) dan melempar jamrah (melempar batu ke arah iblis).[3][9] Tidak seperti rukun lainnya, ibadah haji merupakan satu-satunya yang tidak bisa dilakukan oleh non-Muslim,[10] karena Makkah dibatasi hanya untuk umat Islam saja.[11] Sepanjang sejarah, haji dan Ka'bah telah mengilhami karya kreatif dalam sastra, kesenian rakyat, dan fotografi.[2]

Penyelenggaraan

Persiapan dan peluncuran

 
Penggambaran kafilah haji Afrika Utara dari Anis al-Hujjaj, abad ke-17

Sebelum pameran di British Museum, tidak ada pameran besar yang berfokus pada haji.[12][11][13] Perencanaan pameran ini memakan waktu dua tahun,[10] dengan proyek penelitian yang didanai oleh Arts and Humanities Research Council.[14][15] Kurator utama untuk acara ini ialah Venetia Porter, sedangkan kurator proyeknya ialah Qaisra Khan yang merupakan staf British Museum.[11][16][12] Para kurator mendekati pemilik koleksi publik dan koleksi pribadi agar mereka mau meminjamkan benda-benda koleksi. Terdapat 200 lebih benda dari 40 koleksi di 14 negara yang dipinjamkan untuk pameran ini.[17] Penyumbang terbesarnya adalah yayasan keluarga David Khalili.[18] Untuk mempromosikan acara ini kepada komunitas Muslim,[10] Khan, yang telah menunaikan ibadah haji pada tahun 2010, mengumpulkan foto-foto, rekaman, dan cendera mata dari perjalanan hajinya,[12][19][20] serta membantu penjangkauan masyarakat.[10]

Pameran ini diselenggarakan atas kerja sama Museum dengan Perpustakaan Umum Raja Abdulaziz, dan didukung oleh HSBC Amanah.[15] Pangeran Charles secara resmi membuka pameran ini pada 26 Januari 2012. Pangeran Abdulaziz bin Abdullah, penjaga Dua Kota Suci, melakukan perjalanan dari Arab Saudi untuk menghadiri upacara pembukaan ini.[21]

Isi

 
Sitarah untuk pintu Ka'bah, 1263 Hijriyah (1846–1847 masehi)

Pameran digelar di Ruang Baca British Museum yang berbentuk bundar.[22] Untuk menciptakan suasana yang sesuai, pengunjung masuk melalui lorong sempit yang memutar rekaman audio azan.[23] Pameran ini disusun dalam format melingkar yang membawa pengunjung mengelilingi ruangan, meniru tawaf—ritual berjalan berlawanan arah jarum jam mengelilingi Ka'bah yang merupakan inti dari ibadah haji.[24] Bagian pertama dari pameran ini berfokus pada persiapan tradisional yang dilakukan sebelum berangkat haji, termasuk melunasi utang dan menyiapkan surat wasiat. Sebelum adanya kereta api dan perjalanan udara, perjalanan haji dapat memakan waktu beberapa bulan dan membawa risiko kematian yang signifikan akibat penyakit dan perampok.[24] Pameran ini juga menampilkan contoh pakaian ihram, yaitu pakaian putih yang mewakili tujuan spiritual dan kesatuan kolektif jemaah haji.[25]

Sebagian besar konten pameran ini dibagi menjadi tiga tema utama: rute haji, ritual atau manasik haji, dan Makkah.[22] Bagian pertama menggambarkan lima rute haji menuju Makkah, meliputi rute tradisional melalui Arab, Afrika Utara, Kekaisaran Ottoman dan Asia, serta rute modern melalui udara dari Inggris. Bagian ini menyoroti perjalanan para peziarah mula-mula melintasi padang pasir atau lautan, yang tergolong sulit dan berisiko dibandingkan dengan kemudahan perjalanan modern.[25][11]

Naskah-naskah kesusastraan terkait haji, termasuk Anis al-Hujjaj, Dala'ilul Khairat, Shahnameh, Futuh al-Haramain dan Jami' at-Tawarikh,[26] dipamerkan untuk menggambarkan perjalanan haji masa lalu. Sebuah panel Atlas Catalonia abad ke-14 menggambarkan Mansa Musa, raja Kekaisaran Mali, dalam perjalanannya ke Makkah bersama 60.000 abdi istana sebagai penebusan dosa karena tidak sengaja membunuh ibunya.[5][27] Turut dipamerkan pula sebuah kompas kiblat yang membantu para Muslim menghadap ke Ka'bah saat melaksanakan salat.[24][28]

Pameran ini menampilkan buku harian dan foto-foto yang menceritakan kisah-kisah para jemaah haji dalam sejarah, termasuk orang-orang Barat seperti Richard Francis Burton (seorang penjelajah non-Muslim yang melakukan perjalanan dengan penyamaran pada 1853), [5] petugas intelijen Harry St John Philby dan aristokrat Zainab Cobbold.[12] Philby mendapat kehormatan untuk membersihkan Ka'bah selama ibadah hajinya, dan sikat serta kain yang digunakannya ikut dipamerkan.[29] Ada pula buku harian berbahasa Bugis milik Sultan Ahmad as-Salih La Tenritappu, yang merekam laporan permintaan izin, keberangkatan, dan kepulangan jemaah haji[30] asal Bone, yang kini menjadi bagian dari Indonesia.[11][31] Pameran ini juga memamerkan catatan perjalanan dari cendekiawan Tiongkok abad ke-19, Ma Fuchu, dan sebuah naskah dari abad ke-13 yang berisi kumpulan cerita Maqamat al-Hariri.[26] Sorotan juga diberikan pada salah satu Al-Qur'an tertua yang masih bertahan, sebuah naskah dari abad ke-8 tanpa kaligrafi dekoratif sebagaimana yang lazim ditemui di naskah-naskah kemudian.[13]

Pameran ini mencakup video berdurasi tujuh menit yang menggambarkan ritual atau manasik haji[25] dan sebuah bagian yang menampilkan tekstil dari tempat-tempat suci, seperti kiswah (penutup hiasan yang menghiasi Ka'bah), sitarah (tirai hias) dari tempat-tempat suci lainnya[26] dan mahmal (tandu yang diusung dengan unta dari Kairo ke Makkah bersama kafilah jemaah haji).[31] Pameran ini juga berisi barang-barang pribadi yang dibawa atau diperoleh jemaah haji dalam perjalanan, termasuk tasbih, tiket perjalanan dan wadah air minum dari Sumur Zamzam. Pengunjung juga dapat melihat sertifikat haji, yang menunjukkan bahwa haji telah selesai, sering kali dengan ilustrasi tempat-tempat suci. Pameran ini juga mencakup informasi tentang uang kertas haji, yang dapat dibeli sebelum perjalanan dan ditukarkan dengan mata uang Saudi, agar terhindar dari fluktuasi nilai tukar.[26]

Bagian Makkah dari pameran ini menampilkan gambar-gambar dari masa lalu dan masa kini, termasuk foto-foto dan lukisan yang menunjukkan bagaimana masjid yang mengelilingi Ka'bah (Masjidil Haram) dimodernisasi untuk mengakomodasi jumlah jemaah yang terus bertambah, sehingga mengakibatkan penghancuran beberapa bangunan kuno.[25] Foto-foto tersebut termasuk karya-karya Muhammad Sadiq dan Christiaan Snouck Hurgronje.[26]

Pameran ini diakhiri dengan karya seni rupa kontemporer dari para seniman seperti Ahmed Mater, Idris Khan, Walid Siti, Kader Attia, Ayman Yossri, dan Abdulnasser Gharem.[32][24][26][29] Bagian pemungkasnya memperdengarkan testimoni audio dari para jemaah haji asal Inggris,[10] serta memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk membagikan refleksi mereka terhadap pameran tersebut.[11]

Penerimaan

Tanggapan pengunjung

 
Bagian dari tirai makam nabi, abad ke-18

Target British Museum untuk menarik 80.000 pengunjung ke pameran ini berhasil dilampaui, dengan total 119.948 tiket dewasa terjual di akhir penyelenggaraan (anak-anak tidak dihitung dan mendapatkan tiket masuk gratis).[10] Menurut laporan tahunan British Museum, acara-acara edukasi yang terkait dengan pameran menarik hampir 32.000 peserta.[33] Sekitar 47% dari pengunjung adalah Muslim.[34] Beberapa pengunjung non-Muslim mengatakan bahwa mendengar dan melibatkan diri ke dalam percakapan para keluarga Muslim yang berkunjung membantu mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang makna spiritual haji.[25]

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Morris Hargreaves McIntyre untuk British Museum, 89% pengunjung pameran mengungkapkan reaksi emosional atau spiritual, seperti merenungkan iman mereka.[35] Steph Berns, seorang peneliti doktoral di Universitas Kent, mewawancarai para pengunjung dan menemukan bahwa sebagian kecil pengunjung merasakan kedekatan dengan Tuhan ketika merenungkan artefak atau kesaksian pribadi.[36] Aspek pameran yang paling banyak dikomentari pengunjung yaitu kisah-kisah pribadi jemaah haji dalam bentuk video, foto, dan buku harian.[25] Artefak yang paling menarik komentar pengunjung adalah tekstil dan karya seni kontemporer.[37] Berns mengamati bahwa bagi sebagian besar pengunjung, pameran ini tidak dapat sepenuhnya menciptakan kembali pengalaman pribadi dan emosional dari ibadah haji, yang sangat berkaitan dengan lokasi fisik Makkah. Menurutnya, tanggapan semacam itu tak terelakkan, mengingat pameran ini diselenggarakan di museum yang berjarak ribuan mil jauhnya dari Makkah.[25]

Ulasan media

 
Selubung mahmal berbahan sutra merah, akhir abad ke-19

Pameran British Museum tentang haji mendapat pujian dari beberapa pengulas. Jonathan Jones, yang menulis di The Guardian, memberikan lima bintang dan menyebutnya sebagai salah satu pameran paling brilian yang pernah diadakan British Museum. Ia menyatakan bahwa pameran ini secara gamblang merayakan Islam, serta menantang penggambaran negatif media Inggris tentang agama tersebut.[32] The Londonist menyebutnya sebagai pameran yang tidak hanya memukau tetapi juga membuka mata, menyingkap aspek Islam yang kurang dipahami oleh sebagian besar masyarakat.[23] Brian Sewell di Evening Standard menegaskan bahwa pameran ini amat penting secara budaya, serta memujinya sebagai contoh dari apa yang seharusnya diperjuangkan oleh multikulturalisme, yaitu mempromosikan "informasi, pengajaran dan pemahaman yang cermat secara akademis, sehingga menjaga keutuhan kedua budaya (yang bertanya dan yang ditanya)".[38] Amy Foulds, yang menulis untuk The Diplomat, menganggap bagian pertama dari pameran ini sangat menarik, tetapi bagian tentang Makkah terasa anti-klimaks, meskipun agak ditebus oleh karya seni kontemporer.[11] Fisun Guner, dalam The Arts Desk, memberikan empat bintang untuk pameran ini, menggambarkannya sebagai "pameran tentang iman yang bahkan dapat membuat seorang ateis sekalipun terharu" akan kisah-kisah dari para peziarah yang merasakan hubungan mendalam dengan Tuhan dan sesama Muslim.[24] Arifa Akbar, yang pergi haji pada 2006, menulis di The Independent dengan mengapresiasi fokus pameran ini pada pengalaman pribadi dalam ibadah haji, bukan pada politik Islam dan persepsinya oleh non-Muslim. Ia mengamati bahwa pengalaman museum tidak dapat meniru pengalaman intens bergabung di kerumunan sekitar Ka'bah, tetapi memuji orisinalitas dan keberanian para kurator dalam membahas subjek tersebut. Bagi Akbar, sorotan utama pameran ini mencakup Alquran abad ke-8 dan sitarah.[13] Jenny Gilbert, yang juga menulis di The Independent, merasa bahwa rincian logistik perjalanan menjadi topik yang membosankan, tetapi ia menikmati kisah-kisah penuh warna dari para peziarah historis dan modern.[5]

Sarfraz Manzoor, seorang wartawan dan penyiar, membawa ibunya yang sudah berusia 78 tahun ke pameran ini, karena ia sudah lama ingin menunaikan ibadah haji, tetapi tidak dapat melakukannya karena keterbatasan fisik. Meski ibunya menanggapi dengan gembira, Manzoor sendiri menanggapi dengan perasaan yang campur aduk, mengingat pergolakannya dengan keimanan sebagai Muslim di Inggris. Pun begitu, ia tetap mengakui keberhasilan pameran ini dalam "menggambarkan daya tarik haji yang luar biasa" dengan memberikan pemahaman "bahwa ratusan juta orang telah mengunjungi tanah suci dan melakukan ritual yang sama".[39] Cendekiawan agama Karen Armstrong merekomendasikan pameran ini sebagai penangkal stereotip Barat tentang Islam, yang sering berfokus pada kekerasan dan ekstremisme. Ia menggambarkannya sebagai pembuka wawasan tentang bagaimana sebagian besar umat Islam memandang dan mempraktikkan agama mereka.[40] Kritikus seni Waldemar Januszczak, yang menulis untuk The Sunday Times, memuji keberanian pameran ini dalam mengangkat sebuah topik dengan material visual yang relatif sedikit dan kemampuannya dalam membantu para pengunjung memahami dunia. Ia membandingkan pameran ini dengan pameran seni konseptual, yang kisahnya lebih penting daripada seni visualnya. Ia juga menyoroti peran tekstil yang memberikan sentuhan artistik mendalam pada pameran tersebut.[29]

Dalam sebuah artikel untuk Newsweek, Jason Goodwin memuji pameran ini karena telah memenuhi tujuan British Museum untuk "menjelaskan dunia kepada dirinya sendiri". Namun, ia berpendapat bahwa pendanaan dari Arab Saudi membuat pameran ini terkesan membesar-besarkan peran mereka, serta mengecilkan upaya Turki Utsmaniyah dalam mempertahankan rute-rute haji utama di seluruh wilayah kekaisaran mereka dari abad ke-16 hingga abad ke-20.[31] Nick Cohen, dalam sebuah artikel di Observer, menuduh lembaga-lembaga budaya Inggris menjual jiwa mereka kepada kediktatoran dan mengkritik pameran ini karena mengabaikan aspek kurang menyenangkan dari haji yang dicatat oleh sejarawan-sejarawan Islam. Ia menduga bahwa beberapa topik telah dikecualikan agar tidak menyinggung keluarga kerajaan Saudi, seperti kematian pada saat haji (baik karena kekerasan ataupun ketidakbecusan dalam pengendalian massa), serta penghancuran bangunan bersejarah yang dulunya ditinggali Muhammad dan keluarganya di Makkah.[41] Pihak museum menjawab bahwa keluarga kerajaan Saudi tidak memiliki kendali atas kurasi dan tidak mendanai pameran tersebut.[10] Menanggapi ulasan Cohen, Jonathan Jones mempertahankan ulasan bintang lima darinya. Baginya, pameran ini tetap mencerminkan semangat yang tulus untuk mengenalkan keindahan budaya Islam. Perkara bahwa sebagian benda yang dipamerkan disponsori oleh Arab Saudi tidak lantas berarti bahwa keseluruhan pameran ini propaganda demi tujuan politis atau teologis belaka.[42]

Dampak

Publikasi

 
Sampul buku tahun 2022

Venetia Porter menyunting dua buku yang merupakan hasil langsung dari pameran ini. Buku pertama, berjudul Hajj: Journey to the Heart of Islam, merupakan katalog pameran yang memuat esai-esai interdisipliner mengenai sejarah, budaya dan makna religius dari ibadah haji. Para penulisnya antara lain Karen Armstrong, Muhammad Abdel-Haleem, Hugh N. Kennedy, Robert Irwin dan Ziauddin Sardar. Buku kedua, The Art of Hajj, adalah buku yang lebih pendek yang menggambarkan Makkah, Madinah dan ritual haji dengan contoh-contoh visual.[1] Qamar Adamjee, seorang kurator di Museum Seni Asia di San Francisco, memuji kedua buku tersebut karena dapat diakses oleh khalayak luas, sekaligus mencakup berbagai aspek yang berbeda dari subjek tersebut.[1]

Pameran ini disertai dengan konferensi akademis yang diselenggarakan pada 22 hingga 24 Maret,[43] Sebanyak 30 makalah tentang berbagai aspek haji dipresentasikan, dan prosiding konferensi ini diterbitkan oleh British Museum pada 2013 dengan judul The Hajj: Collected Essays, disunting oleh Venetia Porter dan Liana Saif.[44]

Selepas pameran ini, Koleksi Haji dan Seni Ziarah Khalili terus berkembang hingga mencakup lima ribu objek yang mendokumentasikan situs-situs suci Islam di Makkah dan Madinah. Pada 2022, Qaisra Khan, yang menjadi salah satu kurator pameran di London dan menjadi kurator Koleksi Haji Khalili, menerbitkan koleksi tersebut dalam satu jilid bergambar.[45][46] Sebuah katalog 11 jilid untuk koleksi ini juga dijadwalkan terbit pada 2023.[47]

Pameran terkait

Setelah kesuksesan Hajj: Journey to the Heart of Islam, museum dan lembaga seni lainnya di berbagai negara menyatakan minatnya untuk menyelenggarakan pameran bertema haji. Namun, pameran di London tidak mungkin mengadakan tur karena pameran ini melibatkan pinjaman khusus dari 40 sumber yang berbeda, yang telah diatur melalui negosiasi bertahun-tahun. Sebagai gantinya, lembaga-lembaga ini membuat pameran mereka sendiri dengan tema haji, menggunakan benda-benda dari berbagai koleksi termasuk Koleksi Khalili.[48][49] Museum Seni Islam di Doha menyelenggarakan pameran berjudul Hajj: The Journey Through Art, yang sebagian besar menampilkan benda-benda dari koleksi seni Qatar. Institut Dunia Arab di Paris menyelenggarakan pameran serupa, berfokus pada rute haji dari Afrika Utara,[48] yang mencerminkan populasi imigran Afrika Utara yang besar di Prancis. Pada 2013, Museum Nasional Etnologi di Leiden menyelenggarakan pameran berjudul Longing for Mecca: The Pilgrim's Journey, yang menggabungkan benda-benda dari koleksi Belanda dengan benda-benda dari Koleksi Khalili yang telah dipamerkan di London. Edisi lanjutan dari pameran ini diselenggarakan di Tropenmuseum di Amsterdam dari Januari 2019 hingga Februari 2020.[50]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Adamjee, Qamar (16 Mei 2013). "Review of "Hajj: Journey to the Heart of Islam" by Venetia Porter and "The Art of Hajj" by Venetia Porter". Caa.reviews. College Art Association. doi:10.3202/caa.reviews.2013.51. ISSN 1543-950X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 2023-04-25. 
  2. ^ a b Piscatori, James (19 Januari 2012). "Hajj: Journey to the Heart of Islam" . Times Higher Education (THE). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-05. Diakses tanggal 5 September 2022. 
  3. ^ a b c Long, Matthew (2011). Islamic Beliefs, Practices, and Cultures. Tarrytown, N.Y.: Marshall Cavendish Corporation. hlm. 86–87. ISBN 978-0-7614-7926-0. Diakses tanggal 1 Maret 2021. 
  4. ^ a b Nigosian, S. A. (2004). Islam: Its History, Teaching, and Practices . Bloomington, Indiana: Indiana University Press. hlm. 110–111. ISBN 0-253-21627-3. 
  5. ^ a b c d Gilbert, Jenny (29 Januari 2012). "Hajj: Journey to the heart of Islam, British Museum, London". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  6. ^ Hooker, M. B. (2008). Indonesian Syariah: Defining a National School of Islamic Law. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 228. ISBN 978-981-230-802-3. 
  7. ^ Adelowo, E. Dada, ed. (2014). Perspectives in Religious Studies: Volume III. Ibadan, Nigeria: HEBN Publishers Plc. hlm. 395. ISBN 978-978-081-447-2. 
  8. ^ Encyclopaedia of Islam (12 vols.) (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. 1960–2005. 
  9. ^ Zaki, Yousra (7 Agustus 2019). "What is Hajj? A simple guide to Islams annual pilgrimage". Gulf News. GN Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-05. Diakses tanggal 1 Maret 2021. 
  10. ^ a b c d e f g "The Hajj–Journey to the Heart of Islam". Kashmir Observer. 27 September 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-15. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  11. ^ a b c d e f g Foulds, Amy (27 Februari 2012). "Journey to the Heart of Islam". The Diplomat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-05. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  12. ^ a b c d Kennedy, Maev (25 Januari 2012). "Hajj exhibition at British Museum". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-26. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  13. ^ a b c Akbar, Arifa (20 Januari 2012). "Pilgrim's progress: Journey to the Heart of Islam". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-03. Diakses tanggal 6 September 2022. 
  14. ^ Porter 2012, hlm. 9.
  15. ^ a b Porter, Venetia (Winter 2011). "Spiritual Journey". British Museum Magazine. British Museum Friends (71): 22–25. ISSN 0965-8297. 
  16. ^ Porter 2012, hlm. 11.
  17. ^ Porter 2012, hlm. 7, 275.
  18. ^ Moore, Susan (12 Mei 2012). "A leap of faith". Financial Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  19. ^ Khan, Qaisra (Winter 2011). "Journey of a Lifetime". British Museum Magazine. British Museum Friends (71): 26–27. ISSN 0965-8297. 
  20. ^ Khan, Qaisra M. (2013). "Souvenirs and Gifts: Collecting Modern Hajj". Dalam Porter, Venetia; Saif, Liana. The Hajj: collected essays. London. hlm. 228–240. ISBN 978-0-86159-193-0. OCLC 857109543. 
  21. ^ "A speech by HRH The Prince of Wales at the opening of the "HAJJ: Journey to the heart of Islam" exhibition at the British Museum". Prince of Wales. 26 Januari 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-05. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  22. ^ a b "Hajj: Journey to the Heart of Islam". Time Out London. 11 Oktober 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  23. ^ a b Khan, Tabish (28 Januari 2012). "Exhibition Review: Hajj: Journey To The Heart Of Islam @ The British Museum". Londonist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-05. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  24. ^ a b c d e Guner, Fisun (21 Februari 2012). "Hajj: Journey to the Heart of Islam, British Museum". The Arts Desk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-15. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  25. ^ a b c d e f g Berns, Steph (2012). "Hajj journey to the heart of islam". Material Religion. 8 (4): 543–544. doi:10.2752/175183412X13522006995213. ISSN 1743-2200. 
  26. ^ a b c d e f Porter 2012, hlm. 272–275.
  27. ^ Porter 2012, hlm. 154.
  28. ^ Esposito, John L. (2003). "Salat". The Oxford Dictionary of Islam. Oxford: Oxford University Press. Diakses tanggal 13 Maret 2023. 
  29. ^ a b c Januszczak, Waldemar (29 Januari 2012). "The stuff that dreams are made of". The Sunday Times. ISSN 0140-0460. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 5 September 2022. 
  30. ^ Omar, Rahilah (2003). "The history of Bone AD 1775-1795: the diary of Sultan Ahmad as-Salleh Syamsuddin". University of Hull. hlm. 244–250. 
  31. ^ a b c Goodwin, Jason (20 Februari 2012). "The British Museum's 'Hajj: Journey to the Heart of Islam'". Newsweek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  32. ^ a b Jones, Jonathan (25 Januari 2012). "Hajj: Journey to the Heart of Islam – review". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-15. Diakses tanggal 1 September 2022. 
  33. ^ British Museum (2012). The British Museum report and accounts for the year ended 31 March 2012 (PDF). London: The Stationery Office. hlm. 3. ISBN 978-0-10-297619-9. OCLC 1117090767. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-05-18. Diakses tanggal 2023-04-25. 
  34. ^ Morris Hargreaves McIntyre July 2012, hlm. 5.
  35. ^ Morris Hargreaves McIntyre July 2012, hlm. 9.
  36. ^ Berns 2015, hlm. 174.
  37. ^ Berns 2015, hlm. 151.
  38. ^ Sewell, Brian (16 Juni 2015). "Hajj – journey to the heart of Islam, British Museum – review". Evening Standard. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  39. ^ Manzoor, Sarfraz (9 Maret 2012). "How the British Museum brought the hajj to my mum". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-15. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  40. ^ Armstrong, Karen (22 Januari 2012). "Prejudices about Islam will be shaken by this show". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-15. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  41. ^ Cohen, Nick (18 Maret 2012). "Keep corrupt regimes out of British culture". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  42. ^ Jones, Jonathan (19 Maret 2012). "The British Museum's Hajj takes us on a pilgrimage, not a propaganda journey". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-04. Diakses tanggal 2 September 2022. 
  43. ^ Porter, Venetia (Winter 2011). "Spiritual Journey". British Museum Magazine. British Museum Friends (71): 22–25. ISSN 0965-8297. 
  44. ^ "The Hajj: collected essays". WorldCat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-07. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  45. ^ Maisey, Sarah (11 Juli 2022). "New book shows 300 illustrations of the Hajj pilgrimage over the centuries". The National. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-03. Diakses tanggal 6 Desember 2022. 
  46. ^ "Assouline takes readers to the heart of Hajj in new tome". Arab News. 8 Juli 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-13. Diakses tanggal 22 Februari 2023. 
  47. ^ "Hajj and The Arts of Pilgrimage". Khalili Collections. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 6 Desember 2022. 
  48. ^ a b Mishkhas, Abeer (26 Juli 2013). "The British Museum's Hajj exhibition inspires Paris, Leiden and Doha". Asharq Al-Awsat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 5 September 2022. 
  49. ^ "The Eight Collections". Nasser David Khalili. 8 Februari 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-04. Diakses tanggal 6 Desember 2022. 
  50. ^ Tamimi Arab, Pooyan (26 Mei 2020). "Longing for Mecca (Verlangen naar Mekka): Tropenmuseum, Amsterdam (February 2019 – January 2020)". Material Religion. 16 (3): 394–396. doi:10.1080/17432200.2020.1775420. ISSN 1743-2200. 

Sumber

Pranala luar