Suku Karera

suku bangsa di Indonesia
Revisi sejak 12 Juli 2024 11.12 oleh AABot (bicara | kontrib) (Etnik)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Suku Karera merupakan kelompok etnik yang berdiam di bagian timur Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Suku Karera merupakan sub-suku dari Etnis Sumba. Bahasa yang dipakai oleh Suku Karera adalah bahasa Manggarikuna, salah satu dialek bahasa Sumba. Bahasa Manggarikuna adalah salah satu dialek Suku Sumba disamping bahasa Sumba lainnya, seperti dialek Manggikua, Mangakina, Manggena, dan Mapeni.[1]

Cara Hidup

Suku Karera bertempat tinggal di kawasan lereng yang gersang, kering, dan banyak gulma, seperti ilalang. Karena mereka tinggal di daerah yang gersang, maka pencaharian utama warga Suku Karera adalah beternak. Suku Karera biasanya membagi tanah mereka dengan pembatas menggunakan pagar kayu atau batu, hal ini berguna agar hewan ternak mereka tidak masuk ke lahan tetangganya. Suku Karera biasanya memelihara kerbau dan kuda, kedua hewan ini juga terkadang diperuntukkan sebagai mahar pernikahan.[1]

Sistem Sosial

Suku Karera tergabung dalam sistem klan yang cenderung patrilineal, atau mengutamakan garis keturunan ayah. Klan tersebut dipimpin oleh seorang kepala klan yang disebut kabisu. Selain sistem klan, Suku Karera juga mengenal sistem kelas sosial yang terdiri dari 3 lapisan, yakni; bangsawan (disebut umbu), rakyat biasa (disebut kabihu), dan hamba-sahaya (disebut ata).[1]

Kepercayaan

Suku Karera masih mempercayai ajaran animisme, mereka menganggap nenek moyang mereka (disebut Merapu) sedang berdiam diri di sebuah tempat yang disebut Tanatara. Bagi Suku Karera, nenek moyang mereka hidup selayaknya di dunia di alam Tanatara. Menurut kepercayaan mereka, Merapu adalah roh yang membawa kebaikan yang melawan roh kejahatan yang bernama Sarangi.[1]

Permukiman

Perkampungan Suku Karera biasaya terletak di sebuah lapangan atau tanah terbuka, hal ini berguna untuk tempat upacara. Sebuah rumah adat yang di depannya terdapat beberapa batu megalitik, dan disekitarnya berdiri rumah-rumah orang kebanyakan. Rumah-rumah itu berupa rumah panggung yang tingginya sekitar satu meter dari permukaan tanah.Rumah adat tadi lebih besar dari rumah penduduk biasa. Atapnya melebar di bagian bawah dan di atasnya berbentuk kerucut. Bahan atapnya ialah anyaman ilalang.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d Hidayah, Dr Zulyani (2015). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794619292. 
  2. ^ Melalatoa, M. Junus (1995-01-01). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Direktorat Jenderal Kebudayaan.