Angkatan Laut Kerajaan Belanda

kecabangan maritim dari Angkatan Darat Kerajaan Belanda

Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda ) adalah Angkatan Laut Belanda. Dibentuk pertama kali dalam Perang Delapan Puluh Tahun (15681648) perang kemerdekaan dari Wangsa Habsburg yang memerintah Belanda Habsburg.

Ular-Ular Perang Angkatan Laut Kerajaan Belanda

Selama abad ke-17, Angkatan Laut Republik Belanda (15811795) merupakan salah satu angkatan laut terkuat di dunia dan memainkan perangan penting perang melawan Inggris, Perancis, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya. Angkatan Laut Republik Batavia (17951806) dan Kerajaan Hollandia (18061810) berperan penting dalam Perang Napoleon, meskipun didominasi oleh kepentingan Perancis. Setelah berdirinya Kerajaan Belanda modern pada tahun 1815, mereka berperan penting dalam melindungi Imperium Belanda, terutama di koloni Hindia Belanda di Asia Tenggara , meskipun akhirnya tidak berkutik dalam menghadapi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di awal-awal Perang Pasifik.

Setelah Perang Dunia II, Angkatan Laut Belanda lebih banyak berperan dalam operasi-operasi perdamaian internasional di berbagai negara, selain pertahanan dalam negeri.

Pangkalan-pangkalan

Pangkalan utama mereka berada di Den Helder, Noord Holland. Pangkalan kedua mereka di Amsterdam, Vlissingen, Texel dan Willemstad (Curaçao). Barak Korps Mariniers ada di Rotterdam, Doorn, Suffisant di Curaçao, dan Savaneta di Aruba.

Prefiks kapal

Prefiks internasional untuk kapal-kapal Angkatan Laut Belanda adalah HNLMS (His/Her Netherlands Majesty’s Ship).[1] HNMS juga dipakai,[2] meskipun sama dengan prefiks kapal-kapal Angkatan Laut Norwegia.[3] Angkatan Laut Belanda sendiri menggunakan prefiks Zr. Ms. (Zijner Majesteits yang artinya His Majesty's) ketika Belanda diperintah oleh seorang raja, dan Hr. Ms. (Harer Majesteits, Her Majesty's) ketika diperintah oleh seroang ratu.[4]

Sejarah

Angkatan Laut Belanda modern dimulai dari pembentukan undang-undang maritim (statute of admiralty) oleh Kaisar Romawi Suci Maximilian I pada 8 Januari 1488.[5] Sejarahwan maritim melacak asal usul angkatan laut independen Belanda hingga awal Perang Delapan Puluh Tahun (15681648) ketika terbentuk angkatan laut nasional seiring dengan pendirian Republik Belanda pada 1597.[6] kuat

Jaman Emas Belanda

 
Pertempuran Scheveningen pada tahun 1653 selama Perang Inggris-Belanda

Angkatan laut Belanda terlibat dalam beberapa peperangan melawan negara-negara Eropa lainnya sejak akhir abad ke-16, berawal dari perlawanan atas dominasi Spanyol di perairan Eropa, belakangan untuk jalur pelayaran, perdagangan dan koloni di berbagai penjuru dunia, termasuk dalam 4 kali Perang Inggris-Belanda. Selama abad ke-17 angkatan laut Belanda merupakan salah satu angkatan laut terkuat di dunia. Secara organisatoris, angkatan laut Republik Belanda terdiri dari 5 admiralty terpisah (3 di Holland dan masing-masing 1 di Friesland dan Zeeland), masing-masing dengan armada kapal, awak kapal, galangan kapal, struktur komando dan pendapatannya sendiri-sendiri.[7]

Perang Dunia II

 
HNLMS Java, c. 1941
Kapal-kapal AL Belanda sedang bermanuver, 1936
 
Piet de Jong komandan kapal HNLMS Gelderland pada tahun 1958.

Selama Perang Dunia Kedua, angkatan laut Belanda berpangkalan di negara-negara Sekutu setelah Belanda diduduki oleh Nazi Jerman dalam hitungan hari: markas besarnya di London, Inggris, dan unit-unit yang lebih kecil di Ceylon (sekarang Sri Lanka) dan Perth, Australia Barat.

Di berbagai penjuru dunia, kapal-kapal AL Belanda diperbantukan untuk mengangkut pasukan, misalnya dalam rangka Operasi Dynamo di Dunkirk dan pada D-Day, mereka mengawal konvoi-konvoi dan menyerang sasaran-sasaran musuh. Selama perang, AL Belanda mengalami kekalahan yang besar, khususnya dalam mempertahankan koloni Hindia Belanda, terutama Pertempuran Laut Jawa dimana panglimanya Laksamana Muda Karel Doorman, yang tenggelam bersama armada dan 1000 awak kapalnya. Satu kapal perusak ringan (light cruiser) yang sedang dibangun direbut Nazi Jerman di galangannya.

Selama serbuan Jepang yang tak kenal belas kasihan dari Februari hingga April 1942 di Hindia Belanda, angkatan laut Belanda di Asia nyaris musnah, dan kehilangan total 20 kapal (termasuk 2 kapal perusak ringan dan 2500 pelaut tewas[8]) — sebanyak korban jiwa di pihak Amerika pada saat serangan Jepang atas Pearl Harbor. Angkatan laut Belanda semakin terpuruk selama bertahun-tahun akibat kekurangan dana dan kesulitan menghadapi kapal-kapal yang lebih kuat dengan persenjataan yang lebih baik, termasuk torpedo Long Lance, yang digunakan kapal perusak IJN Haguro menenggelamkan kapal perusak ringan HNLMS De Ruyter.[9]

Satuan kecil kapal selam berpangkalan di Australia Barat menenggelamkan banyak kapal-kapal Jepang dalam minggu-minggu pertama perang ketimbang seluruh angkatan laut Inggris maupun Amerika Serikat selama periode yang sama, yang membuat Laksamana Madya Conrad Emil Lambert Helfrich mendapat julukan "Ship-a-day Helfrich".[10] Laju gerakan yang agresif melawan Jepang menjadi faktor kontributif terhadap seluruh kerusakan berat yang terjadi dan jumlah keberhasilan yang dicapai ketimbang yang dicapai oleh Inggris dan Amerika Serikat di wilayah yang sama.

Bahkan, baik Inggris maupun Amerika Serikat yakin bahwa panglima AL Belanda yang bertugas di ppasukan Sekutu terbilang terlalu agrsif. Belakangan, bahkan segelintir kapal selam Belanda berhasil mencetak kemenangan yang menakjubkan, termasuk menenggelamkan salah satu U-boat Kriegsmarine di Laut Tengah.

Konflik dengan Indonesia

Selepas Perang Dunia II, hubungan antara Belanda dan koloni-koloninya berubah secara drastis. Lepasnya koloni Hindia Belanda menjadi Republik Indonesia hanya 2 hari setelah penyerahan Jepang tanpa syarat, mengacaukan rencana Belanda untuk memulihkan kedaulatan kolonialnya. Perlu waktu 4 tahun sebelum akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Armada, pasukan dan pangkalan-pangkalan AL Belanda yang berada di bekas koloni Hindia Belanda diserahterimakan kepada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949 di Den Haag, Belanda.

Ketika pecah konflik dengan Indonesia mengenai Nugini Belanda (Netherlands New Guinea) pada tahun 1961, kekuatan AL Belanda menjadi tulang punggung pertahanan Belanda di koloni tersebut dalam menghadapi infiltrasi-infiltrasi oleh militer Indonesia, yang ditunjang oleh kapal-kapal perang modern dari Uni Soviet, yang merupakan bagian dari kampanye Trikora yang dicanangkan oleh Presiden Indonesia Soekarno untuk merebut Nugini Belanda yang dinamainya sebagai Irian Barat. Selama konflik ini, AL Belanda sempat mengirimkan gugus tugas yang meliputi kapal induk pesawat kelas Colossus Hr. Ms. Karel Doorman untuk menggetarkan kekuatan AL Indonesia. Dalam Pertempuran Laut Aru pada 15 Januari 1962, eskader kapal perusak (destroyer) Belanda, Hr. Ms. Evertsen, Hr. Ms. Kortenaer, dan Hr. Ms. Utrecht, yang didukung 2 pesawat Neptune dan Frely, berhasil menenggelamkan kapal torpedo ALRI RI Macan Tutul (650) dan menewaskan komandan eskader ALRI Komodor Yos Sudarso dan komanda RI Macan Tutul (650) Kapten Wiranto. Dua kapal ALRI lainnya, RI Macan Kumbang (653) dan RI Harimau (654) berhasil meloloskan diri. Konflik pun berakhir dengan penyerahan Nugini Belanda kepada UNTEA pada 15 Agustus 1962 sebagai hasil Konferensi New York dan kemudian diserahkan kepada Indonesia pada 1 Mei 1963. Seluruh kekuatan AL Belanda pun ditarik pulang ke Belanda sebagai itikad baik untuk menghentikan segala bentuk konflik bersenjata di daerah konflik tersebut.

Kerjasama NATO

 
Standing NRF Maritime Group 1 pada tahun 2007, Hr. Ms. Evertsen kedua dari kanan

Dengan pembentukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organisation, NATO), kekuatan utama militernya bertumpu pada angkatan darat dan angkatan udara, hingga pecah Perang Korea (1950-1953 dimana angkatan laut lebih dipertimbangkan. Pemerintah memutuskan pembentukan armada yang terdiri dari 2 eskader. Selain kapal induk pesawat Hr. Ms. Karel Doorman, AL Belanda juga memiliki 2 kapal perusak ringan kelas De Zeven Provincien, 8 kapal perusak kelas Friesland, 8 kapal selam, 6 kapal fregat kelas Speijk, dan sejumlah kapal penyapu ranjau.

Sebagai anggota NATO, Belanda mengembangkan kebijakan keamanan yang mengikat bersama anggota lainnya. Pembentukan Pakta Warsawa pada tahun 1955 meningkatkan perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur. Inovasi-inovasi teknologi berkembang pesat, pengembangan radar dan sonar diikuti senjata nuklir dan misil jarak jauh. Situasi geopolitik tersebut mengijinkan strategi militer tetap. Mulai tahun 1955, AL Belanda bergabung dengan eskader-eskader NATO yang permanen, seperti Standing Naval Force Atlantic.

Pranala luar

  1. ^ "List of Acronyms Preceding the Name of a Ship". Corporation of Lower St. Lawrence Pilots. Diakses tanggal 2013-07-31.  line feed character di |publisher= pada posisi 15 (bantuan)
  2. ^ See for example Paul M. Edwards (2010). Historical Dictionary of the Korean War. hlm. 114. 
  3. ^ See for example "King Harald V at Washington Navy Yard Marks Historic Alliance". Royal Norwegian Embassy in Washington. Diakses tanggal 2013-08-01. 
  4. ^ "Defensieschepen worden meteen Zr. Ms. in plaats van Hr. Ms" (dalam bahasa Dutch). Volkskrant. 2013-01-29. 
  5. ^ http://www.defensie.nl/organisatie/marine/inhoud/geschiedenis
  6. ^ Jaap R. Bruijn, "Dutch Navy" in Bruce, Anthony & Cogar, William (editors) An Encyclopedia of Naval History. Facts on File, New York. 1998; p. 121
  7. ^ Rodger, N. A. M. (2004) Command of the Ocean: A Naval History of Britain 1649–1815. Penguin Books, London; pp. 9–10
  8. ^ Klemen, L (1999–2000). "The War at Sea". Forgotten Campaign: The Dutch East Indies Campaign, 1941–1942. 
  9. ^ Dr. L. de Jong, Het Koninkrijk der Nederlanden in de Tweede Wereldoorlog (Dutch), 14 parts, part 11a-I-second half, RIOD, Amsterdam, 1975
  10. ^ "World Battlefronts: Dutchman's Chance". Time. February 23, 1942.