Vanila
Vanilla adalah pemberi rasa yang dihasilkan dari tanaman genus Vanilla, terutama Vanilla planifolia. Kata "vanilla"diturunkan dari bahasa Spanyol, vaina yang memiliki arti "polong", karena bentuk buah vanila adalah polong.[1] Tumbuhan ini pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Aztec Mesoamerika yang menyebut tanaman ini dengan nama tlilxochitl. Hernán Cortés membawa vanilla bersama dengan cokelat ke Eropa pasca penjelajahannya di benua Amerika. Vanilla oleh masyarakat Mesoamerika digunakan sebagai salah satu bumbu utama bagi minuman cokelat.[2]
Usaha awal untuk membudidayakan vanilla tergolong sulit karena vanilla membutuhkan lebah Melipona yang hanya berada di Amerika Tengah. Seorang pakar botani asal Belgia yang pertama kali menemukan hal ini dan berusaha mencari cara untuk melakukan penyerbukan vanilla secara buatan, namun usahanya tidak memuaskan.[3] Metode penyerbukan buatan yang sederhana justru ditemukan oleh seorang budak di pulau Réunion, Edmond Albius, pada tahun 1841 dan menyebabkan vanilla mulai dibudidayakan secara luas.[4]
Ada tiga spesies utama vanilla yang saat ini dikembangkan, dan semuanya merupakan tumbuhan yang dibawa dari Aemrika Tengah.[5] Vanilla planifolia dibudidayakan di Madagaskar, Réunion, dan kawasan tropis lainnya di sekitar Samudera Hindia; Vanilla tahitensis, dibudidayakan di Pasifik Selatan, dan Vanilla pompona dibudidayakan di Samudra Hindia barat, Amerika Tengah, dan Amerika Latin.[6] V. planifolia adalah yang paling banyak dibudidayakan di dunia.[7][8] Vanilla planifolia menghasilkan ekstrak vanilla terbanyak dibandingkan kedua spesies tersebut.[9]
Vanilla merupakan rempah-rempah yang paling mahal di dunia setelah saffron karena vanilla membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mendapatkannya.[10][11] Di Amerika Selatan, tumbuhan Leptotes bicolor digunakan sebagai pengganti vanilla.
Biologi
Vanila tumbuh sebagai tumbuhan merambat yang membutuhkan tumbuhan lain atau tiang sebagai tempatnya merambat. Di Reunion, tumbuhan ini dipelihara bersama dengan pemeliharaan hutan (wanatani) dan secara alami tumbuhan ini membutuhkan sedikit cahaya matahari. Sehingga di perkebunan terbuka, tumbuhan ini membutuhkan tabir untuk mengurangi sedikit cahaya matahari. Secara alami tumbuhan ini diserbukkan hanya dengan lebah dari genus Melipona. Sekarang penyerbukan buatan merupakan yang dominan dari pengusahaan tumbuhan ini, bahkan di Meksiko sendiri di mana populasi lebah Melipona berada. Tumbuhan ini hanya berbunga selama sehari, sehingga buruh perkebunan harus memeriksa setiap hari untuk melakukan penyerbukan buatan. Inilah yang menjadikan perkebunan vanilla padat karya.
Buahnya merupakan kapsul yang memanjang yang ketika telah masak, akan membuka bagian ujungnya, mengering, dan mengeluarkan aroma yang khas.
Biji tumbuhan ini tidak akan berkecambah tanpa bantuan fungi mikoriza anggrek. Sehingga pembudidaya tidak memperbanyak melalui biji melainkan dari secara stek.
Budi daya
Perbanyakan
Vanilla diperbanyak dengan cara stek dan kultur jaringan. Lahan yang dibutuhkan untuk stek umumnya bervariasi, namun yang dibutuhkan setidaknya adalah dengan mengurangi penerimaan cahaya matahari hingga 50% pada tanaman stek dan dibutuhkan jarak yang cukup antar tanaman. Mulsa dan pengairan secukupnya juga diperlukan.[12] Pohon maupun tiang untuk tempat vanilla merambat harus dipersiapkan sebelumnya.
Perbanyakan dengan kultur jaringan dilakukan pertama kali di Universitas Tamil Nadu, India. Perbanyakan ini dilakukan dengan mengambil sel dari auxillary bud tumbuhan vanilla.[13][14] Perbanyakan secara in vitro juga telah dilakukan melalui kultur kalus, protocorn, node batang, dan ujung akar.[15] Individu yang didapatkan dari kultur jaringan ditumbuhkan di dalam lab hingga setinggi 30 cm sebelum menjadi bibit untuk ditanam di lahan maupun rumah tanaman.[16]
Panen
Buah vanilla matang sekitar enam bulan setelah penyerbukan. Pemanenan harus dilakukan dengan cermat. Tanda buah sudah mulai matang adalah ujung buah vanilla yang mulai berwarna pucat kekuningan, dan setiap buah memiliki waktu kematangan yang tidak sama. Buah yang terlalu matang dapat menyebabkan buah terbelah dan bijinya keluar, sehingga hanya sedikit yang bisa dipanen. Satu pohon vanilla berusia lima tahun dapat menghasilkan antara 1.5 hingga 3 kilogram buah per tahun, dan terus meningkat hingga maksimum 6 kilogram. Jika buah yang masih hijau terlanjur dipanen, buah tersebut masih dapat dijual atau diperam terlebih dahulu untuk mendapatkan harga yang lebih baik.[16][17][12]
Pasca panen
Pasca panen buah vanila meliputi pelayuan, fermentasi, pengeringan, dan pemeraman.[18][19]
- Pelayuan
Pelayuan dilakukan untuk mematikan jaringan vegetatif buah sehingga mencegah pertumbuhan biji vanilla dari dalam buah selama pengolahan berikutnya dan penyimpanan. Metode yang digunakan bervariasi, mulai dari pendinginan hingga pemanasan (dengan air panas, perebusan, oven, atau sinar matahari). Metode yang digunakan menentukan hasil akhir dari buah vanilla.[20][21] Penjemuran untuk membunuh sel vegetatif buah dilakukan di bawah sinar matahari hingga buahnya berwarna kecoklatan. Metode ini umum dilakukan oleh masyarakat Aztec pada jaman dahulu.[20]
- Fermentasi
Pemeraman dilakukan dengan menempatkan tumpukan buah vanilla dalam kondisi lembab dan terinsulasi, biasanya terbungkus kain. Temperatur di dalam tumpukan akan menjadi cukup tinggi antara 45 hingga 75 derajat Celcius dengan kelembaban buah yang masih tinggi, hingga 70 persen. Pada tahap ini, buah vanila sudah mengeluarkan aroma yang khas karena proses enzimatis di dalamnya.[20]
- Pengeringan
Pengeringan mengurangi kadar air dari buah vanilla menjadi antara 25 hingga 30 persen. Kelembaban perlu dikurangi untuk mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri serta meningkatkan rendemen senyawa aromatik di dalam buah. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran.[20]
- Pemeraman
Pemeraman dilakukan dengan menyimpan buah di dalam wadah tertutup selama lima hingga nema bulan. Selama proses ini, aroma dan rasa dari buah vanila terus meningkat.
Kimia
Ekstrak vanilla didapatkan dari setiap bagian dari buah, dari kulit sampai bijinya. Ekstrak vanilla merupakan gabungan dari ratusan senyawa yang berbeda, termasuk asetaldehida, asam asetat, furfural, asam heksanoat, 4-hidroksibenzaldehida, eugenol, metil cinnamat, dan asam isobutirat, namun yang memberikan aroma vanilla yang khas adalah senyawa vanillin (4-hydroxy-3-methoxybenzaldehyde). Senyawa minor lainnya yang ikut mempengaruhi rasa yaitu piperonal. Senyawa utama yaitu vanillin dapat dibuat secara sintetis dari fenol dan larut dalam etanol.[22][23]
Alternatif
Vanillin dapat dibuat secara kimiawi, melalui modifikasi fenol guaiacol yang didapatkan dari minyak bumi[24] maupun dari lignin, limbah industri kertas dan pulp. Meski demikian, aroma dan khasiat vanillin tidak akan benar-benar sama dengan ekstrak vanilla karena vanillin, meskipun dominan, hanya satu dari 171 senyawa aromatik yang ditemukan dalam buah vanilla.[25] Pada masa lalu, vanillin diproduksi secara biosintetik dari eugenol, namun perlahan harganya menjadi semakin mahal karena permintaan eugenol dan bahan bakunya (cengkih) meningkat.[24]
Bunga Leptotes bicolor digunakan sebagai pengganti vanilla di Paraguay dan Brazil.
Di Amerika Serikat, castoreum yang merupakan eksudat dari berang-berang dewasa dikategorikan sebagai bahan tambahan makanan oleh FDA karena memiliki aroma yang mirip dengan vanilla dan raspberry.[26][27]
Lihat pula
Referensi
- ^ James D. Ackerman (June 2003). "Vanilla". Flora of South America. 26 (4): 507. Diakses tanggal 2008-07-22.
Spanish vainilla, little pod or capsule, referring to long, podlike fruits
- ^ The Herb Society of Nashville (2008-05-21). "The Life of Spice". The Herb Society of Nashville. Diakses tanggal 2008-07-23.
- ^ Janet Hazen (1995). Vanilla. Chronicle Books.
- ^ Silver Cloud Estates. "History of Vanilla". Silver Cloud Estates. Diakses tanggal 2008-07-23.
- ^ Lubinsky, Pesach; Bory, Séverine; Hernández Hernández, Juan; Kim, Seung-Chul; Gómez-Pompa, Arturo (2008). "Origins and Dispersal of Cultivated Vanilla (Vanilla planifolia Jacks. [Orchidaceae])". Economic Botany. 62 (2): 127–38. doi:10.1007/s12231-008-9014-y.
- ^ Besse, Pascale; Silva, Denis Da; Bory, Séverine; Grisoni, Michel; Le Bellec, Fabrice; Duval, Marie-France (2004). "RAPD genetic diversity in cultivated vanilla: Vanilla planifolia, and relationships with V. Tahitensis and V. Pompona". Plant Science. 167 (2): 379–85. doi:10.1016/j.plantsci.2004.04.007.
- ^ "Vanilla growing regions". The Rodell Company. 2008-01-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-10. Diakses tanggal 2008-07-22.
- ^ The Nielsen-Massey Company (2007-09-17). "History of vanilla". The Nielsen-Massey Company. Diakses tanggal 2008-07-23.
- ^ "Brockman, Terra Types of Vanilla June 11, 2008 Chicago Tribune". Chicagotribune.com. 2008-06-11. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-16. Diakses tanggal 2010-05-01.
- ^ Le Cordon Bleu (2009). Le Cordon Bleu Cuisine Foundations. Cengage learning. hlm. 213. ISBN 978-1-4354-8137-4.
- ^ Parthasarathy, V. A.; Chempakam, Bhageerathy; Zachariah, T. John (2008). Chemistry of Spices. CABI. hlm. 2. ISBN 978-1-84593-405-7.
- ^ a b Elizabeth, K. G. (2002). "Vanilla: an orchid spice". Indian Journal of Arecanut Spices and Medicinal Plants. 4 (2): 96–8.
- ^ George, P. S.; Ravishankar, G. A. (1997). "In vitro multiplication of Vanilla planifolia using axillary bud explants". Plant Cell Reports. 16 (7): 490–4. doi:10.1007/BF01092772.
- ^ Kononowicz, H.; Janick, J. (1984). "In vitro propagation of Vanilla planifolia". HortScience. 19 (1): 58–9.
- ^ Giridhar P, Ravishankar GA (2004). "Efficient micropropagation of Vanilla planifolia Andr. under influence of thidiazuron, zeatin and coconut milk". Indian Journal of Biotechnology. 3 (1): 113–8.
- ^ a b Anilkumar, A. S. (February 2004). "Vanilla cultivation: A profitable agri-based enterprise" (PDF). Kerala Calling: 26–30.
- ^ Davis, Elmo W. (1983). "Experiences with growing vanilla (Vanilla planifolia)". Acta Horticulturae. 132: 23–9.
- ^ Havkin-Frenkel D, French JC, Graft NM (2004). "Interrelation of curing and botany in vanilla (vanilla planifolia) bean". Acta Horticulturae. 629: 93–102.
- ^ Havkin-Frenkel, D.; French, J. C.; Pak, F. E.; Frenkel, C. (2003). "Botany and curing of vanilla". Journal of Aromatic medicinal plants.
- ^ a b c d Frenkel, Chaim; Ranadive, Arvind S.; Vázquez, Javier Tochihuitl; Havkin-Frenkel, Daphna (2010). "Curing of Vanilla". Dalam Havkin-Frenkel, Daphna; Belanger, Faith. Handbook of Vanilla Science and Technology. John Wiley & Sons. hlm. 79–106 [87]. ISBN 978-1-4443-2937-7.
- ^ Arana, Francisca E. (October 1944). "Vanilla curing and its chemistry". Bulletin. Federal Experiment Station of the United States Department of Agriculture in Mayaguez, Puerto Rico (42): 1–17.
- ^ Gobley, N.-T. (1858) "Recherches sur le principe odorant de la vanille" (Research on the fragrant substance of vanilla), Journal de Pharmacie et de Chimie, series 3, vol. 34, pages 401–405.
- ^ [1][pranala nonaktif]
- ^ a b Hocking, Martin B. (1997). "Vanillin: Synthetic Flavoring from Spent Sulfite Liquor". Journal of Chemical Education 74 (9): 1055–1059. doi:10.1021/ed074p1055. Periksa nilai
|doi=
(bantuan). Diakses tanggal 2006-09-09. - ^ "About Vanilla – Vanilla imitations". Cook Flavoring Company. 2011. Diakses tanggal 2011-06-22.
- ^ Burdock GA (2007). "Safety assessment of castoreum extract as a food ingredient". Int. J. Toxicol. 26 (1): 51–5. doi:10.1080/10915810601120145. PMID 17365147.
- ^ Burdock, George A., Fenaroli's handbook of flavor ingredients. CRC Press, 2005. p. 277.
Pranala luar
- "Vanilla". Encyclopedia Americana. 1920.
- History, Classification and Lifecycle of Vanilla planifolia
- Spices at UCLA History & Special Collections
- Vanilla and Extracts di Curlie (dari DMOZ)
- "The Present State of the West-Indies: Containing an Accurate Description of What Parts Are Possessed by the Several Powers in Europe" by Thomas Kitchin, 1778, in which Kitchin discusses vanilla