Mieszko I (tahun 930 – 25 Mei 992),[3] merupakan seorang adipati Polandia dari sekitar tahun 960 sampai kematiannya. Ia berasal dari Wangsa Piast, putra tokoh legendaris Siemomysl, cucu Lestek dan ayahanda Bolesław I, Raja pertama Polandia yang dimahkotai, dan Świętosława (Sigrid), Ratu Skandinavia.

Mieszko I
Adipati Polandia
Potret imajiner oleh Jan Matejko.
Berkuasatahun 962–992
PendahuluSiemomysł
PenerusBolesław I
Pemakaman
Basilika Katedral St. Peter dan St. Paul, Poznań, Polandia
KeturunanDengan Dobrawa:
Bolesław I
Świętosława, Ratu Swedia, Denmark, Norwegia dan Inggris
Putri, Putri Pommern (?)
Vladivoj dari Bohemia (?)

Dengan Oda:
Mieszko
Świętopełk
Lambert
DinastiWangsa Piast
AyahSiemomysł
IbuGorka[1][2]

Penguasa wilayah Kristen pertama yang kemudian disebut Polandia, Mieszko I dianggap sebagai pencipta De facto dari negara Polandia. Ia melanjutkan kebijakan ayahandanya dan kakeknya, yang merupakan pemimpin suku-suku pagan yang berlokasi di wilayah yang sekarang adalah Wielkopolska. Melalui aliansi dan penggunaan kekuatan militer, Mieszko memperpanjang penaklukkan yang sedang berlangsung dan di awal pemerintahannya menundukkan Kuyavia dan mungkin Gdańsk Pommern dan Masovia. Untuk sebagian besar masa pemerintahannya, Mieszko I terlibat dalam peperangan untuk menguasai Pommern Barat, yang akhirnya menaklukkan ke sekitar Sungai Odra yang lebih rendah. Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, ia melawan negara Bohemia, memenangkan Silesia dan mungkin Małopolska.

Mieszko I menikahi seorang putri dari Wangsa Přemyslid, Doubravka asal Ceko pada tahun 965 dan pembaptisannya pada tahun 966 menempatkannya dan negaranya di bidang budaya Kekristenan Barat. Terlepas dari penaklukan besar yang dilakukan selama masa pemerintahannya (yang terbukti penting bagi masa depan Polandia), Mieszko I terkenal dengan reformasi internalnya, yang bertujuan untuk memperluas dan memperbaiki yang disebut sistem perang monarki.

Menurut sumber yang ada, Mieszko I merupakan seorang politisi yang bijak, pemimpin militer berbakat dan penguasa karismatik. Ia berhasil menggunakan diplomasi, menyimpulkan aliansi, pertama dengan Bohemia, kemudian Swedia dan Kekaisaran Romawi Suci. Dalam kebijakan luar negeri, ia menempatkan kepentingan negaranya terutama, bahkan melakukan kesepakatan dengan mantan musuhnya. Pada saat kematiannya, ia meninggalkan putra-putranya sebuah negara dengan wilayah yang sangat luas, dan posisi mapan di Eropa.

Mieszko I juga tampil sebagai "Dagome" dalam dokumen kepausan yang bertanggal sekitar tahun 1085, yang disebut Dagome iudex, yang menyebutkan pemberian atau dedikasi tanah Mieszko kepada Paus (tindakannya terjadi hampir seratus tahun sebelumnya).

Tanggal lahir

Tidak ada informasi pasti tentang kehidupan Mieszko I sebelum ia mengambil alih tanahnya. Hanya Kronik Małopolska yang memberi tanggal kelahirannya di suatu tempat di antara tahun 920–931 (tergantung pada versi manuskripnya), namun periset modern tidak mengenali Kronik sebagai sumber yang dapat dipercaya. Beberapa sejarahwan berdasarkan penyelidikan mereka mendalilkan tanggal kelahiran Mieszko I di antara tahun 922–945;[4] kegiatan Adipati di tahun-tahun terakhir hidupnya menempatkan tanggal kelahirannya mendekati tahun yang terakhir.[5]

Asal usul dan arti namanya

 
Grafis Mieszko I oleh Walery Eljasz-Radzikowski dari abad ke-19

Ada tiga teori utama mengenai asal usul dan makna nama Mieszko I. Teori yang paling populer, yang diusulkan oleh Jan Długosz, menjelaskan bahwa Mieszko adalah Mieczysław, kombinasi dari dua elemn atau leksem: Miecz yang berarti pedang dan Sław berarti terkenal. Hari ini, teori ini ditolak oleh mayoritas sejarahwan Polandia, yang menganggap nama Mieczysław telah ditemukan oleh Długosz untuk menjelaskan asal usul nama Mieszko. Hari ini, kita tahu bahwa Slavik kuno tidak pernah membentuk nama mereka dengan menggunakan nama hewan atau nama senjata. Nama Slavik kuno bersifat abstrak. Penjelasan yang sama menguraikan teori lain tentang asal usul nama Mieszko, yang menghubungkan nama tersebut dengan kata Polandia miś/miśko yang berarti beruang, karena tidak ada nama hewan yang digunakan untuk membentuk nama Polandia yang terhormat di kalangan bangsawan Polandia.[6]

Teori kedua yang paling populer tentang asal mula dan rasa nama Mieszko dapat ditelusuri ke legenda yang sangat tua, yang pertama kali dideskripsikan oleh Gallus Anonymus, yang menurutnya Mesco (bentuk Bahasa Latin yang digunakan oleh sumber paling awal) buta selama tujuh tahun pertama kehidupannya. Kronikus menceritakan kisah ini (Alegori) Abad Pertengahan yang khas) sebagai berikut:

Pada saat itu (setelah Mieszko memulihkan penglihatannya) Pangeran Siemomysł segera bertanya kepada orang-orang yang lebih tua di negaranya apakah kebutaan putranya menyampaikan beberapa makna ajaib. Mereka menjelaskan bahwa kebutaan ini berarti bahwa Polandia buta saat itu, tapi mulai sekarang akan diterangi oleh Mieszko dan ditinggikan di negara-negara tetangga.

Penafsiran ini adalah referensi yang jelas untuk sang Adipati yang kemudian dibaptis itu:

Polandia memang buta sebelumnya, tidak tahu apa-apa tentang Tuhan sejati atau prinsip-prinsip iman Katolik, namun berkat pencerahan Mieszko negara tersebut juga telah menjadi tercerahkan, karena ketika itu ia mengadopsi kepercayaan, bangsa Polandia diselamatkan dari kematian dan kehancuran.[7]

Selain itu, diketahui bahwa kata Slavik "mzec" dapat diartikan sebagai "matanya tertutup" atau "menjadi buta". Sekali lagi, hari ini hampir pasti bahwa legenda ini digunakan sebagai metafora, yang mengacu pada upacara pagan Slavik kuno yang dikenal sebagai "postrzyżyny": Selama upacara pemotongan rambut dilakukan pada setiap anak laki-laki di usianya yang ketujuh. Dalam ritus simbolis seorang anak menjadi seorang pria. Itu menjelaskan bahwa Mieszko sebenarnya tidak buta. Ia buta hanya secara metaforis. Selain nama anaknya juga Mieszko dan sulit dipercaya bahwa ia juga buta. Selain itu, seperti yang kita ketahui sekarang Slavik kuno hanya menggunakan nama abstrak di kalangan bangsawan.[6]

Teori ketiga menghubungkan nama Mieszko dengan namanya yang lain, Dagome, seperti yang muncul di dalam dokumen yang disebut Dagome iudex. Kita tahu dokumen ini hanya dari salinan yang disiapkan oleh seorang rahib anonim yang tidak mengenal bahasa Polandia atau nama Polandia. Ada kemungkinan bahwa saat menyalin dokumen ia melakukan kesalahan dan menuliskan Dagome daripada Dagomer atau bahkan Dagomir. Nama Dagomir digunakan sampai hari ini dan konstruksinya mirip dengan nama Polandia lainnya seperti misalnya: Władimir/Włodzimierz atau Casimir/Kazimierz. Evolusi elemen "-mir" menjadi "-mierz" disebabkan oleh dua perkembangan yang terpisah: pertama, perubahan reguler vokal "i" menjadi "(i)e" sebelum "r", dan kedua, modifikasi dari kasus nominatif oleh vokalis untuk nama tertentu (oleh karena itu, Kazimierz menggantikan Kazimier berdasarkan Kazimierze vokalis). Masih diperdebatkan apakah nama Mieszko adalah julukan yang terbentuk dari bagian kedua dari nama *Dago-mierz, karena penggabungan dalam pengucapan "sz" dengan deviasi "rz" yang akan muncul dalam posisi ini cukup baru.[6] Namun beberapa sejarahwan percaya bahwa kata "Dagome" adalah perpaduan dua nama: Katolik Roma "Dago," untuk "Dagobert" (nama baptisan hipotetis Mieszko), dan Slavik "Me," untuk "Mieszko." Kata Latin "iudex" ("hakim") akan digunakan dalam arti "pangeran." Penafsiran lain adalah bahwa "Dagome iudex" adalah korupsi dari "Ego Mesco dux" ("I, Pangeran Mieszko").[8]

Pemerintahannya

Awal pemerintahan

 
Benteng-benteng di bawah pemerintahan Mieszko
 
Polandia di bawah pemerintahan Mieszko (skt. 960–992)

Mieszko I mengambil alih pemerintahan kesukuan setelah kematian ayahandanya pada sekitar tahun 950–960, mungkin lebih dekat ke tanggal yang terakhir.[9] Karena kekurangan sumber tidak mungkin menentukan dengan tepat lahan mana yang diwarisi. Tentu di antara mereka adalah wilayah yang dihuni oleh Polanie dan Goplanie,[10] begitu juga tanah-tanah Sieradz-Łęczyca dan Kuyavia.[11] Ada kemungkinan bahwa negara ini termasuk juga Masovia[12] dan Gdańsk Pommern.[13] Segera penguasa baru ini menghadapi tugas untuk mengintegrasikan wilayah yang relatif luas, etnik dan budaya yang heterogen. Meskipun penduduk wilayah yang dikuasai oleh Mieszko berbicara dalam satu bahasa, memiliki kepercayaan yang sama dan mencapai tingkat perkembangan ekonomi dan umum yang sama, namun secara sosial dihubungkan terutama oleh struktur kesukuan. Tampaknya para sesepuh yang bekerja sama dengan sang Adipati pertama kali merasakan perlunya persatuan super-kesukuan, karena perluasan memungkinkan mereka untuk memperluas pengaruhnya.

Mieszko dan rakyatnya digambarkan pada sekitar tahun 966 oleh Ibrahim ibn Yaqub, seorang pelancong Yahudi Sefardim, yang pada waktu itu mengunjungi istana Adipati Boleslav I yang Kejam di Praha.[14] Abraham mempersembahkan Mieszko I sebagai salah satu dari empat "raja" Bangsa Slavia,[15] yang memerintah di wilayah "utara" yang luas, dengan kekuatan militer yang sangat dihormati dan besar yang ia miliki. Catatan kontemporer yang lebih tepat mengenai Mieszko disusun oleh Widukind dari Corvey, dan setengah abad kemudian, oleh Uskup Thietmar dari Merseburg.

Pada saat Mieszko I mengambil alih dari ayahandanya, federasi kesukuan Polanie di Wielkopolska telah beberapa lama aktif berkembang. Melanjutkan proses ini, mungkin di tahun-tahun pertama pemerintahan Mieszko, jika belum dilakukan oleh ayahandanya, Mieszko I menaklukkan Masovia. Kemungkinan juga selama periode tersebut atau sebelumnya, setidaknya sebagian Gdańsk Pommern diperoleh.[11] Kepentingan Mieszko kemudian dipusatkan terutama di wilayah-wilayah yang diduduki oleh cabang-cabang Slavia Polabia bagian timur (dekat Sungai Oder); beberapa dari mereka segera disubordinasikan olehnya. Seperti yang ditulis Widukind dari Corvey, Mieszko memerintah suku tersebut yang disebut Licicaviki, yang sekarang dikenal dengan Tanah Lubusz Polabia.[16] Setelah menguasai suku-suku paling barat (sehubungan dengan suku asli suku Polanie), Mieszko telah memasuki ranah pengaruh Jerman.

Pada tahun 963 Markgraf Jerman, Gero, menaklukkan wilayah yang diduduki oleh suku Lausitz Polabia dan Słupia, dan akibatnya bersentuhan langsung dengan negara Polandia. Pada saat bersamaan (pada sekitar tahun 960) Mieszko I memulai ekspansi melawan suku Velunzani dan Lutici. Perang tersebut dicatat oleh kronikus Ibrahim ibn Yaqub. Menurutnya, Mieszko I berperang melawan suku Weltaba, yang biasanya diidentifikasi dengan Veleti. Wichmann II, seorang bangsawan Sachsen yang saat itu menjadi pemimpin sebuah kelompok Slavia Polabia, mengalahkan Mieszko dua kali, dan pada sekitar tahun 963 saudara Mieszko, yang namanya tidak diketahui, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Perbatasan di mulut Sungai Oder juga diinginkan oleh markgraf Jerman. Selain itu, Veleti Bohemia, yang pada waktu itu memiliki wilayah Silesia dan Małopolska, merupakan bahaya bagi negara muda Polanie.

Pertempuran Markgraf Gero; Penghormatan Mieszko kepada Kaisar

Kronik Thietmar menimbulkan beberapa masalah interpretasi informasi mengenai serangan Markgraf Gero pada suku-suku Slavia, yang oleh karenanya ia konon tunduk pada wewenang Kaisar Lusatia dan Selpuli (yang berarti suku Słupian) dan juga Mieszko dengan rakyatnya. Menurut mayoritas sejarahwan modern,[17] Thietmar membuat kesalahan yang meringkas kronik Widukind, menempatkan Gero menjarahnya, bukan pertempuran yang dilakukan Mieszko saat melawan Wichmann II. Sumber lain tidak menyebutkan penaklukan tersebut dan menempatkan negara-negara Polanie pada pijakan yang sama dengan Slavia Polabia. Di sisi lain, pendukung teori serangan Gero[18] percaya bahwa sang Markgraf benar-benar melakukan serangan yang sukses, sebagi akibatnya Mieszko I dipaksa untuk memberikan penghormatan kepada Kaisar dan juga dipaksa untuk mengadopsi Katolik melalui Gereja Jerman. Tesis yang mengusulkan pengenalan agama Katolik sebagai hasil dari perang ini tidak menemukan konfirmasi mengenai sumber-sumber Jerman.

Penghormatan tersebut kemudian merupakan isu yang terpisah, karena, menurut kronik Thietmar, Mieszko benar-benar memberikan penghormatan kepada Kaisar dari tanah-tanah yang digunakan di usque in Vurta fluvium (sampai ke Sungai Warta).[19] Kemungkinan besar Mieszko memutuskan untuk membayar upeti untuk menghindari serangan serupa dengan penyakit yang diderita Lusatia. Penghormatan ini akan berlangsung pada tahun 965, atau paling lambat 966. Kemungkinan besar upeti tersebut hanya berlaku untuk tanah Lubusz, yang berada di lingkup pengaruh Jerman.[20] Pemahaman tentang isu penghormatan ini menjelaskan mengapa pada tahun 967 Mieszko I digambarkan di dalam kronik Sachsen sebagai sahabat Kaisar (atau sekutu, pendukung, Bahasa Latin: amicus imperatoris).

Pernikahan dan pindah ke agama Katolik

 
Makam monumen Mieszko I dan Bolesław I oleh Christian Daniel Rauch di Kapel Emas Katedral Poznań
 
Ilustrasi abad ke-19: Mieszko, seorang mantan pagan, dibantu oleh istri Cekonya Dobrawa, putri Boleslav I, menjadi seorang penginjil Katolik Roma
 
Mural kontemporer di Gniezno memperingati pembaptisan Mieszko

Mungkin pada tahun 964 Mieszko memulai negosiasi dengan penguasa Bohemia, Boleslav I yang Kejam. Akibatnya, pada tahun 965 Mieszko I menikahi putrinya Dobrawa (juga bernama Dobrava, Doubravka atau Dąbrówka).[21] Aliansi politik Polandia-Bohemia ini kemungkinan telah diprakarsai oleh penguasa Polandia. Mungkin pernikahan itu resmi diatur pada bulan Februari 965.[22]

Langkah selanjutnya adalah baptisan Mieszko. Ada berbagai hipotesis mengenai peristiwa ini. Paling sering diasumsikan bahwa itu adalah keputusan politik, yang dimaksudkan untuk membawa negara Mieszko lebih dekat ke Bangsa Ceko dan untuk memfasilitasi kegiatannya di wilayah Slavia Polabia. Pada saat yang sama, baptisan mengurangi kemungkinan serangan masa depan oleh markgraf Jerman dan kehilangan kesempatan untuk mencoba Katolik Roma di tanah-tanah Mieszko secara paksa. Alasan tambahan dapat menjadi keinginan Mieszko untuk menghapus dari kekuasaan kelas imam pagan yang berpengaruh, yang mungkin telah menghalangi usahanya untuk membangun sebuah pemerintahan yang lebih terpusat.[23]

Sebuah hipotesis yang berbeda dikaitkan dengan penerimaan yang disebutkan di atas tentang kebenaran serangan Gero ke Polandia. Menurutnya, itu adalah serangan Markgraf yang memaksa Katoliksasi, yang merupakan tindakan subordinasi kepada Kaisar, dilakukan tanpa mediasi Paus.[24]

Masih motif lain yang bertanggung jawab menurut Gallus Anonymus, yang menyatakan bahwa itu adalah Putri Bohemia yang meyakinkan suaminya untuk mengubah agamanya. Demikian juga kronikus Thietmar mengaitkan perpindahan agama Mieszko dengan pengaruh Dobrawa. Tidak ada alasan untuk meniadakan peran Dobrawa dalam penerimaan Katolik Roma oleh Mieszko; Namun istri-istri penguasa yang berjasa dengan pengaruh positif atas tindakan suami mereka adalah perpindahan agama yang umum saat itu.

Secara umum diaku bahwa baptisan Mieszko I berlangsung pada tahun 966.[25] Tempatnya tidak diketahui; itu bisa saja terjadi di kota-kota Kekaisaran (mungkin di Regensburg), namun juga di salah satu kota Polandia seperti Gniezno atau Ostrów Lednicki.[26] Keyakinan bahwa baptisan dilakukan melalui bangsa Ceko untuk menghindari ketergantungan pada Jerman dan Gereja Jerman tidak benar,[27] karena Bohemia tidak memiliki gereja sendiri sampai tahun 973. Pada saat pembaptisan Mieszko, pendirian gereja Bohemia yang ada adalah bagian dari Keuskupan Regensburg. Jadi, jika penguasa Polandia menerima baptisan melalui mediasi Praha, itu harus disetujui di Regensburg. Namun, kosa kata religius (kata-kata seperti pembaptisan, khotbah, doa, gereja, rasul, uskup atau konfirmasi) diambil dari Bahasa Ceska dan pasti datang dari rombongan Dobrawa dan elemen gereja yang menyertainya. Mungkin dengan ia juga datang uskup Polandia pertama, Jordanes. Bisa jadi alasan mengapa preferensi Ceko terhadap Mieszko ada di Bohemia tentang misi yang mengikuti sila-sila saudara-saudara Yunani Bizantium dan kemudian menjadi santo-santo Sirilus dan Metodius, yang mengembangkan dan melakukan liturgi dalam ritus Slavia, yang lebih mudah dipahami oleh Mieszko dan rakyatnya. Cabang gereja ritus Slavia telah bertahan di Bohemia selama seratus tahun setelah baptisan Mieszko.

Konsekuensi keyakinan agama Katolik

Dengan mengadopsi agama Katolik, Mieszko I memasukkan negara Polandianya di komunitas Ritus Barat (Latin) di Eropa, yaitu negara-negara Katolik Roma. Konsekuensinya, baik Kekaisaran Romawi Suci maupun negara Katolik lainnya tidak dapat menyerang Polandia untuk tujuan mengkristenkan wilayah tersebut, dan Polandia sekarang dapat menyatakan haknya untuk diperlakukan seperti negara Kristen lainnya.

Pembaptisan juga memulai penyebaran budaya Latin ke Polandia, dengan para imamnya yang terpelajar-penasehat-penasehat yang bergabung dengan istana Mieszko. Keuskupan misionaris yang dimulai oleh Jordanes pada tahun 968 menggunakan liturgi Latin dan langsung tunduk pada Kepausan. Gereja-gereja sedang dibangun di Gniezno, Poznań, Ostrów Lednicki dan tempat lain. Keberadaan keuskupan misionaris menekankan individualitas dan independensi negara Polandia.

Pada saat pemerintahan Mieszko, tidak ada tempat tunggal yang berfungsi sebagai ibu kota, sebaliknya, ia membangun beberapa palatium di sekeliling negaranya. Lokasi yang paling penting adalah Poznań (Ostrów Tumski), Gniezno dan Ostrów Lednicki. Yang terakhir ini adalah sebuah lingkar cincin dengan jarak sekitar 500 meter, yang berisi arsitektur monumental pertama di negara itu, sebuah istana batu yang digunakan sebagai tempat tinggal sang Adipati.

Katolikisasi juga membawa perubahan politik. Struktur kekuasaan yang muncul tidak bergantung pada tetua suku tradisional, dan membatasi kewenangan mereka. Klerus yang tiba di engara tersebut turut andil dalam pengembangan pendidikan dan kebudayaan, serta administrasi negara dan diplomasi. Pada akhir pemerintahan Mieszko (skt. 990), Polandia mulai memberikan penghormatan kepada paus (Sedekah Santo Petrus).

Namun, perpindahan penduduk Polandia ke Katolik adalah proses jangka panjang, dan tidak selesai pada masa pemerintahan Mieszko I. Adipati mungkin harus menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh kasta imam paganisme kuno. Di beberapa desa, kepercayaan dan kebiasaan Slavia yang lama terus berlanjut hingga abad ke-16.

Penaklukan Pommern

 
Mieszko I, ilustrasi abad ke-17

Setelah normalisasi hubungan dengan Kekaisaran Romawi Suci dan Bohemia, Mieszko I kembali ke rencananya untuk menaklukkan bagian barat Pommern. Pada tanggal 21 September 967 pasukan Polandia-Bohemia menang dalam pertempuran yang menentukan melawan Wolin yang dipimpin oleh Wichmann II, yang memberi Mieszko kendali atas mulut Sungai Odra.[28] Markgraf Jerman tidak menentang kegiatan Mieszko di Pommern, bahkan mungkin mendukungnya; kematian sang pemberontak Wichmann, yang menyerah pada luka-lukanya segera setelah pertempuran, mungkin sejalan dengan kepentingan mereka. Sebuah insiden yang menceritakan kejadian tersebut terjadi setelah pertempuran, sebuah kesaksian tentang pendirian Mieszko yang tinggi di kalangan pejabat Kekaisaran, hanya setahun setelah pembaptisannya: Widukind dari Corvey melaporkan bahwa Wichmann yang sekarat itu meminta Mieszko untuk menyerahkan senjata Wichmann kepada Kaisar Otto I, kepada siapa Wichmann terkait. Bagi Mieszko kemenangan itu harus menjadi pengalaman yang memuaskan, terutama mengingat kekalahan masa lalu yang ditimpakan Wichmann.

Hasil yang tepat dari pertempuran Mieszko di Pommern Barat tidak diketahui. Hilangnya wilayah tersebut oleh putra Mieszko Bolesław Chrobry menunjukkan bahwa penaklukkan itu sulit dan penahanan di wilayah itu agak lemah. Dalam salah satu versi legenda St. Wojciech[29] tertulis bahwa Mieszko I menjodohkan putrinya[30] dengan seorang pangeran Pommern, yang sebelumnya secara sukarela dicuci dengan air suci baptisan di Polandia. Informasi di atas, dan juga fakta bahwa Bolesław kehilangan Pommern Barat, menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak benar-benar dimasukkan ke dalam negara Polandia, namun hanya menjadi sebuah fief. Konjektur ini tampaknya dikonfirmasi dalam pengenalan volume pertama dari kronik Gallus Anonymus mengenai suku Pommern: Meskipun seringkali para pemimpin pasukan yang dikalahkan oleh Adipati Polandia mencari keselamatan dalam pembaptisan, begitu mereka mendapatkan kembali kekuatan mereka, mereka menolak kepercayaan 'Kristen' (yaitu Katolik Roma) dan memulai perang melawan Kristen baru.

Pertempuran melawan Markgraf Hodo I dari Lausitz

Pada tahun 972 Polandia menderita serangan Hodo I dari Lausitz, Markgraf Sachsen Lausitz. Menurut kronik Thietmar, serangan ini adalah tindakan sewenang-wenang, tanpa persetujuan Kaisar:

Sementara itu,[31] Markgraf Hodo yang ningrat, setelah meungumpulkan pasukannya menyerang Mieszko, yang dengan setia memberi penghormatan kepada Kaisar (untuk tanah-tanah) di atas sungai Warta.[32]

Akuisisi di timur

Terlibat di dalam sengketa dalam negeri Jerman; Pernikahan kedua

Partisipasi di dalam perang saudara Jerman

Pertempuran melawan Bohemia; penggabungan Silesia dan Małopolska

Dagome iudex

Pemerintahan selanjutnya, kematian dan suksesi

Penyusunan negara Polandia

Prestasi

Pernikahan dan keturunan

Bibliografi

  • Jasiński K., Rodowód pierwszych Piastów, Warszawa-Wrocław (1992), p. 54-70.
  • Labuda G., Mieszko I, (in) Polski Słownik Biograficzny, vol. 21, 1976.
  • Labuda G., Mieszko I, Wyd. Ossolineum, Wrocław 2002, ISBN 83-04-04619-9
  • Labuda G., Pierwsze państwo polskie, Krajowa Agencja Wydawnicza, Kraków 1989, ISBN 83-03-02969-X
  • Szczur S., Historia Polski średniowiecze, chap. 2.2.1 Państwo gnieźnieńskie Mieszka I (p. 47-57) i 2.4.1 Drużyna książęca (p. 83-84), Wydawnictwo Literackie 2002, ISBN 83-08-03272-9

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ POLAND
  2. ^ Chronogical Dates in web.mac.com
  3. ^ Historical dictionary of Poland. Greenwood Publishing Group. 1996. ISBN 9780313260070. 
  4. ^ ca. 922 (O. Balzer), between 930–932 (A.F. Grabski), ca. 935 (K. Jasiński), between 940–945 (S. Kętrzyński).
  5. ^ Jerzy Strzelczyk "Mieszko pierwszy", vol. IV
  6. ^ a b c Włodzimierz K. Krzyżanowski, "Arystokracja rodowa w Polsce", Warszawa, 2007
  7. ^ Gallus Anonymus, Kronika polska, vol. I, chap. 4
  8. ^ Gregory Cattaneo, The Scandinavians in Poland: a re-evaluation of perceptions of the Vikings, Brathair 9 (2), 2009: 02–14. ISSN 1519-9053
  9. ^ K. Jasiński, Siemomysł, Polski Słownik Biograficzny, vol. 37, 1996, pp. 58–59.
  10. ^ Gerard Labuda, Mieszko I, pp. 18–22
  11. ^ a b Początki Polski w nowym świetle (The beginnings of Poland in new perspective) by Tomasz Jasiński, p. 17. The Polish Academy of Sciences, Portal Wiedzy www.portalwiedzy.pan.pl "Nauka", April 2007
  12. ^ G. Labuda, Mieszko I, p. 85; S. Szczur, Historia Polski średniowiecze, pp. 34–35
  13. ^ S. Szczur, Historia Polski średniowiecze, p. 34; Henryk Łowmiański, Początki Polski, vol. V, p. 502; G. Labuda, Mieszko I, pp. 121–122
  14. ^ Jerzy WyrozumskiDzieje Polski piastowskiej (VIII w. – 1370) (History of Piast Poland (8th century – 1370)), Kraków 1999, p. 76
  15. ^ Jerzy Wyrozumski – Dzieje Polski piastowskiej (VIII w. – 1370) (History of Piast Poland (8th century – 1370)), Kraków 1999, p. 77
  16. ^ G. Labuda, Mieszko I, cap. III.2.; S. Szczur, Historia Polski średniowiecze, p. 26
  17. ^ see for example G. Labuda, Mieszko I, chap. III.2.
  18. ^ see for example Henryk Łowmianski, Początki Polski, Warsaw, 1973.
  19. ^ Thietmari chronicon, vol. II chap. 29
  20. ^ G. Labuda, Mieszko I, chap. III.2.; A.F. Grabski, Bolesław Chrobry, p. 25
  21. ^ G. Labuda, Mieszko I, pp. 43–45.
  22. ^ G. Labuda, Mieszko I, p. 92
  23. ^ G. Labuda, Mieszko I, chap. IV.3.
  24. ^ H. Łowmiański, Początki Polski, p. 342-345.
  25. ^ Between 965–967 according to the Monumenta Poloniae Historica ed. by A. Bielowski, vol. II, Lwów 1872; in 966 according to Tadeusz Wojciechowski.
  26. ^ G. Labuda, Mieszko I, pp. 92–97.
  27. ^ Historii Polski by Anna Paner and Jan Iluk
  28. ^ Probably not the main stronghold of the region – Wollin. G. Labuda, Mieszko I, cap. V.3.
  29. ^ Legend of the 12th century, starting with the words Tempore illo.
  30. ^ Other sources indicated that she could be Mieszko I's sister.
  31. ^ pada saat itu, Kaisar Otto I berada di Italia.
  32. ^ Thietmari chronicon, vol. II p. 29
Mieszko I dari Polandia
Lahir: 920/945 Meninggal: 25 Mei 992
Didahului oleh:
Siemomysł
Adipati Polandia
960 – 25 Mei 992
Diteruskan oleh:
Bolesław I