Kajian komunikasi

bidang akademik
Revisi sejak 14 Oktober 2017 02.03 oleh Adeninasn (bicara | kontrib)

Komunikasi (bahasa Inggriscommunication) berasal dari bahasa latin commūnicāre, yang artinya "memberi" atau "berbagi", yang juga berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[1] Sedangkan 'kajian komunikasi' adalah suatu disiplin akademis yang mempelajari proses komunikasi manusia. Jenis komunikasi terdiri dari tiga tipe, diantaranya adalah komunikasi "verbal" yaitu sebuah proses komunikasi yang dilakukan untuk memahami makna sebuah pesan dengan melibatkan pendengaran; komunikasi "tertulis" yang artinya sebuah pesan didapatkan melalui proses membaca; dan komunikasi "nonverbal" atau proses komunikasi yang melibatkan pengamatan seseorang dalam menyimpulkan makna.[2] Kajian komunikasi terdiri dari beragam topik, mulai dari percakapan langsung hingga komunikasi lewat media seperti penyiaran televisi, dan radio. Kajian komunikasi juga menguji bagaimana sebuah pesan ditafsirkan dengan penggunaan dimensi politik, budaya, ekonomi, semiotika, hermeneutika, dan dimensi sosial dari konteks komunikasinya. Misalnya Statistika merupakan disiplin ilmu dengan pendekatan kuantitatif dalam mengkomunikasikan sains. Statistika juga merupakan topik dalam penelitian kajian komunikasi yang digunakan sebagai alat untuk memperkuat klaim.[3]

Sejarah

Kajian komunikasi mulai dibangun ketika murid Wilbur Schram; seorang pendiri Institut Penelitian Komunikasi di Universitas Michigan yang pertama kali mendirikan Departemen Seni Komunikasi Umum, pada awal tahun 1950-an.[4] mungkin terdapat pula departemen lainnya yang telah berdiri, namun Universitas Michigan adalah universitas pertama di Amerika Serikat yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam kajian komunikasi. Program ini adalah program paling unggul dalam bidang komunikasi manusia.

Nama lain

Di universitas, kajian komunikasi terdiri dari beragam nama program studi seperi "komunikasi", "kajian komunikasi", "komunikasi pidato", "retoris", "kajian media", "seni komunikasi", "komunikasi massa", "ekologi media", "penelitian komunikasi", dan "ilmu media dan komunikasi". Kurikulum sekolah bervariasi berdasarkan konsentrasi atau spesialisasi.

Batasan kajian

Kajian komunikasi menghubungkan aspek-aspek ilmu sosial dan humaniora. Secara alami, kajian komunikasi merupakan fokus bidang akademis. Sebagai halnya ilmu sosial, disiplin ilmu ini seringkali terkait dengan sosiologi, psikologi, antropologi, biologi, ilmu politik, ekonomi, kebijakan publik, dan lain sebagainya. [5] Fokus pengembangan penelitian dalam kajian komunikasi merupakan bagian dari jenjang komunikasi secara umum. Banyak dari mahasiswa yang memilih bidang studi ini untuk meraih gelar doktor. Namun bagi mahasiswa sarjana, fokus kajian ini adalah untuk mempersiapkan mereka dalam memahami proses komunikasi di masyarakat; dan perkembangan kajian komunikasi dalam bidang yang lebih spesifik.[6]

Amerika Serikat memiliki Asosiasi Komunikasi Nasional (AKN) yang mengidentifikasi sembilan sub disiplin kajian komunikasi, yang digunakan untuk memperluas disiplin ilmu diantaranya adalah: komunikasi teknis, kritik budaya, komunikasi kesehatan, komunikasi interbudaya, komunikasi interpersonal untuk kelompok, komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi politik atau retoris, dan komunikasi lingkungan; dimana mahasiswa di sana dapat mengambil program studi ini sebagai pilihan. Program dan mata kuliah lain yang seringkali terhubung dalam program komunikasi diantaranya adalaha jurnalistik, studi kritik film, teater, hubungan masyarakat, ilmu politik seperti strategi kampanye, komunikasi publik, kajian efek media dalam pemilu seperti radio, televisi, dan produksi film. Kini sudah banyak program yang menjadi sub bidang dari kajian komunikasi seperti komunikasi termediasi komputer (bahasa Inggris: computer mediated communication) dan penelitian-penelitaian mengenai dampak media baru terhadap komunikasi.

Bentuk umum komunikasi

Komunikasi massa memiliki peran vital dalam mempengaruhi jumlah audiens. Pada dasarnya komunikasi massa memiliki dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi interpersonal dan komunikasi media. Adapun bentuk umum dalam komunikasi terdiri dari komunikasi intrapersonal, komunikasi diadik, komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi massa.

Komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal terjadi pada diri sendiri, dimana pengirim dan penerima pesan terjadi hanya pada satu orang. Jadi umpan balik bekerja tanpa interupsi. Contohnya seseorang dapat berkomunikasi tentang kesakitan, pemikiran, perasaan, emosi, dan lain sebagainya kepada dirinya sendiri.[7]

Komunikasi diadik

Komunikasi diadik terjadi jika dua orang terlibat dalam proses komunikasi; dimana sumber pesan menjadi penerima pesan, dan sebaliknya.[7] Hal ini terjadi karena proses komunikasi terjadi dinamis dan pemberian respon terjadi antara sumber dan penerima pesan.

Komunikasi kelompok

Pada bentuk komunikasi diadik, proses komunikasi hanya melibatkan dua orang. Sedangkan bentuk komunikasi kelompok terdapat lebih dari dua orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Dalam bentuk komunikasi ini, semua orang dapat menjadi sumber pemberi pesan, dan saling memberikan respon satu sama lain.[7]

Komunikasi publik

Dalam komunikasi publlik, pesan diberikan hanya oleh satu orang atau satu entitas dengan jumlah penerima pesan yang sangat banyak. Berbeda dengan bentuk komunikasi kelompok; dimana semua entitas yang terlibat dapat saling memberikan respon, baik sebagai pemberi atau penerima pesan; maka dalam komunikasi publik, semua audiens lebih difokuskan perhatiannya pada pemberi pesan.[7]

Komunikasi massa

Bentuk komunikasi massa, biasanya memiliki jumlah audiens yang sangat banyak, dan tidak dapat dikelompokkan dalam satu tempat. Oleh sebab itu, bentuk komunikasi massa akan membutuhkan alat atau teknologi supaya proses komunikasi dapat berlangsung. Namun, karena tidak adanya akses kepada penerima pesan, maka media lain seperti surat kabar, radio, televisi atau internet sangat dibutuhkan. Selain itu, dalam bentuk komunikasi ini respon audiens sangat sedikit dan lambat.[7] Bidang khusus yang lebih fokus mempelajari komunikasi massa adalah kajian media.

Pola-pola komunikasi

Pola lingkaran

Pola rantai

Pola Y

Pola roda

Fleksibilitas kajian

Hal penting yang membuat kajian komunikasi lebih populer dari bidang lainnya yaitu karena adanya fleksibilitas.[8] Alumni sarjana kajian komunikasi dapat menempuh karir di berbagai bidang, seperti menjadi profesor universitas, pemasar produk, peneliti, penyunting dan perancang media informasi, jurnalis, eksekutif pemasaran, artis, manajer sumber daya manusia, pelatih di perusahaan, atlet profesional, praktisi hubungan masyarakat, manajer media, konsultan, dan beragam profesi lainnya.

Asosiasi Profesional

  • Asosiasi Komunikasi Bisnis
  • Asosiasi Pendidikan Jurnalistik dan Komunikasi Massa
  • Asosiasi Pengajar Penulisan Teknis
  • Asosiasi Komunikasi Ibu Kota
  • Asosiasi Pengajaran Penulisan Akademis Eropa yaitu pusat asosiasi di Eropa dalam penulisan akademis.
  • Asosiasi Penelitian Komunikasi dan Pendidikan Eropa yaitu pusat asosiasi di Eropa dalam kajian komunikasi.
  • Masyarakat Komunikasi Profesional IEEE
  • Asosiasi Penelitian Komunikasi dan Media Internasional
  • Asosiasi Komunikasi Bisnis Internasional
  • Asosiasi Komunikasi Internasional, yang merupakan pusat asosiasi Internasional dalam kajian komunikasi; yang menggabungkan fokus lama kajian komunikasi dalam bidang kuantitatif, menjadi ilmu sains yang berbasis sosial dengan adanya teori kritis dan kajian budaya dari fenomena komunikasi.
  • Masyarakat Relasi Publik Amerika
  • Masyarakat Film dan Kajian Media yaitu organisasi pusat dalam bidang kajian film berdasarkan penelitian berbasis komunikasi.
  • Masyarakat Komunikasi Teknis
  • Asosiasi Universitas Film dan Video yaitu organisasi pusat dalam bidang kajian produksi gambar bergerak.
  • Asosiasi Komunikasi Kota Bagian Barat.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ "komunikasi - Wiktionary bahasa Indonesia". id.wiktionary.org. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  2. ^ "Leadership and Organizational Behavior". 2016-03-10. Diakses tanggal 2017-10-13. 
  3. ^ Hayes, Andrew F. (2005). Statistical Methods for Communication Science. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. hlm. 8–9. 
  4. ^ Rogers, Everett M. (2001), "The Department of Communication at Michigan State University as a Seed Institution for Communication Study", Communication Studies, 52 (3): 234–248 
  5. ^ Calhoun, Craig (2011). "Communication as Social Science (And More)" (PDF). International Journal of Communication. McGill University. 5: 1479–1496. 
  6. ^ Morreale, Sherwyn; Osborn, Michael; Pearson, Judy (2000). "Why Communication is Important: A Rationale for the Centrality of the Study of Communication" (PDF). Journal of the Association for Communication Administration. National Communication Association. 29: 1–25. 
  7. ^ a b c d e "Forms of Communication". Communication Theory (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-14. 
  8. ^ Ricci, Alissa (April 22, 2009). "Major Decisions". The Villanovan. Diakses tanggal October 13, 2017. 

Bibliografi

  • Carey, James. 1988 Communication as Culture.
  • Cohen, Herman. 1994. The History of Speech Communication: The Emergence of a Discipline, 1914-1945. Annandale, VA: Speech Communication Association.
  • Gehrke, Pat J. 2009. The Ethics and Politics of Speech: Communication and Rhetoric in the Twentieth Century. Carbondale, IL: Southern Illinois University Press.
  • Packer, J. & Robertson, C, eds. 2006. Thinking with James Carey: Essays on Communications, Transportation, History.
  • Peters, John Durham and Peter Simonson, eds. 2004. Mass Communication and American Social Thought: Key Texts 1919-1968.
  • Wahl-Jorgensen, Karin 2004, 'How Not to Found a Field: New Evidence on the Origins of Mass Communication Research', Journal of Communication, September 2004.