Kabupaten Kulon Progo

kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Revisi sejak 25 November 2017 11.11 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Kulon Progo (bahasa Jawa: Kulon Praga, Hanacaraka, ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ​) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wates. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten Magelang di utara. Nama Kulon Progo berarti sebelah barat Sungai Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali Progo membatasi kabupaten ini di sebelah timur.

Kabupaten Kulon Progo
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ
Daerah tingkat II
Julukan: 
Kota West Prog
Motto: 
Kulon Progo BINANGUN
(Beriman, Indah, Nuhoni, Aman, Nalar, Guyub, Ulet, dan Nyaman).
Peta
Kabupaten Kulon Progo ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ di Indonesia
Kabupaten Kulon Progo ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ
Kabupaten Kulon Progo
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ
Peta
Kabupaten Kulon Progo ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ di Indonesia
Kabupaten Kulon Progo ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ
Kabupaten Kulon Progo
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ
Kabupaten Kulon Progo
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦑꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ (Indonesia)
Koordinat: 7°51′35″S 110°09′28″E / 7.8596°S 110.1579°E / -7.8596; 110.1579
Negara Indonesia
ProvinsiD.I. Yogyakarta
Tanggal berdiri15 Oktober 1951
Dasar hukumUU No. 18 tahun 1951
Ibu kotaWates
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 12
  • Kelurahan: 88
Pemerintahan
 • Bupatidr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
 • Wakil BupatiDrs. H. Sutedjo
Luas
 • Total586,27 km2 (22,636 sq mi)
Populasi
 ((2011))
 • Total470.520
 • Kepadatan803/km2 (2,080/sq mi)
Demografi
Zona waktu[[UTC]]
Kode BPS
3401 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0274
Kode Kemendagri34.01 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 594.978.790.000.-
Semboyan daerahKota Menoreh
Flora resmiManggis kaligesing
Fauna resmiBurung kacer
Situs webhttp://www.kulonprogokab.go.id/


Berkas:LogoParKabKP.jpeg
Logo wisata "KULON PROGO"

Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan, yang dibagi lagi atas 88 desa dan kelurahan, serta 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Pusat pemerintahan di Kecamatan Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat Ibukota Provinsi DIY, di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya - Yogyakarta - Bandung. Wates juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Jawa. Kulon Progo menggunakan kodepos 55611 (lama) dan 55600/55651 (baru).

Bagian barat laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan (Bukit Menoreh), dengan puncaknya puncak Suroloyo (1019 m), di perbatasan dengan Kabupaten Magelang. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai. Pantai yang ada di Kabupaten Kulonprogo adalah Pantai Congot, Pantai Glagah (10 km arah barat daya kota Wates atau 35 km dari pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai Trisik.

Batik

Kulon Progo memiliki salah satu hal yang membuatnya menjadi lebih terkenal, yaitu Batik. Batik yang menjadi ciri khas batik khulon progo dinamakan batik "Geblek Renteng"."Geblek" adalah makanan khas kulon progo, sedangkan "Renteng" adalah bahasa jawa dari berjejer. Pertumbuhan Industri batik di Kulon Progo terus meningkat, salah satunya adalah batik sekartniti, batik farras, sinar abadi batik. sebagai contoh, Batik SekarNiti merupakan salah satu home-industri yang berada di Kulon Progo yang mana ikut serta dalam melestarikan budaya Batik di Kulon Progo. Home-industri yang letaknya di Kecamatan Nanggulan ini ikut serta dalam mengembangkan budaya batik tanpa menghilangkan 'pakem' atau keaslian dari batik.

Sejarah

Pada tahun 1674, Keraton Mataram, Yogyakarta diserang oleh Trunojoyo yang mendapat bantuan dari Makasar mengakibatkan kerusakan pada Keraton dan terdesaknya Amangkurat I melarikan diri untuk meminta bantuan kepada Belanda, hingga meninggal di Tegal dalam pelariannya.

Untuk mengantisipasi serangan dari pengikut Trunojoyo, pada tahun 1677 keraton Mataram di pimpin oleh Amangkurat II yang merupakan putera mahkota dari Amangkurat I meminta bupati Ponorogo untuk mendapatkan penjagaan keraton oleh bala Warok yang terkenal pandai dalam perang dan meminta bantuan kepada kolonial Belanda untuk menangkap Trunojoyo.[1]

Setelah dijaganya keraton Mataram oleh para Warok dari Ponorogo, Tronojoyo kesulitan menembus keraton dan ditangkap serta dijatuhi hukuman mati pada tahun 1679.

Para Warok yang berhasil menjaga Keraton mendapat hadiah tempat tinggal di sebalah barat keraton untuk memudahkan penjagaan keraton ketika terjadi penyerangan terhadap keraton. Keraton tersebut diberi nama Kulon Ponorogo hingga di kenal saat ini menjadi Kulon Progo yang berarti Keraton Mataram sebelah Barat Ponorogo.

Daerah yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo hingga berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda merupakan wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarto yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman. Kedua kabupaten ini digabung administrasinya menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober 1951.

Kabupaten Kulon Progo

Berkas:Peta Kabupaten Kulon Progo.JPG
Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo

Sebelum Perang Diponegoro di daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo, belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang Diponegoro 1825-1830 di wilayah Kulon Progo sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu:

  • Kabupaten Pengasih, tahun 1831
  • Kabupaten Sentolo, tahun 1831
  • Kabupaten Nanggulan, tahun 1851
  • Kabupaten Kalibawang, tahun 1855

Masing-masing kabupaten tersebut dipimpin oleh seorang tumenggung. Menurut buku Prodjo Kejawen pada tahun 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang digabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon Progo, dengan ibukota di Pengasih. Bupati pertama dijabat oleh Raden Tumenggung Poerbowinoto.

Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 Kabupaten Kulon Progo dibagi atas dua kawedanan dengan delapan kapanewon, sedangkan ibukotanya dipindahkan ke Sentolo. Dua kawedanan tersebut adalah Kawedanan Pengasih yang meliputi Kapanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap/Sermo. Kawedanan Nanggulan meliputi Kapanewon Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.

Berikut adalah daftar Bupati Kulon Progo sampai dengan tahun 1951 adalah sebagai berikut:

  1. RT. Poerbowinoto
  2. KRT. Notoprajarto
  3. KRT. Harjodiningrat
  4. KRT. Djojodiningrat
  5. KRT. Pringgodiningrat
  6. KRT. Setjodiningrat
  7. KRT. Poerwoningrat

Kabupaten Adikarto

Di daerah selatan Kulon Progo ada suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarto. Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot.

Sebagai Bupati yang pertama adalah Tumenggung Sosrodigdoyo. Bupati kedua, R. Rio Wasadirdjo, mendapat perintah dari KGPAA Paku Alam V agar mengusahakan pengeringan Rawa di Karang Kemuning. Rawa-rawa yang dikeringkan itu kemudian dijadikan tanah persawahan yang Adi (Linuwih) dan Karta (Subur) atau daerah yang sangat subur. Oleh karena itu, maka Sri Paduka Paku Alam V lalu berkenan menggantikan nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada tahun 1877 yang beribukota di Bendungan. Kemudian pada tahun 1903 bukotanya dipindahkan ke Wates. Kabupaten Adikarta terdiri dua kawedanan (distrik) yaitu kawedanan Sogan dan kawedanan Galur. Kawedanan Sogan meliputi kapanewon (onder distrik) Wates dan Temon, sedangkan Kawedanan Galur meliputi kapanewon Brosot dan Panjatan.[2]

Bupati di Kabupaten Adikarta sampai dengan tahun 1951 berturut-turut sebagai berikut:

  1. Tumenggung Sosrodigdoyo
  2. R. Rio Wasadirdjo
  3. R.T. Surotani
  4. R.M.T. Djayengirawan
  5. R.M.T. Notosubroto
  6. K.R.M.T. Suryaningrat
  7. Mr. K.R.T. Brotodiningrat
  8. K.R.T. Suryaningrat (Sungkono)

Penggabungan wilayah Kabupaten Adikarto dengan Kabupaten Kulon Progo

Pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa Kasultanan dan Pakualaman adalah daerah yang bersifat kerajaan dan daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.

Pada tahun 1951, Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII memikirkan perlunya penggabungan antara wilayah Kasultanan yaitu Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah Pakualaman yaitu Kabupaten Adikarto. Atas dasar kesepakatan kedua penguasa tersebut, selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 yang ditetapkan tanggal 12 Oktober 1951 dan diundangkan tanggal 15 Oktober 1951. Undang-undang ini mengatur tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 untuk Penggabungan Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarto dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu kabupaten dengan nama Kulon Progo yang selanjutnya berhak mengatur dan mengurus rumah-tanganya sendiri. Undang-undang tersebut mulai berlaku mulai tanggal 15 Oktober 1951. Secara yuridis formal Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo adalah 15 Oktober 1951, yaitu saat diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Selanjutnya pada tanggal 29 Desember 1951 proses administrasi penggabungan telah selesai dan pada tanggal 1 Januari 1952, administrasi pemerintahan baru, mulai dilaksanakan dengan pusat pemerintahan di Wates. Nama-nama yang menjabat Bupati-Wakil Bupati Kulonprogo sejak tahun 1951 sampai sekarang adalah:

  1. KRT.Suryoningrat (1951-1959)
  2. R.Prodjo Suparno (1959-1962)
  3. KRT.Kertodiningrat (1963-1969)
  4. R.Soetedjo (1969-1975)
  5. R.Soeparno (1975-1980)
  6. KRT.Wijoyo Hadiningrat (1981-1991)
  7. Drs.H.Suratidjo (1991-2001)
  8. H.Toyo Santoso Dipo - HM.Anwar Hamid (2001-2006)
  9. H.Toyo Santoso Dipo - Drs.H.Mulyono (2006-2011)
  10. dr.H.Hasto Wardoyo,Sp.OG(K) - Drs.H.Sutedjo (2011-sekarang)[3].

Perkembangan Populasi Di Kulon Progo

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles/berita/berita172-img798112_table.jpg

Identitas daerah

Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa simbol khas yang menjadi Identitas daerah, di antaranya:

Tema seragam

  • Batik Geblek Renteng, corak batik khas bergambar geblek yang berjajar (jawa:renteng) yang menjadi seragam identitas resmi bagi pegawai negeri sipil dan pelajar[4][5].

Kuliner

Makanan rakyat yang populer dan biasa dikonsumsi oleh warga Kabupaten Kulon Progo, khususnya oleh penduduk lokal yang sering disebut Jajan pasar, di antaranya[6]:

  • Geblek, makanan tradisional yang hanya dijual secara eksklusif di wilayah Kabupaten Kulon Progo saja. Makanan yang terbuat dari pati singkong, tepung tapioka basah, atau tepung kanji kemudian digoreng. memiliki citarasa khas, kenyal dan berwarna putih. Bentuknya sekilas seperti angka delapan.
  • Growol', merupakan makanan tradisional dari ketela yang memiliki rasa agak masam. Pembuatan growol membutuhkan waktu empat hari, yaitu sejak proses merendam ketela yang telah dikupas dan diiris kecil-kecil ke dalam air, kemudian ditiriskan serta dihancurkan, sebelum akhirnya dikukus. Growol dipercaya bermanfaat untuk mencegah kegemukan serta menyembuhkan penyakit maag dan penyakit gula. Growol juga digunakan sebagian warga yang tengah menjalani diet. Pada zaman dahulu, growol dikonsumsi para petani sebagai pengganti nasi saat mereka memanen padi di sawah atau saat musim krisis pangan (paceklik).
  • Tempe Benguk, bahan dasar tempe benguk ini adalah tanaman koro (bengok). Tempe benguk memiliki rasa gurih santan yang khas, sehingga dipopulerkan secara nasional sebagai pendamping tempe kedelai. Selain itu bizinya mengandung gizi yang sangat tinggi.
  • Peyek Undur-undur, Peyek (sejenis kerupuk) ini dapat dijumpai di kawasan pesisir pantai. Bahan utama peyek ini adalah Undur-undur laut. Peyek undur-undur laut ini dibuat dari beberapa bahan seperti tepung beras, tepung kanji,kuah santan,bawang putih,kemiri,tumbar,garam, kencur dan daun jeruk. Daun jeruk berfungsi sebagai penghilang bau amis pada undur-undur. Makanan khas pesisir pantai ini dipercaya berkhasiat menjaga kesehatan, menurunkan gula darah sekaligus mampu mengobati beberapa penyakit seperti Diabetes melitus dan stroke.

Transportasi dan Bisnis

Jalur darat

Kabupaten Kulon Progo relatif mudah dijangkau dengan menempuh jalur darat dari arah barat, timur maupun utara karena letaknya yang berada ditengah pulau Jawa. Tersedia sebuah stasiun dan terminal yang terletak di ibukota Kabupaten, Yaitu Stasiun Wates dan Terminal Wates. Hal ini dikarenakan Kabupaten Kulon Progo dilintasi jalan utama lintas pulau Jawa melalui Jalur selatan dan juga dilintasi jalur kereta pulau Jawa. Direncanakan setelah pembangunan Bandara baru nantinya stasiun dan terminal baru akan diintegrasikan dengan bandara tersebut. Angkutan umum jumlahnya terbatas selain karena biaya operasional yang meningkat, mayoritas masyarakat beralih ke kendaraan pribadi seperti motor, mobil atau sepeda. Dokar sudah sangat sulit ditemui, namun becak masih bertahan.

Jalur udara

Pemerintah pusat telah mengindikasikan bahwa bandara baru yaitu Bandar Udara Internasional Yogyakarta untuk Daerah Istimewa Yogyakarta akan berlokasi di Kabupaten Kulon Progo. Rencananya adalah untuk membangun sebuah bandara dengan landasan pacu 3.600 meter yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional. Rencana awal adalah untuk menyediakan fasilitas untuk melayani hingga 10 juta penumpang per tahun. Kemudian ekspansi mungkin menampung hingga 20 juta penumpang per tahun dalam fase - 3 . Sekitar 637 hektare lahan sedang disisihkan untuk proyek tersebut. Dari jumlah ini, 40 % diklasifikasikan sebagai tanah "Paku Alam (Sultan)" sedangkan sisanya milik masyarakat setempat. Lokasi yang diusulkan berada di Kecamatan Temon antara Pantai Congot dan Pantai Glagah (yang meliputi Desa Palihan, Desa Sindutan, Desa Jangkaran dan Desa Glagah).[7]

Jalur laut

Selain bandara, pelabuhan baru juga direncanakan untuk dibangun dalam waktu dekat. Akan tetapi pelabuhan ini merupakan pelabuhan ikan. Disebutkan pelabuhan yang rencananya akan dibangun di pesisir Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kulonprogo ini akan diberi nama Pelabuhan Tanjung Adikarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo menegaskan pemerintah pusat menargetkan Pelabuhan Tanjung Adikarta beroperasi awal tahun 2014. Diperkirakan Pelabuhan Tanjung Adikarta akan menampung sekitar 400 unit kapal.[8]

Olahraga

Persikup (Persatuan Sepak bola Kulonprogo), tim sepak bola Kabupaten Kulon Progo, berjuluk Pendekar Bukit Menoreh, bermarkas di Stadion Cangkring berkapasitas 7 ribu penonton. Kini berlaga di Divisi III Liga Indonesia wilayah Yogyakarta.

Kecamatan

Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan. Berikut adalah daftar kecamatan di Kulon Progo :

Pariwisata

Kabupaten Kulon Progo juga menawarkan wisata alam seperti kebun teh, air terjun, dan pantai. Berikut daftar tempat wisata di Kabupaten Kulon Progo:

Kawasan Industri Sentolo

Dalam rangka menciptakan kawasan industri yang ramah lingkungan dan bebas polusi, maka dikembangkan kawasan industri di Sentolo, Kabupaten Kulonprogo yang rencananya adalah sbb:

• Untuk kawasan Banguncipto, yaitu pengolahan hasil pertanian dan peternakan, dan jasa pergudangan

• Untuk kawasan Tuksono : tekstil, industri obat, furnitur, komponen elektronik, perakitan komputer, teknologi tinggi, IT, logam, permesinan, elektronik, kimia, dan jasa pergudangan - See more at: http://www.jogjainvest.jogjaprov.go.id/id/where-to-invest/detail/26/kawasan-industri-sentolo#sthash.bQpeCjog.dpuf

Pengembangan kawasan Industri Sentolo ditujukan untuk berbagai industri tersebut seluas lebih dari 1.400 hektare. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Wilayah Sentolo merupakan wilayah aglomerasi karena posisi Sentolo yang berada di wilayah perbatasan sehingga memiliki peluang menagkap dampak pengmbangan perkotaan di wilayah Sleman dan Bantul. Sebagai wilayah aglomerasi, sentolo berpeluang untuk pengembangan industri pemukiman dan perdagangan. Lokasi Sentolo berada di Jalur jalan nasional, provinsi dan jalan poros desa,serta cukup dekat dengan stasiun kereta api. Jarak antara wilayah Sentolo dengan kota wates sekitar 8 km, jarak menuju pusat kota Yogyakarta (Malioboro) sekitar 16 km, dan 17 km ke calon bandara internasional. Prasarana pendukung yang telah tersedia adalah listrik dan air. Saat ini telah tersedia kawasan siap bangun seluas 140,8 ha.

Kawasan industri Sentolo menjadi kawasan strategis untuk investasi dan yang seharusnya diminati oleh investor, pertama, karena Kulon Progo menjadi salah satu Kabupaten yang diberikan kawasan industri untuk DIY dan Jawa Tengah. Kawasan ini masih ‘terbuka’ untuk calon investor baru. Kedua, Sentolo ke depan akan menjadi ‘segitiga emas’ yang menghubungkan Sentolo, Borobudur (Jawa Tengah) dan Malioboro. Ketiga, Sentolo sangat dekat (25 menit) ke calon bandara internasional dan 25 menit dari Malioboro sebagai pusat bisnis di Yogyakarta. Keempat, Sentolo akan menjadi sentra kerajinan di DIY dan akan menjadi seperti Tanggulangin Surabaya

Tokoh dari Kulon Progo

Pahlawan

  1. Nyi Ageng Serang

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

http://watespahpoh.net/2013/keadaan-geografis-kulonprogo.html